Farmakologi Anti Bisa Ular
Secara farmakologi, serum anti bisa ular (ABU) menetralkan racun akibat gigitan ular berbisa karena mengandung antibodi, yang disebut antivenom. Anti bisa ular didapat dengan menyuntikkan bisa ular dosis non-letal pada hewan.[1-4]
Farmakodinamik
Anti bisa ular, juga dikenal sebagai antivenom, adalah agen terapeutik yang digunakan untuk mengatasi efek sistemik dari bisa ular pada kasus gigitan ular. Anti bisa ular bekerja melalui prinsip imunoterapi, yaitu memanfaatkan kemampuan sistem imun untuk menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap antigen asing, dalam hal ini, komponen racun ular.
Anti bisa ular mengandung antibodi yang berasal dari hewan yang sebelumnya diimunisasi dengan bisa ular. Antibodi ini, juga disebut sebagai imunoglobulin, memiliki spesifisitas tinggi untuk racun sesuai dengan bisa yang dipaparkan.
Setelah injeksi anti bisa ular, terjadi pengikatan antibodi antivenom dan antigen racun yang ada di darah pasien, membentuk kompleks antigen-antibodi. Hal ini menetralkan komponen racun dari bisa, mencegahnya menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada jaringan, sel, dan organ. Selain itu, anti bisa ular juga membantu membersihkan kompleks antigen-antibodi dari sirkulasi melalui mekanisme yang melibatkan sistem retikuloendotelial, sehingga mengurangi efek sistemik dari bisa ular.[4,15,17]
Farmakokinetik
Bisa dari C.rhodostoma bersifat prokoagulan dan hemotoksik. Bisa dari Naja sp dan Bungarus sp bersifat neurotoksik, yang menyebabkan paralisis neuromuskular, gagal napas dan kematian dalam hitungan menit hingga jam.[1,10,15,22]
Absorpsi
Dalam waktu 15‒30 menit setelah pemberian anti bisa ular, biasanya perdarahan akan terhenti, namun proses normalisasi gangguan koagulasi memerlukan waktu hingga 6 jam karena hepar perlu membuat faktor koagulasi baru. Dalam waktu 30 menit, pasien akan mengalami perbaikan terhadap efek neurotoksik racun ular, dimana untuk pemulihan secara total perlu waktu sekitar 24 hingga 48 jam.[1,10,15,17,22]
Distribusi
Setelah pemberian anti bisa ular secara parenteral, distribusi zat tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ukuran molekul, permeabilitas membran kapiler, dan distribusi volume plasma pasien. Komponen imunoglobulin dalam anti bisa ular berinteraksi dengan bisa di sirkulasi, membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian dapat dieliminasi melalui mekanisme seperti opsonisasi dan fagositosis oleh sel-sel imun. Proses ini dapat mempengaruhi laju klirens dan distribusi anti bisa ular di dalam tubuh.
Tidak diketahui apakah anti bisa ular dikeluarkan ke ASI. Meski begitu, diperkirakan tidak ada degradasi produk toksin ke dalam ASI sehingga anti bisa ular juga diprediksi memiliki sifat yang sama.[1,10,11,15,17,22]
Metabolisme
Proses penguraian imunoglobulin G (IgG) dalam anti bisa ular dapat melibatkan retikuloendotelial system, terutama hati dan sel-sel makrofag dalam sistem fagositik mononuklear. Fragmen imunoglobulin yang dihasilkan dari pemecahan ini kemudian dapat dihilangkan melalui urin atau empedu, dengan laju eliminasi yang bervariasi tergantung pada kinerja organ-organ terlibat.[1,10,11,15,17,22]
Eliminasi
Eliminasi anti bisa ular jenis fragmen Fab adalah cepat, karenanya pasien perlu diberikan injeksi multipel. Rute primer eliminasi bisa ular, anti bisa ular, serta produk degradasinya adalah melalui urine.[1,10,15,17,22]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH