Efek Samping dan Interaksi Obat Levofloxacin
Efek samping yang umum dilaporkan pada penggunaan levofloxacin adalah mual, diare, konstipasi, sakit kepala, susah tidur, dan pusing. Interaksi obat levofloxacin mencakup risiko pemanjangan interval QT jika digunakan dengan obat antiaritmia seperti quinidine, procainamide, dan amiodarone.[1,2]
Efek Samping
Beberapa efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan levofloxacin adalah fotosensitivitas, mual, diare, nyeri kepala, tendinitis, ruptur tendon, hiperglikemia, hipoglikemia, kejang, pemanjangan interval QT, serta neuropati perifer. Selain itu, obat golongan fluoroquinolone juga berkaitan dengan risiko disglikemia pada pasien diabetes mellitus.[1,2]
Tendinitis dan Ruptur Tendon
Beberapa efek samping ruptur tendon memerlukan tindakan pembedahan atau menimbulkan disabilitas yang cukup serius sehingga menyebabkan produktivitas pasien menurun. Risiko kejadian ruptur tendon meningkat pada pasien yang mengonsumsi levofloxacin bersamaan dengan kortikosteroid, terutama pada pasien usia lanjut. Levofloxacin juga telah dikaitkan dengan kelainan jaringan ikat lainnya, termasuk aneurisma dan diseksi aorta.
Ketika terdapat kecurigaan tendinitis atau ruptur tendon, pasien harus beristirahat dan menghindari aktivitas berat hingga kedua diagnosis ini dapat disingkirkan. Konsumsi levofloxacin harus segera dihentikan pada pasien yang memberikan tanda dan gejala ruptur tendon akibat administrasi levofloxacin.[1,2,11]
Infeksi Clostridium difficile
Seperti penggunaan antibiotik lainnya, studi menunjukkan bahwa penggunaan levofloxacin jangka panjang berhubungan dengan peningkatan risiko pseudomembranous colitis, yang dapat berlangsung dalam derajat ringan hingga mengancam nyawa. Kondisi ini disebabkan karena gangguan keseimbangan flora normal pada kolon yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan Clostridium difficile.
Diagnosis pseudomembranous colitis harus dipertimbangkan pada pasien yang mengalami diare pasca konsumsi antibiotik apapun. Pada kasus pseudomembranous colitis derajat ringan hingga sedang, penghentian penggunaan antibiotik biasanya menghasilkan respon yang cukup baik. Namun demikian, pada kasus berat, dibutuhkan terapi tambahan lain, yang meliputi pemberian cairan dan elektrolit, suplementasi protein, serta pemberian antibiotik.[1,2,9]
Hepatotoksisitas
Penggunaan levofloxacin juga dapat menyebabkan hepatotoksisitas yang berhubungan dengan reaksi alergi, seperti demam, ruam, dan eosinofilia. Gejala hepatotoksisitas pada penggunaan levofloxacin antara lain peningkatan enzim hati, kuning, hingga gagal hati (hepatic failure).[1,2,9]
Aneurisma dan Diseksi Aorta
Selain itu, FDA menyebutkan bahwa administrasi antibiotik golongan fluorokuinolon, salah satunya levofloxacin, berpotensi meningkatkan risiko aneurisma serta diseksi aorta sehingga penggunaan levofloxacin tidak direkomendasikan pada pasien geriatrik, pasien dengan riwayat sindrom Marfan, atau sindrom Ehlers-Danlos.[1,2,9]
Fototoksisitas
Risiko efek samping fototoksisitas sebesar 0,1%. Pasien yang sedang menggunakan levofloxacin disarankan untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung. Pemberian levofloxacin harus dihentikan apabila pasien menunjukkan tanda dan gejala fototoksisitas.[1,2]
Toksisitas Akut
Walaupun levofloxacin memiliki toksisitas akut yang rendah, pemberian dosis tinggi tunggal levofloxacin pada tikus, anjing, dan monyet menyebabkan munculnya beberapa tanda klinis, seperti ataksia, ptosis, penurunan aktivitas lokomotor, dispnea, protrasi, tremor, dan kejang.
Dosis oral melebihi 1500 mg/kg dan intravena lebih dari 250 mg/kg menyebabkan kematian pada tikus. Pada kejadian overdosis akut levofloxacin, tindakan yang perlu dilakukan adalah bilas lambung dan jaga status hidrasi pasien. Apabila tidak efektif, prosedur dialisis peritoneal atau hemodialisis dapat menjadi pilihan untuk mengatasi gejala intoksikasi levofloxacin.[1,2]
Interaksi Obat
Penggunaan levofloxacin bersamaan dengan beberapa golongan obat lain dapat menimbulkan interaksi obat yang menyebabkan penurunan efektivitas atau peningkatan risiko efek samping obat.[1,2]
Penurunan Absorpsi Levofloxacin
Levofloxacin berinteraksi dengan obat yang mengandung kation multivalen, seperti antasida. Konsumsi levofloxacin dalam 2 jam pasca atau sebelum administrasi obat oral yang mengandung kation multivalent akan menurunkan absorpsi levofloxacin. Selain itu, apabila diberikan secara intravena dengan obat-obatan tersebut, pemberian levofloxacin harus dilakukan pada jalur intravena yang berbeda.[1,2]
Peningkatan Risiko Efek Samping
Penggunaan levofloxacin dengan warfarin secara bersamaan berpotensi meningkatkan efek samping akibat levofloxacin.
Levofloxacin juga tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat-obatan yang memperpanjang interval QT. Ini mencakup obat antiaritmia seperti quinidine, procainamide, dan amiodarone, serta fluoxetine atau imipramine.[1,2]
Penurunan Kelarutan Levofloxacin di Ginjal
Konsumsi levofloxacin bersama cimetidine atau probenecid berpotensi menurunkan kelarutan levofloxacin di ginjal sebesar 24% dan 35%. Namun demikian, tidak ada rekomendasi untuk melakukan penyesuaian dosis ketika pasien mengonsumsi levofloxacin bersamaan dengan probenecid atau cimetidine.[1,2]
Peningkatan Risiko Kejang
Konsumsi levofloxacin bersamaan dengan obat-obatan anti inflamasi non-steroid (OAINS) berpotensi meningkatkan simulasi terhadap sistem saraf pusat yang dapat memicu terjadinya kejang.[1,2,5,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji