Kontraindikasi dan Peringatan Vancomycin
Vancomycin dikontraindikasikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap vancomycin, jagung, atau produk jagung. Pemberian vancomycin perlu diperhatikan terutama pada pasien dengan gangguan ginjal dan pasien geriatri. Eksipien vancomycin sediaan injeksi pre-mix memiliki perhatian khusus (black box warning) untuk ibu hamil karena bersifat embriotoksik. Sediaan lain, selain pre-mix aman digunakan untuk kehamilan.
Kontraindikasi
Pemberian vancomycin dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap vancomycin. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap jagung atau produk jagung tidak dapat diberikan vancomycin karena pelarut vancomycin mengandung dekstrosa. [8,13]
Peringatan
Pemberian vancomycin perlu diperhatikan pada kelompok pasien berikut.
Pasien dengan Gangguan Ginjal
Vancomycin memiliki efek samping nefrotoksisitas sehingga pemberian dosis vancomycin pada pasien dengan gangguan ginjal perlu diperhatikan. Pemeriksaan konsentrasi serum dan fungsi ginjal secara berkala penting untuk pemantauan kondisi pasien. Pemberian dosis vancomycin dalam jumlah yang besar, durasi yang lama, pemberian bersamaan dengan obat nefrotoksik lainnya, kondisi penyakit dan hemodinamik pasien, serta penggunaan presor akan meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada pasien. [30]
Pasien dengan Gangguan Pendengaran
Pemberian vancomycin pada pasien dengan gangguan pendengaran atau tinitus perlu diperhatikan karena vancomycin bersifat ototoksik. Gangguan pendengaran yang ditimbulkan oleh vancomycin dapat bersifat transien atau permanen.
Efek samping ini akan meningkat ketika vancomycin diberikan dalam dosis yang besar, bersama dengan riwayat gangguan pendengaran, adanya gangguan ginjal, dan penggunaan bersama obat ototoksik lainnya. [22,31]
Pasien dengan Gangguan Saluran Pencernaan
Penggunaan antibiotik secara sistemik, termasuk vancomycin parenteral, berisiko menimbulkan kolitis pseudomembran yang disebabkan oleh Clostridium difficile. Efek samping ini akan meningkat pada pasien dengan penyakit usus inflamatori, seperti kolitis ulseratif atau gangguan saluran pencernaan lainnya.
Jika ditemui gejala kolitis pseudomembran, seperti diare, disarankan untuk menghentikan vancomycin. Penyerapan vancomycin pada kondisi inflamasi pada mukosa juga meningkat sehingga pemantauan efek samping perlu diperhatikan. [8,17]
Pasien dengan Obesitas
Pasien dengan obesitas memiliki volume distribusi yang lebih besar dan klirens kreatinin yang lebih besar karena aliran pembuluh darah yang lebih cepat. Penentuan dosis vancomycin pada pasien obesitas menggunakan berat badan aktual dan tidak melebihi 2 gram di setiap dosisnya. Dosis ini dapat disesuaikan dengan melihat kadar konsentrasi vancomycin pada serum. [22,32]
Pasien Luka Bakar
Pasien dengan luka bakar memiliki klirens yang lebih cepat dan akan mengalami perubahan farmakokinetik seiring dengan perubahan kondisi pasien. Dengan demikian, pemberian dosis vancomycin perlu disesuaikan dengan kondisi pasien. [33,34]
Neonatus
Bersihan kreatinin pada neonatus yang kurang bulan lebih lambat dibandingkan neonatus cukup bulan, sehingga interval pemberian obat-obatan, termasuk vancomycin pada neonatus kurang bulan disarankan untuk diperpanjang. [17]
Geriatri
Pasien usia lanjut, terutama pasien yang berusia di atas 65 tahun, memiliki fungsi ginjal dan fungsi pendengaran yang lebih buruk sehingga dosis vancomycin perlu disesuaikan. Selain itu, pasien usia lanjut yang mendapatkan vancomycin oral untuk tata laksana infeksi Clostridium difficile membutuhkan waktu terapi yang lebih lama. [17]
Pasien yang Membutuhkan Retensi Natrium
Sediaan parenteral vancomycin memiliki kadar natrium yang tinggi sehingga pemberian vancomycin pada pasien dengan gagal jantung, memerlukan restriksi natrium, atau pasien geriatri perlu diperhatikan. [17]
Metode Pemberian
Pemberian vancomycin melalui infus tidak boleh terlalu cepat karena akan meningkatkan risiko efek samping red man syndrome. Risiko ini akan meningkat jika pemberian vancomycin bersamaan dengan obat-obat anastesi. Pada saat pemberian secara intravena perlu diperhatikan adanya ekstravasasi ke jaringan sekitar. Ekstravasasi vancomycin akan menimbulkan iritasi pada jaringan sekitar. Pemberian vancomycin secara parenteral tidak dapat digunakan untuk tatalaksana infeksi Clostridium difficile. [8,17]
Pemberian secara intra peritoneal akan meningkatkan peritonitis, sedangkan pemberian melalui intra vitreal berisiko menimbulkan hemorrhagic occlusive retinal vasculitis. vancomycin tidak dapat diberikan secara intramuskular karena akan menimbulkan nyeri yang hebat pada lokasi injeksi. [17]