Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Indikasi dan Dosis Formoterol annisa-meidina 2024-07-09T10:48:58+07:00 2024-07-09T10:48:58+07:00
Formoterol
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Indikasi dan Dosis Formoterol

Oleh :
dr.Novita Mawar Hadini, Sp.FK
Share To Social Media:

Indikasi formoterol adalah sebagai bronkodilator pada kasus asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Dalam penanganan asma, formoterol digunakan sebagai controller dan reliever. Dosis yang digunakan akan tergantung pada tingkat keparahan penyakit.[1-3,8]

Asma

Pada kasus asma, formoterol digunakan utamanya dalam kombinasi dengan kortikosteroid inhalasi (ICS), seperti budesonide, atau disebut sebagai kombinasi ICS-formoterol. Menurut pedoman penanganan asma dari Global Initiative for Asthma (GINA), kombinasi ICS-formoterol dapat digunakan sebagai controller ataupun reliever.[8]

Reliever

Pada panduan penanganan asma jalur pertama yang disusun oleh GINA untuk pasien dewasa, formoterol digunakan sebagai reliever dalam bentuk ICS-formoterol dosis rendah yang digunakan sesuai kebutuhan.

Dosis yang biasa digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, digunakan saat diperlukan untuk meredakan gejala serangan asma. Dosis maksimal adalah 72 µg/hari.[8]

Controller

Sebagai controller, formoterol digunakan pada kondisi:

  • Gejala muncul kurang dari 4-5 hari per minggu (Langkah 1-2): ICS-formoterol sesuai kebutuhan. Dosis yang digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, diberikan 1 inhalasi hanya jika perlu.
  • Gejala timbul setiap hari, atau terbangun karena asma ≥ 1x/minggu (Langkah 3): ICSS-formoterol dosis rendah diberikan sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, atau beclomethasone 100 µg dan formoterol 6 µg melalui inhaler, diberikan 1-2 kali inhalasi/hari ditambah 1 inhalasi jika perlu.
  • Gejala timbul setiap hari, atau terbangun karena asma ≥ 1x/minggu, disertai fungsi paru memburuk (Langkah 4): ICS-formoterol diberikan dalam dosis menengah, dengan atau tanpa kortikosteroid oral. Dosis yang digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, diberikan 2 inhalasi 2 kali/hari ditambah 1 inhalasi jika perlu.
  • Pasien dengan gejala tidak terkontrol atau tetap bergejala meskipun sudah diberi terapi Langkah 4 (Langkah 5): ICS-formoterol dosis tinggi dapat dipertimbangkan.

Dosis pada anak diberikan sesuai usia, yaitu berkisar antara budesonide 80-160 µg dan formoterol 4,5 µg.[8]

Tabel 1. Dosis ICS-Formoterol Berdasarkan Langkah Penanganan Asma

Usia Obat dan Alat Dosis Cara Pemberian
Langkah 1-2
6-11 tahun Tidak didukung bukti ilmiah
12-17 tahun Budesonide/formoterol dry powder inhaler (DPI) 160/4,5 1 inhalasi ketika diperlukan
≥18 tahun
Langkah 3
6-11 tahun Budesonide/formoterol DPI 80/4,5 1 inhalasi sekali sehari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
12-17 tahun Budesonide/formoterol DPI 160/4,5 1 inhalasi 1-2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
≥18 tahun
≥18 tahun Beclomethasone/formoterol pressurized metered dose inhaler (pMDI) 84,5/5,0 1 inhalasi 1-2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
Langkah 4
6-11 tahun Budesonide/formoterol DPI 80/4,5 1 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
12-17 tahun Budesonide/formoterol DPI 160/4,5 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
≥18 tahun
≥18 tahun Beclomethasone/formoterol pMDI 84,5/5,0 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
Langkah 5
6-11 tahun Tidak didukung bukti ilmiah
12-17 tahun Budesonide/formoterol DPI 160/4,5 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu
≥18 tahun
≥18 tahun Beclomethasone/formoterol pMDI 84,5/5,0 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2024.[8]

Dosis Maksimal

Dosis total maksimal yang dapat digunakan per hari dari budesonide-formoterol adalah:

  • Anak 6-11 tahun: 8 kali inhalasi per hari dari sediaan 80/4,5
  • Anak 12 tahun ke atas dan dewasa: 12 kali inhalasi per hari dari sediaan 160/4,5

Sementara itu, dosis total maksimal yang dapat digunakan per hari dari beclomethasone-formoterol adalah 8 kali inhalasi per hari dari sediaan 84,5/5,0.[8]

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Menurut pedoman Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), bronkodilator merupakan salah satu farmakoterapi utama dalam pengelolaan PPOK. Bronkodilator diberikan untuk mengurangi kontraksi otot polos bronkus, sehingga menurunkan airflow resistance yang terganggu pada pasien PPOK.

Obat agonis beta 2 digunakan kombinasi antara obat kerja pendek dan kerja panjang, yang mana salah satu pilihan obat kerja panjang adalah formoterol. Formoterol dan salmeterol telah dilaporkan mampu memperbaiki kapasitas dan volume paru, dyspnea, status kesehatan umum, jumlah eksaserbasi, dan kebutuhan rawat inap pasien PPOK. Meski begitu, kedua obat ini tidak terbukti berefek pada mortalitas dan penurunan fungsi paru.[9]

Dosis

Dosis yang dapat digunakan bergantung pada sediaan yang dipilih, yakni:

  • Sediaan formoterol cairan untuk inhalasi: 20 µg setiap 12 jam melalui nebulisasi, maksimal 40 µg/hari,
  • Sediaan formoterol-budesonide cairan untuk inhalasi: diberikan dalam dosis budesonide 320 µg dan formoterol 9 µg (2 inhalasi pada sediaan 160/4,5), diberikan 2 kali sehari. Tidak diberikan dalam dosis lebih besar dari ini.
  • Sediaan formoterol-glikopirronium cairan untuk inhalasi: diberikan dalam dosis glikopirronium 18 µg dan formoterol 9,6 µg (2 inhalasi sediaan 9/4,8), diberikan 2 kali sehari. Tidak diberikan dalam dosis lebih besar dari ini.[2]

Penyesuaian Dosis Pada Pasien Geriatri, Gangguan Ginjal dan Hati

Belum ada rekomendasi khusus penyesuaian dosis pada pasien geriatri, gangguan ginjal, ataupun hati. Pengawasan sebaiknya dilakukan pada pasien gangguan ginjal berat yang mengonsumsi formoterol kombinasi dengan glikopirronium, dan kombinasi ini hanya boleh digunakan jika manfaat terapi melebihi potensi risiko.[2]

Referensi

1. Drugbank. Formoterol. 2024. https://go.drugbank.com/drugs/DB00983
2. ASHP. Formoterol. 2023. https://www.drugs.com/monograph/formoterol.html
3. Medscape. Perforomist (Formoterol). 2024. https://reference.medscape.com/drug/perforomist-formoterol-343432
8. Global Initiative for Asthma – GINA. The 2024 update of the Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2024. https://ginasthma.org/2024-report/
9. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. 2023. https://goldcopd.org/wp-content/uploads/2023/03/GOLD-2023-ver-1.3-17Feb2023_WMV.pdf

Formulasi Formoterol
Efek Samping dan Interaksi Obat ...

Artikel Terkait

  • Berhenti Meresepkan Salbutamol Oral
    Berhenti Meresepkan Salbutamol Oral
  • Tata Laksana Asma Terbaru Berdasarkan GINA 2021
    Tata Laksana Asma Terbaru Berdasarkan GINA 2021
  • Terapi Inhalasi Nebulizer Vs MDI Spacer Sebagai Terapi Asma Akut pada Anak di Rumah
    Terapi Inhalasi Nebulizer Vs MDI Spacer Sebagai Terapi Asma Akut pada Anak di Rumah
  • Update Tata Laksana Asma Berdasarkan Laporan Strategi GINA 2023
    Update Tata Laksana Asma Berdasarkan Laporan Strategi GINA 2023
  • Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
    Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Ismayuni Sumira
Dibalas 21 Maret 2025, 11:55
PALPITASI SETELAH KONSUMSI SALBUTAMOL 4 MG
Oleh: dr. Ismayuni Sumira
9 Balasan
Alo Dokter. Selamat malam dok, pasien perempuan usia 16 tahun dengan keluhan batuk 2 hari, disertai nafas bunyi ngik, demam (-). Pasien beli obat sendiri ke...
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2025, 08:47
Asma yang kambuh dan tidak membaik dengan symbicort
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Selamat malam TS dokterIzin bertanya, pasien dewasa dengan asma rutin dgn symbicort, kemudian asma kambuh tdk membaik dengan symbicort. apakah boleh di beri...
Anonymous
Dibalas 13 Oktober 2024, 09:12
Kortikosteroid dan bronkodilator pada pasien ibu hamil
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok saya mempunyai pasien sesak nafas karna asma bronkhiale dimana saat itu pasien tsb lagi hamil apakah boleh Dikasih kortocosteroid dan bronkodilator...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.