Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Pedoman Klinis Vaksin Rabies general_alomedika 2024-10-25T15:44:41+07:00 2024-10-25T15:44:41+07:00
Vaksin Rabies
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pedoman Klinis

Pedoman Klinis Vaksin Rabies

Oleh :
dr. Lina Yohanes, Sp.FK
Share To Social Media:

Pedoman klinis vaksin rabies perlu diperhatikan untuk menurunkan fatalitas akibat penyakit rabies. Vaksin rabies dapat digunakan untuk profilaksis sebelum dan setelah pajanan. Profilaksis sebelum pajanan disarankan pada individu yang berisiko tinggi terkena rabies, misalnya petugas kesehatan atau teknisi yang sering berhadapan dengan hewan penular rabies.

Profilaksis pasca pajanan dilakukan dengan terlebih dulu menelusuri riwayat vaksinasi pasien. Apabila pasien sudah mendapat vaksinasi lengkap dalam jangka waktu kurang dari 3 bulan, maka vaksinasi tidak perlu diulang. Bila dilakukan antara 3-12 bulan sebelumnya, vaksin diberikan 1 dosis. Sementara itu, bila sudah lebih dari 12 bulan, vaksinasi diberikan  lengkap. Selain itu, dokter juga perlu memperhatikan kategori pajanan luka berikut:

  • Kategori 1: Menyentuh atau memberi makan hewan penular rabies, ataupun kontak kulit intak dengan hasil sekresi atau ekskresi hewan tersebut (tidak ada paparan)
  • Kategori 2: Gigitan pada kulit yang tidak terlindungi, garukan atau lecet ringan tanpa perdarahan, ataupun luka kecil di tangan, badan, dan kaki (terjadi paparan)
  • Kategori 3: gigitan atau cakaran yang dalam atau pada kulit yang luka, kontaminasi membran mukosa dengan saliva dari jilatan hewan penular rabies, luka di area atas bahu (muka, kepala, leher), luka pada jari tangan atau kaki dan genitalia, luka yang lebar dan dalam, luka multipel, atau paparan dengan kelelawar (paparan berat)[11]

Di Indonesia, vaksin rabies yang beredar adalah jenis purified chick embryo cell vaccine (PCECV) dengan nama dagang Rabipur® dan purified vero cell rabies vaccine (PVRV) dengan nama dagang Verorab®. Vaksinasi sebaiknya menggunakan 1 jenis saja hingga selesai. Tidak disarankan mengombinasikan kedua jenis sediaan.[1,6,7]

Protokol profilaksis rabies secara lengkap dapat dibaca di artikel pendek Alomedika dalam link ini. Artikel tersebut membahas lebih mendetail mengenai kategori luka gigitan pasien, bagaimana perawatan luka dilakukan, dan kapan penggunaan serum antirabies diindikasikan. Artikel terkait tata laksana berdasarkan kategori luka gigitan hewan dapat dibaca pada artikel terpisah. Sementara itu, pada pasien yang telah menunjukkan gejala rabies, penatalaksanaan secara lengkap dapat dibaca di artikel penyakit rabies.

Referensi

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia. 2016. https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/BUKU%20SAKU%20RABIES%20MODUL%20TROPIS.pdf
6. MIMS. Verorab. 2021. https://www.mims.com/malaysia/drug/info/verorab?type=full
7. Chiron Behring Vaccines Pvt. Ltd. Rabipur. 2017. https://gskpro.com/content/dam/global/hcpportal/en_BD/PI/rabipur_v5.pdf11. Ridder BA. Rabies vaccines: WHO position paper – April 2018. Weekly Epidemiological Record 2018; 93(16):201-220. http://www.who.int/rabies/resources/who_wer9316/en/

Kontraindikasi dan Peringatan Va...

Artikel Terkait

  • Protokol Profilaksis Rabies
    Protokol Profilaksis Rabies
  • Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
    Penularan Herpes B dari Gigitan Monyet
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
Anonymous
Dibalas 25 Maret 2025, 13:23
Penggunaan vaksin anti rabies Verorab dan Rabivax selang seling apakah diperbolehkan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Bagaimana penggunaan 2 jenis VAR yang ada di Indonesia, yakni Verorab dan Rabivax? Apakah bisa dipergunakan selang seling? Apabila vaksin-1...
dr.Annisa Ratnaningtyas
Dibalas 05 Maret 2025, 14:58
Kasus Gigitan Kalajengking Pada FKTP
Oleh: dr.Annisa Ratnaningtyas
4 Balasan
Alodok, izin berdiskusi untuk kasus gigitan kalajengking pada fktp terapi apa yang disarankan dan Apakah ada indikasi khusus harus untuk dirujuk ke faskes...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.