Penatalaksanaan Azoospermia
Penatalaksanaan tergantung dari etiologi azoospermia apakah obstruktif atau non-obstruktif. Tujuan dari penatalaksanaan azoospermia adalah untuk mengembalikan fertilitas dan mencapai kehamilan. Pasien umumnya perlu menjalani assisted reproduction techniques (ART) apabila ingin memiliki keturunan.[1,3,4]
Tata Laksana Azoospermia Obstruktif
Tujuan utama tata laksana azoospermia obstruktif adalah untuk memperbaiki lokasi obstruksi dengan menggunakan teknik bedah rekonstruktif seperti vasoepididimostomi dan vasovasostomi. Pengambilan sperma untuk ART dapat dilakukan pada kasus azoospermia obstruktif.
Microsurgical epididymal sperm aspiration (MESA) diindikasikan pada kasus obstruksi ekstratestikular seperti pada congenital bilateral absence of vas deferens (CBAVD) dan obstruksi epididimis.
Pada obstruksi intratestikular, dapat dilakukan Testicular Sperm Aspiration (TESA) atau Testicular Sperm Extraction (TESE).[1,3-5]
Tata Laksana Azoospermia Non-Obstruktif
Tata laksana medikamentosa pada azoospermia non-obstruktif dibedakan berdasarkan penyebabnya. Pada hipogonadisme hipogonadotropin, dapat diberikan human gonadotropin (HCG) dosis 1.000-3.000 IU 2-3 kali per minggu. Hasil produksi sperma didapatkan setelah 3 hingga 6 bulan.
Jika terapi tidak berhasil, dapat dikombinasikan dengan pemberian FSH 75-150 IU, 2 kali per minggu. Tingkat keberhasilan keseluruhan spermatogenesis dari terapi medikamentosa hipogonadisme hipogonadotropik sekitar 75%.[1,4]
ART diperlukan untuk sebagian besar pasien azoospermia non-obstruktif dengan intracytoplasmic sperm injection (ICSI) dan microscopic testicular sperm extraction (micro-TESE). Pada azoospermia non-obstruktif, spermatozoa biasanya dapat ditemukan dalam fokus kecil dan terisolasi.
Fine needle aspiration dan testicular sperm aspiration (TESA) bukan merupakan pilihan utama pada pasien dengan azoospermia non obstruksi karena kemungkinan sperma positif yang lebih rendah dibandingkan pengambilan dengan TESE dan micro-TESE. Dengan micro-TESE, tingkat keberhasilan pengambilan sperma sekitar 50%, sedangkan keberhasilan ICSI sekitar 50%.[1,5]
Penulisan pertama oleh: dr.Della Puspita Sari
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta