Indikasi dan Dosis Formoterol
Indikasi formoterol adalah sebagai bronkodilator pada kasus asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Dalam penanganan asma, formoterol digunakan sebagai controller dan reliever. Dosis yang digunakan akan tergantung pada tingkat keparahan penyakit.[1-3,8]
Asma
Pada kasus asma, formoterol digunakan utamanya dalam kombinasi dengan kortikosteroid inhalasi (ICS), seperti budesonide, atau disebut sebagai kombinasi ICS-formoterol. Menurut pedoman penanganan asma dari Global Initiative for Asthma (GINA), kombinasi ICS-formoterol dapat digunakan sebagai controller ataupun reliever.[8]
Reliever
Pada panduan penanganan asma jalur pertama yang disusun oleh GINA untuk pasien dewasa, formoterol digunakan sebagai reliever dalam bentuk ICS-formoterol dosis rendah yang digunakan sesuai kebutuhan.
Dosis yang biasa digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, digunakan saat diperlukan untuk meredakan gejala serangan asma. Dosis maksimal adalah 72 µg/hari.[8]
Controller
Sebagai controller, formoterol digunakan pada kondisi:
- Gejala muncul kurang dari 4-5 hari per minggu (Langkah 1-2): ICS-formoterol sesuai kebutuhan. Dosis yang digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, diberikan 1 inhalasi hanya jika perlu.
- Gejala timbul setiap hari, atau terbangun karena asma ≥ 1x/minggu (Langkah 3): ICSS-formoterol dosis rendah diberikan sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, atau beclomethasone 100 µg dan formoterol 6 µg melalui inhaler, diberikan 1-2 kali inhalasi/hari ditambah 1 inhalasi jika perlu.
- Gejala timbul setiap hari, atau terbangun karena asma ≥ 1x/minggu, disertai fungsi paru memburuk (Langkah 4): ICS-formoterol diberikan dalam dosis menengah, dengan atau tanpa kortikosteroid oral. Dosis yang digunakan adalah budesonide 160 µg dan formoterol 4,5 µg melalui inhaler, diberikan 2 inhalasi 2 kali/hari ditambah 1 inhalasi jika perlu.
- Pasien dengan gejala tidak terkontrol atau tetap bergejala meskipun sudah diberi terapi Langkah 4 (Langkah 5): ICS-formoterol dosis tinggi dapat dipertimbangkan.
Dosis pada anak diberikan sesuai usia, yaitu berkisar antara budesonide 80-160 µg dan formoterol 4,5 µg.[8]
Tabel 1. Dosis ICS-Formoterol Berdasarkan Langkah Penanganan Asma
Usia | Obat dan Alat | Dosis | Cara Pemberian |
Langkah 1-2 | |||
6-11 tahun | Tidak didukung bukti ilmiah | ||
12-17 tahun | Budesonide/formoterol dry powder inhaler (DPI) | 160/4,5 | 1 inhalasi ketika diperlukan |
≥18 tahun | |||
Langkah 3 | |||
6-11 tahun | Budesonide/formoterol DPI | 80/4,5 | 1 inhalasi sekali sehari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
12-17 tahun | Budesonide/formoterol DPI | 160/4,5 | 1 inhalasi 1-2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
≥18 tahun | |||
≥18 tahun | Beclomethasone/formoterol pressurized metered dose inhaler (pMDI) | 84,5/5,0 | 1 inhalasi 1-2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
Langkah 4 | |||
6-11 tahun | Budesonide/formoterol DPI | 80/4,5 | 1 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
12-17 tahun | Budesonide/formoterol DPI | 160/4,5 | 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
≥18 tahun | |||
≥18 tahun | Beclomethasone/formoterol pMDI | 84,5/5,0 | 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
Langkah 5 | |||
6-11 tahun | Tidak didukung bukti ilmiah | ||
12-17 tahun | Budesonide/formoterol DPI | 160/4,5 | 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
≥18 tahun | |||
≥18 tahun | Beclomethasone/formoterol pMDI | 84,5/5,0 | 2 inhalasi 2 kali/hari, ditambah 1 inhalasi jika perlu |
Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2024.[8]
Dosis Maksimal
Dosis total maksimal yang dapat digunakan per hari dari budesonide-formoterol adalah:
- Anak 6-11 tahun: 8 kali inhalasi per hari dari sediaan 80/4,5
- Anak 12 tahun ke atas dan dewasa: 12 kali inhalasi per hari dari sediaan 160/4,5
Sementara itu, dosis total maksimal yang dapat digunakan per hari dari beclomethasone-formoterol adalah 8 kali inhalasi per hari dari sediaan 84,5/5,0.[8]
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Menurut pedoman Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), bronkodilator merupakan salah satu farmakoterapi utama dalam pengelolaan PPOK. Bronkodilator diberikan untuk mengurangi kontraksi otot polos bronkus, sehingga menurunkan airflow resistance yang terganggu pada pasien PPOK.
Obat agonis beta 2 digunakan kombinasi antara obat kerja pendek dan kerja panjang, yang mana salah satu pilihan obat kerja panjang adalah formoterol. Formoterol dan salmeterol telah dilaporkan mampu memperbaiki kapasitas dan volume paru, dyspnea, status kesehatan umum, jumlah eksaserbasi, dan kebutuhan rawat inap pasien PPOK. Meski begitu, kedua obat ini tidak terbukti berefek pada mortalitas dan penurunan fungsi paru.[9]
Dosis
Dosis yang dapat digunakan bergantung pada sediaan yang dipilih, yakni:
- Sediaan formoterol cairan untuk inhalasi: 20 µg setiap 12 jam melalui nebulisasi, maksimal 40 µg/hari,
- Sediaan formoterol-budesonide cairan untuk inhalasi: diberikan dalam dosis budesonide 320 µg dan formoterol 9 µg (2 inhalasi pada sediaan 160/4,5), diberikan 2 kali sehari. Tidak diberikan dalam dosis lebih besar dari ini.
- Sediaan formoterol-glikopirronium cairan untuk inhalasi: diberikan dalam dosis glikopirronium 18 µg dan formoterol 9,6 µg (2 inhalasi sediaan 9/4,8), diberikan 2 kali sehari. Tidak diberikan dalam dosis lebih besar dari ini.[2]
Penyesuaian Dosis Pada Pasien Geriatri, Gangguan Ginjal dan Hati
Belum ada rekomendasi khusus penyesuaian dosis pada pasien geriatri, gangguan ginjal, ataupun hati. Pengawasan sebaiknya dilakukan pada pasien gangguan ginjal berat yang mengonsumsi formoterol kombinasi dengan glikopirronium, dan kombinasi ini hanya boleh digunakan jika manfaat terapi melebihi potensi risiko.[2]