Farmakologi Vaksin Rabies
Farmakologi vaksin rabies adalah sebagai pemicu imunitas terhadap penyakit rabies yang dapat ditularkan ke manusia oleh hewan seperti anjing, kucing, dan kera. Tiga tipe utama vaksin rabies adalah vaksin jaringan saraf (nerve tissue vaccines), vaksin kultur sel (cell culture vaccines/ CCV), dan vaksin telur berembrio (embryonated egg vaccines/ CCEEV). Meski begitu, vaksin jaringan saraf sudah tidak digunakan lagi karena lebih banyak efek samping dan kurang imunogenik.
Indonesia saat ini menggunakan 2 macam vaksin yaitu purified chick embryo cell vaccine (PCECV) dan purified vero cell rabies vaccine (PVRV).[1]
Farmakodinamik
Vaksin rabies bekerja dengan mencetuskan imunitas terhadap penyakit rabies. Titer antibodi minimal terhadap virus rabies sebagai bukti adanya respon imun yang adekuat setelah vaksinasi adalah ≥0,5 IU/ml.
Ketika diberikan secara intramuskular, antigen rabies pada vaksin akan menginduksi produksi antibodi penetralisir spesifik terhadap virus rabies, sehingga memberikan kekebalan aktif. Respon antibodi aktif membutuhkan sekitar 7-10 hari untuk berkembang, dan umumnya bertahan selama beberapa tahun.[4,5,9]
Purified Chick Embryo Cell Vaccine (PCECV)
Purified chick embryo cell vaccine (PCECV) merupakan vaksin steril yang diliofilisasikan dan diperoleh dengan menumbuhkan strain virus Flury LEP-25 pada kultur primer fibroblast ayam. Virus diinaktivasi oleh β-propiolactone, dimurnikan dan dikonsentrasikan dengan sentrifugasi zonal.
Profilaksis Sebelum Pajanan:
Uji klinis menunjukkan bahwa pemberian PCECV sebagai profilaksis sebelum pajanan mampu menghasilkan respon imun adekuat. Respon adekuat ditemukan pada hampir seluruh subjek studi, dengan rabies virus neutralising antibodies (RVNA) ≥ 0,5 IU/ml pada 3 hingga 4 minggu setelah selesai rangkaian suntikan primer bila diberikan sesuai jadwal yang direkomendasikan. Hasil ini ditemukan baik pada pemberian melalui rute intramuskular maupun intradermal.
Pada pemberian intramuskular dengan jadwal konvensional (hari ke-0, 7, dan 21 atau 28) maupun jadwal cepat (hari ke-0, 3, dan 7), 100% subjek studi dilaporkan mencapai respon imun yang adekuat. Pada pemberian booster, konsentrasi antibodi ≥ 0,5 IU/ml masih didapatkan 1 tahun setelah vaksinasi primer. Setelah booster, rata-rata titer meningkat sebanyak 47 kali lipat pada hari ke-7.
Pada uji klinis pemberian intradermal sesuai rekomendasi jadwal pemberian (hari ke-0, 7, dan 21 atau 28), 100% subjek mendapatkan respon imun yang adekuat. Pada uji klinis vaksin booster, didapatkan konsentrasi antibodi > 0,5 IU/ml pada 97% subjek setelah 1 tahun vaksinasi primer. Rata-rata titer setelah booster meningkat 20 kali lipat lebih tinggi dari sebelumnya.
Profilaksis Pasca Pajanan:
Uji klinis menunjukkan bahwa pemberian PCECV sebagai profilaksis pasca pajanan mampu menghasilkan respon imun adekuat. (≥ 0,5 IU/ml) pada hampir semua subjek di hari ke-14 atau 30, ketika diberikan secara intramuskular. Hasil ini didapatkan pada pemberian menggunakan regimen Essen 5 dosis (hari ke-0, 3, 7, 14, 28), ataupun regimen Zagreb 4 dosis (hari ke-0 2 dosis, kemudian 1 dosis di hari ke-7 dan 21). Respon imun adekuat juga dilaporkan pada pemberian intradermal di hari ke-0, 3, 7, dan 28, masing-masing 2 dosis.
Efikasi mencapai 100% dan bertahan selama 6 bulan ketika diberikan sesuai regimen Essen maupun regimen Zagreb bersama dengan Imunoglobulin Rabies (RIG). Pemberian Bersama dengan RIG menyebabkan berkurangnya level antibodi pada subjek yang mendapatkan regimen 6 dosis Essen, namun hal ini tidak terjadi pada subjek yang mendapatkan regimen 4 dosis Zagreb.
Pemberian secara intradermal bersama dengan RIG menghasilkan efikasi 100% hingga 12 bulan. Pada uji lain, ketika vaksin diberikan dengan atau tanpa RIG, kadar antibodi ≥ 0,5 IU/ml tercapai pada hampir 100% subjek pada hari ke-14 dan hari 28-43.[7]
Purified Vero Cell Rabies Vaccine (PVRV)
Purified vero cell rabies vaccine (PVRV) mengandung vaksin rabies strain Wistar yang diinaktifkan dan diliofilisasi pada sel kultur Vero. Virus diinaktivasi oleh β-propiolactone dan dimurnikan oleh ultrasentrifugasi.
Profilaksis Sebelum Pajanan:
Kadar antibodi ≥ 0,5 IU/ml tercapai setelah injeksi 3 dosis pada hari ke-0, 7 dan 38 atau 21. Imunitas ini harus dipertahankan dengan booster.
Profilaksis Pasca Pajanan:
Pada uji klinis subjek yang menerima 5 dosis intramuskular pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 28 bersama RIG, semua subjek mencapai kadar antibodi serum ≥ 0,5 IU/ml sejak hari ke-14.
Pada subjek yang sudah pernah diimunisasi, pemberian 2 dosis yang berjarak 3 hari (hari 0 dan 3) pasca pajanan dapat mencapai kadar antibodi ≥ 0,5 IU/ml. Pemberian RIG tidak diperlukan pada kasus ini.
Penurunan sedikit dari kadar antibodi penetral ditemukan pada pemberian vaksin Bersama dengan human rabies immunoglobulin (HRIG) atau equine rabies immunoglobulin (ERIG), yang diberikan dengan regimen Zagreb.
Pemberian Intradermal:
Pemberian secara intradermal, baik sebelum atau setelah pajanan, menggunakan bermacam-macam regimen dilaporkan memberikan hasil imunogenisitas yang baik. Hal ini disampaikan melalui sebuah ulasan sistematik yang menilai penggunaan selama 14 tahun.[6,10]
Farmakokinetik
Evaluasi farmakokinetik tidak diperlukan untuk vaksin.[6,7]