Pengawasan Klinis Risperidone
Pengawasan klinis pada pasien yang mengonsumsi risperidone mencakup perkembangan gejala psikosis dan potensi efek samping, seperti dislipidemia dan gejala ekstrapiramidal. Sebelum memulai terapi, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui karakter baseline denyut nadi, tekanan darah, indeks massa tubuh (IMT), kadar gula darah puasa atau kadar HbA1c, profil lipid, fungsi ginjal, dan fungsi hepar.
Pengawasan Efek Samping
Penggunaan risperidone berpotensi menyebabkan berbagai efek samping, termasuk kecemasan, konstipasi, sedasi, hiperprolaktinemia, peningkatan berat badan, dan gejala ekstrapiramidal. Pada kasus yang jarang, efek samping berat seperti stroke, sindrom neuroleptik maligna, agranulositosis, dan gangguan konduksi jantung juga dapat timbul. Lakukan pemantauan efek samping ini terutama saat inisiasi terapi dan titrasi.
Karena penggunaan risperidone telah dikaitkan dengan leukopenia, neutropenia, dan agranulositosis, pemeriksaan profil hematologi diperlukan di awal untuk data baseline. Pemeriksaan harus diulangi cukup sering dalam bulan-bulan awal penggunaan risperidone. Terapi risperidone dihentikan jika terdapat perubahan parameter sel darah putih (WBC).
Pengawasan Gejala Psikosis
Perkembangan gejala psikosis perlu dipantau untuk melakukan penyesuaian terapi bila perlu. Apabila akan menghentikan pengobatan, sebaiknya lakukan titrasi bertahap. Awasi timbulnya rebound psikosis jika akan menghentikan terapi atau beralih ke antipsikotik lain.
Pengawasan Bunuh Diri
Pasien dengan gangguan mental memiliki kecenderungan bunuh diri. Pemantauan diperlukan terkait risiko penyalahgunaan risperidone sebagai cara percobaan bunuh diri, terutama pada pasien yang dianggap memiliki risiko bunuh diri tinggi.
Pengawasan Parameter Metabolik
Perubahan metabolisme yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular dan serebrovaskular dapat terjadi selama penggunaan antipsikotik atipikal, termasuk risperidone. Efek metabolik dapat berupa peningkatan berat badan, hiperglikemia, dan dislipidemia. Lakukan pengawasan parameter metabolik secara berkala. Pasien dengan faktor risiko diabetes mellitus perlu menjalani pemeriksaan kadar glukosa puasa di awal dan secara berkala selama pengobatan.
Pengawasan Risiko Jatuh
Penggunaan risperidone dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, mengantuk, dan hipotensi ortostatik yang akan meningkatkan risiko jatuh, terutama pada lansia. Lakukan edukasi risiko pada pasien dan lakukan modifikasi lingkungan jika pasien dianggap memiliki risiko tinggi.
Pengawasan pada Penggunaan Bersama Obat yang Metabolismenya Dipengaruhi Enzim CYP2D6
Penggunaan risperidone bersama obat yang metabolismenya dipengaruhi enzim CYP2D6, misalnya carbamazepine, dapat mengubah farmakokinetik dan efikasi terapi. Lakukan pengawasan ketat saat inisiasi terapi bersamaan risperidone dan obat golongan ini hingga 4-8 minggu terapi. Apabila dirasakan perlu, lakukan penyesuaian dosis, titrasi, atau penghentian terapi.
Pengawasan Overdosis
Apabila pasien mengalami overdosis akut akibat risperidone, lakukan patensi jalan napas dan pastikan oksigenasi dan ventilasi memadai. Lakukan pemantauan kardiovaskular segera dan harus mencakup pemantauan EKG kontinyu untuk mendeteksi kemungkinan aritmia.[2,4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina