Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Anti Bisa Ular general_alomedika 2023-09-06T13:52:40+07:00 2023-09-06T13:52:40+07:00
Anti Bisa Ular
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Anti Bisa Ular

Oleh :
dr.Monica
Share To Social Media:

Secara farmakologi, serum anti bisa ular (ABU) menetralkan racun akibat gigitan ular berbisa karena mengandung antibodi, yang disebut antivenom. Anti bisa ular didapat dengan menyuntikkan bisa ular dosis non-letal pada hewan.[1-4]

Farmakodinamik

Anti bisa ular, juga dikenal sebagai antivenom, adalah agen terapeutik yang digunakan untuk mengatasi efek sistemik dari bisa ular pada kasus gigitan ular. Anti bisa ular bekerja melalui prinsip imunoterapi, yaitu memanfaatkan kemampuan sistem imun untuk menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap antigen asing, dalam hal ini, komponen racun ular.

Anti bisa ular mengandung antibodi yang berasal dari hewan yang sebelumnya diimunisasi dengan bisa ular. Antibodi ini, juga disebut sebagai imunoglobulin, memiliki spesifisitas tinggi untuk racun sesuai dengan bisa yang dipaparkan.

Setelah injeksi anti bisa ular, terjadi pengikatan antibodi antivenom dan antigen racun yang ada di darah pasien, membentuk kompleks antigen-antibodi. Hal ini menetralkan komponen racun dari bisa, mencegahnya menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan, sel, dan organ. Selain itu, anti bisa ular juga membantu membersihkan kompleks antigen-antibodi dari sirkulasi melalui mekanisme yang melibatkan sistem retikuloendotelial, sehingga mengurangi efek sistemik dari bisa ular.[4,15,17]

Farmakokinetik 

Bisa dari C.rhodostoma bersifat prokoagulan dan hemotoksik. Bisa dari Naja sp dan Bungarus sp bersifat neurotoksik, yang menyebabkan paralisis neuromuskular, gagal napas dan kematian dalam hitungan menit hingga jam.[1,10,15,22]

Absorpsi

Dalam waktu 15‒30 menit setelah pemberian anti bisa ular, biasanya perdarahan akan terhenti, namun proses normalisasi gangguan koagulasi memerlukan waktu hingga 6 jam karena hepar perlu membuat faktor koagulasi baru. Dalam waktu 30 menit, pasien akan mengalami perbaikan terhadap efek neurotoksik racun ular, dimana untuk pemulihan secara total perlu waktu sekitar 24 hingga 48 jam.[1,10,15,17,22]

Distribusi

Setelah pemberian anti bisa ular secara parenteral, distribusi zat tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ukuran molekul, permeabilitas membran kapiler, dan distribusi volume plasma pasien. Komponen imunoglobulin dalam anti bisa ular berinteraksi dengan bisa di sirkulasi, membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian dapat dieliminasi melalui mekanisme seperti opsonisasi dan fagositosis oleh sel-sel imun. Proses ini dapat mempengaruhi laju klirens dan distribusi anti bisa ular di dalam tubuh.

Tidak diketahui apakah anti bisa ular dikeluarkan ke ASI. Meski begitu, diperkirakan tidak ada degradasi produk toksin ke dalam ASI sehingga anti bisa ular juga diprediksi memiliki sifat yang sama.[1,10,11,15,17,22]

Metabolisme

Proses penguraian imunoglobulin G (IgG) dalam anti bisa ular dapat melibatkan retikuloendotelial system, terutama hati dan sel-sel makrofag dalam sistem fagositik mononuklear. Fragmen imunoglobulin yang dihasilkan dari pemecahan ini kemudian dapat dihilangkan melalui urin atau empedu, dengan laju eliminasi yang bervariasi tergantung pada kinerja organ-organ terlibat.[1,10,11,15,17,22]

Eliminasi

Eliminasi anti bisa ular jenis fragmen Fab adalah cepat, karenanya pasien perlu diberikan injeksi multipel.  Rute primer eliminasi bisa ular, anti bisa ular, serta produk degradasinya adalah melalui urine.[1,10,15,17,22]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH

Referensi

1. World Health Organization. Guidelines for the Management of Snakebites. 2nd Edition. India: World Health Organization. 2016.
2. Bochner R. Paths to the discovery of antivenom serotherapy in France. Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases, 2016. 22.
3. The World Health Organization. WHO Guidelines for the Production Control and Regulation of Snake Antivenom Immunoglobulins. 2010.
4. Tan CH, et al. Assessing SABU (Serum Anti Bisa Ular), the sole Indonesian antivenom: A proteomic analysis and neutralization efficacy study. Scientific Reports, 2016. 6: p. 37299.
10. Isbister, G.K., et al., Population Pharmacokinetics of an Indian F(ab')2 Snake Antivenom in Patients with Russell's Viper (Daboia russelii) Bites. PLoS Negl Trop Dis, 2015. 9(7): p. e0003873.
11. Drugs and Lactation Database (LactMed®). Bethesda (MD): National Institute of Child Health and Human Development; 2006-. Antivenin Micrurus Fulvius. [Updated 2021 Jul 19]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500598/
15. Gómez-Betancur I, Gogineni V, Salazar-Ospina A, León F. Perspective on the Therapeutics of Anti-Snake Venom. Molecules. 2019 Sep 9;24(18):3276. doi: 10.3390/molecules24183276. PMID: 31505752; PMCID: PMC6767026.
17. Lee LP, Tan KY, Tan CH. Snake venom proteomics and antivenomics of two Sundaic lance-headed pit vipers: Trimeresurus wiroti (Malaysia) and Trimeresurus puniceus (Indonesia). Comp Biochem Physiol Part D Genomics Proteomics. 2021 Dec;40:100875. doi: 10.1016/j.cbd.2021.100875. Epub 2021 Jul 5. PMID: 34311411.
22. Adiwinata, R. and E.J. Nelwan, Snakebite in Indonesia. Acta Medica Indonesia: The Indonesian J of Int Med, 2015. 47(4): p. 358-365.

Pendahuluan Anti Bisa Ular
Formulasi Anti Bisa Ular

Artikel Terkait

  • Pertolongan Pertama dan Penanganan Pre-Hospital Gigitan Ular
    Pertolongan Pertama dan Penanganan Pre-Hospital Gigitan Ular
Diskusi Terkait
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
Dibalas 01 September 2024, 11:18
Paralisis neuromuskular akibat gigitan ular berbisa
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
5 Balasan
Pasien 57 Tahun laki-laki mengalami Gigitan Ular Berbisa saat berburu di Hutan Papua. Pasien datang ke puskesmas setelah 3 hari di hutan dan mengeluh...
dr.Adelina Siagian
Dibalas 13 Mei 2024, 07:37
Penanganan gigitan ular di PKM
Oleh: dr.Adelina Siagian
5 Balasan
Selamat sore dokter, mohon ijin dok saya ingin menanyakan sebagai dokter PKM apa saja ya dok yg bisa kita lakukan untuk tata laksana pasien dengan gigitan...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
Dibalas 07 Januari 2024, 10:05
Protokol penanganan gigitan ular berbisa
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
3 Balasan
Bagaimana protokol penanganan gigitan Ular berbisa yg benar. Saya menemukan beberapa kasus gigitan Ular Berbisa di perkebunan kelapa sawit di wilayah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.