Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
general_alomedika 2025-04-17T16:36:10+07:00 2025-04-17T16:36:10+07:00
Vaksin Rabies
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pedoman Klinis

Pendahuluan Vaksin Rabies

Oleh :
dr. Lina Yohanes, Sp.FK
Share To Social Media:

Vaksin rabies diberikan pada kasus gigitan hewan penular rabies. Berbagai macam hewan dapat menularkan rabies pada manusia, antara lain kucing, anjing, kera, kelelawar, rakun, sigung, dan musang. Namun, di Indonesia hewan penular utama adalah anjing.[1]

Terdapat tiga tipe utama vaksin rabies, yaitu vaksin jaringan saraf (nerve tissue vaccines), vaksin kultur sel (cell culture vaccines/ CCV), dan vaksin telur berembrio (embryonated egg vaccines/ CCEEV). Vaksin jaringan saraf merupakan vaksin yang sudah tua, menyebabkan lebih banyak efek samping dan kurang imunogenik. Oleh karena itu, vaksin ini sudah tidak direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan dan digantikan oleh CCV dan CCEEV.[2]

Untuk menentukan apakah seseorang memerlukan vaksinasi rabies pasca pajanan, dokter perlu menilai status imunisasi pasien serta kategori luka. WHO membagi kategori paparan menjadi 3 kategori berikut:

  • Kategori 1: Menyentuh atau memberi makan hewan penular rabies, ataupun kontak kulit intak dengan hasil sekresi atau ekskresi hewan tersebut, misalnya terjilat (tidak ada paparan)
  • Kategori 2: Gigitan pada kulit yang tidak terlindungi, garukan atau luka lecet ringan tanpa perdarahan, serta luka kecil di tangan, badan, dan kaki (terjadi paparan)
  • Kategori 3: gigitan atau cakaran yang dalam atau pada kulit yang tidak intak, kontaminasi membran mukosa dengan saliva dari jilatan hewan penular rabies, luka di atas areab bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan atau kaki dan genitalia, luka yang lebar dan dalam, luka multipel, serta paparan terhadap kelelawar (paparan berat)[11]

Cell Culture Vaccines (CCV)

Terdapat beberapa jenis cell culture vaccine (CCV) untuk vaksinansi rabies, antara lain human diploid cell vaccine (HDCV), purified chick embryo cell vaccine (PCECV), purified vero cell rabies vaccine (PVRV), dan primary hamster kidney cell vaccine (PHKCV).

Human Diploid Cell Vaccine (HDCV)

Human diploid cell vaccine (HDCV) mengandung strain Pitman-Moore L503 atau Flury dari virus rabies yang ditumbuhkan pada kultur sel diploid manusia MRC-5, dikonsentrasikan dan diinaktivasi dengan β-propiolactone. Vaksin ini diberikan intramuskular, tidak mengandung pengawet atau stabilisator.

Purified Chick Embryo Cell Vaccine (PCECV)

Purified chick embryo cell vaccine (PCECV) merupakan vaksin steril yang diliofilisasikan dan diperoleh dengan menumbuhkan strain virus Flury LEP-25 pada kultur primer fibroblast ayam. Virus diinaktivasi oleh β-propiolactone, dimurnikan dan dikonsentrasikan dengan sentrifugasi zonal.

Purified Vero Cell Rabies Vaccine (PVRV)

Purified vero cell rabies vaccine (PVRV) mengandung vaksin rabies strain Wistar yang diinaktifkan dan diliofilisasi pada sel kultur Vero. Virus diinaktivasi oleh β-propiolactone dan dimurnikan oleh ultrasentrifugasi.

Primary Hamster Kidney Cell Vaccine (PHKCV)

Primary hamster kidney cell vaccine (PHKCV) menggunakan strain Beijing dan diinaktifkan dalam formalin dan diserap ke aluminium hidroksida. Vaksin ini juga mengandung thiomersal 0,01% dan albumin manusia 10 mg.

Embryonated Egg-Based Vaccines (EEV)

Purified duck embryo vaccine (PDEV) menggunakan sel embrio bebek sebagai substrat, diinaktifkan oleh β-propiolactone dan dimurnikan dengan ultrasentrifugasi. PDEV mengandung thiomersal.

Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menyetujui penggunaan human diploid cell vaccine (HDCV) dan purified vero cell rabies vaccine (PVRV).[2] Sementara itu, Indonesia saat ini menggunakan 2 macam vaksin yaitu purified chick embryo cell vaccine (PCECV) dan purified vero cell rabies vaccine (PVRV).[1]

Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Rabies

Perihal Deskripsi
Kelas Vaksin, Serum, dan Imunoglobulin[3]
Subkelas Vaksin[3]
Akses Resep
Wanita hamil

FDA: belum dikategorikan[4-7]

TGA: B2[8]

Wanita menyusui Boleh diberikan[4,5]
Anak-anak Boleh diberikan[4,5]
FDA

Approved[4,5]

 

Referensi

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia. 2016. https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/BUKU%20SAKU%20RABIES%20MODUL%20TROPIS.pdf
2. WHO. Information Sheet, Observed Rate of Vaccine Reactions, Rabies Vaccine. 2012. https://www.who.int/vaccine_safety/initiative/tools/Rabies_Vaccine_rates_information_sheet.pdf
3. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Vaksin Rabies. Pionas, 2015. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/144-vaksin-dan-antisera/vaksin-rabies
4. FDA. Rabavert. 2018. https://www.fda.gov/media/83874/download
5. FDA. Imovax. 2019. https://www.fda.gov/media/75709/download
6. MIMS. Verorab. 2021. https://www.mims.com/malaysia/drug/info/verorab?type=full
7. Chiron Behring Vaccines Pvt. Ltd. Rabipur. 2017. https://gskpro.com/content/dam/global/hcpportal/en_BD/PI/rabipur_v5.pdf
8. TGA. Prescribing medicine in pregnancy database. 2021. https://www.tga.gov.au/prescribing-medicines-pregnancy-database
11. Ridder BA. Rabies vaccines: WHO position paper – April 2018. Weekly Epidemiological Record 2018; 93(16):201-220. http://www.who.int/rabies/resources/who_wer9316/en/

Farmakologi Vaksin Rabies

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
  • Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
    Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
dr.Annisa Ratnaningtyas
Dibalas 05 Maret 2025, 14:58
Kasus Gigitan Kalajengking Pada FKTP
Oleh: dr.Annisa Ratnaningtyas
4 Balasan
Alodok, izin berdiskusi untuk kasus gigitan kalajengking pada fktp terapi apa yang disarankan dan Apakah ada indikasi khusus harus untuk dirujuk ke faskes...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.