Levofloxacin
Levofloxacin merupakan antibiotik fluorokuinolon generasi ketiga yang digunakan dalam terapi infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran kemih komplikata, dan prostatitis. Levofloxacin merupakan antibiotik spektrum luas isomer L dari ofloxacin. Dengan adanya isu mengenai risiko resistensi bakteri, Food and Drug Administration (FDA) melarang penggunaan levofloxacin pada pasien dengan risiko multidrug-resistant Escherichia coli.[1,2]
Levofloxacin, seperti antibiotik fluoroquinolone lainnya, memiliki efek antimikroba melalui penghambatan dua enzim bakteri utama, yaitu DNA gyrase dan topoisomerase IV. Hasil akhirnya adalah blokade replikasi DNA, sehingga menghambat pembelahan sel dan mengakibatkan kematian sel.[1]
Fluoroquinolone, termasuk levofloxacin, telah dikaitkan dengan reaksi merugikan serius seperti tendinitis dan ruptur tendon. Selain itu, fluoroquinolone, termasuk levofloxacin, dapat memperburuk kelemahan otot pada pasien dengan myasthenia gravis, dan juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko aneurisma aorta. Karena itu, levofloxacin hanya digunakan untuk sinusitis bakteri akut, eksaserbasi akut dari bronkitis kronis, atau infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi jika tidak ada pilihan pengobatan lain tersedia.[2,11]
Di Indonesia, levofloxacin tersedia dalam nama dagang Cravit®, Cravox®, Cendo LFX®, Difloxin®, Farlev®, Inacid®, Lefos®, Lekuicin®, Levocin®, Lovequin®, Nislev®, Optiflox®, Prolecin®, Rinfox®, Simlev®, Zenilev®, dan Zidalev®.[3]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Levofloxacin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antiinfeksi[4] |
Sub-kelas | Antibakteri[4] |
Akses | Resep[4] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C[5] Kategori TGA: B3[6] |
Wanita menyusui | Dikeluarkan ke ASI[2] |
Anak-anak | Efikasi dan keamanan pada anak di bawah 6 bulan tidak diketahui[2] |
Infant | |
FDA | Approved[2] |
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji