Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hipertensi Perioperatif general_alomedika 2024-06-07T17:32:15+07:00 2024-06-07T17:32:15+07:00
Hipertensi Perioperatif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hipertensi Perioperatif

Oleh :
dr.Dizi Bellari Putri
Share To Social Media:

Diagnosis hipertensi perioperatif melibatkan pemantauan tekanan darah secara teratur selama periode preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Selain pengukuran tekanan darah, evaluasi mencakup anamnesis menyeluruh untuk mengidentifikasi riwayat hipertensi dan faktor risiko kardiovaskular lain, pemeriksaan fisik untuk tanda penyakit kardiovaskular yang mendasari, dan penilaian laboratorium untuk menilai fungsi organ.[1,15]

Anamnesis

Saat anamnesis, dokter harus mampu menggali faktor risiko hipertensi perioperatif pasien, di antaranya usia, riwayat hipertensi, kehamilan, gangguan kardiovaskular, gangguan serebrovaskular, diabetes mellitus, dan penyakit ginjal.[1,2,15]

Evaluasi klinis pasien hipertensi harus mencakup seluruh risiko kardiovaskular dan komorbiditas yang dapat disebabkan oleh hipertensi. Tanyakan pasien mengenai riwayat penyakit jantung iskemik, penyakit jantung bawaan, aritmia, hipertensi pulmoner, serta riwayat intervensi koroner perkutan sebelumnya. Tanyakan pula terkait kebiasaan merokok, pola makan, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, aspek psikososial, serta riwayat penyakit hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga.[8,17]

Evaluasi gejala seperti nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri dada, dispnea, gejala neurologis serta kencing berdarah untuk menilai risiko terjadinya kerusakan organ akibat hipertensi atau hypertension-mediated organ damage (HMOD). Dokter juga harus menanyakan mengenai kepatuhan terapi antihipertensi pasien serta riwayat obat-obatan lain yang dikonsumsi pasien.[2,17]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien hipertensi perioperatif bertujuan untuk menegakkan diagnosis hipertensi serta mengevaluasi apakah ada gangguan pada organ target seperti jantung, ginjal dan otak.

Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan manset yang sesuai ukuran pada kedua lengan. Jika terdapat perbedaan tekanan >10 mmHg di kedua lengan, ulangi pemeriksaan. Gunakan tekanan darah yang lebih tinggi.

Selain pemeriksaan tekanan darah, lakukan juga pemeriksaan nadi brakial, femoral, karotis serta tekanan vena jugularis. Lakukan pemeriksaan jantung dengan mendengarkan irama jantung serta suara jantung tambahan seperti murmur dan gallop.[1,17]

Pemeriksaan Paru dan Abdomen

Pemeriksaan paru dilakukan untuk mengetahui apakah ada ronki yang merupakan tanda dari gagal jantung kiri disertai edema paru. Sementara itu, pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mengevaluasi bruit, striae akibat Cushing disease, serta nyeri perut yang dapat dialami pada kasus eklampsia.[1,17]

Pemeriksaan Fisik Lainnya

Pemeriksaan funduskopi dilakukan untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau papil edema. Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan dilakukan untuk mengevaluasi adanya pembesaran tiroid, pembesaran ginjal, obstructive sleep apnea, peningkatan indeks massa tubuh (IMT), dan edema ekstremitas.[1,17]

Klasifikasi Tekanan Darah

Berdasarkan klasifikasi International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guideline 2020, klasifikasi tekanan darah untuk dewasa yang berusia 18 tahun ke atas:

  • Normal: Tekanan sistolik <130 mmHg, tekanan diastolik <85 mmHg
  • Normal–Tinggi: Tekanan sistolik 130–139 mmHg, tekanan diastolik 85–89 mmHg
  • Stadium 1: Tekanan sistolik 140–159 mmHg, tekanan diastolik 90–99 mmHg
  • Stadium 2: Tekanan sistolik ≥160 mmHg, tekanan diastolik ≥100 mmHg[17]

American Heart Association (AHA) menurunkan kriteria ambang batas hipertensi derajat 1 dari 140/90 mmHg menjadi 130/80 mmHg. Walau demikian, penggunaan definisi hipertensi baru ini sebaiknya berhati-hati karena berpotensi merugikan pasien.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa peningkatan tekanan darah secara akut hingga memerlukan penanganan yang cepat mengindikasikan adanya krisis hipertensi. Berdasarkan keterlibatan organ, krisis hipertensi dibagi menjadi hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi. Hipertensi urgensi tidak disertai dengan gangguan target organ, sementara hipertensi emergensi disertai oleh bukti kerusakan organ.[17,18]

Saat ini, tidak ada standar universal dalam menentukan ambang tekanan darah yang termasuk dalam hipertensi emergensi dalam operasi. Hal ini dikarenakan respon pasien dengan riwayat hipertensi kronik terhadap peningkatan tekanan darah akut dapat berbeda dari pasien tanpa riwayat hipertensi sebelumnya.[17,19]

Diagnosis Banding

Hipertensi perioperatif biasanya bisa cukup jelas didiagnosis. Meski demikian, beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan.

Hipertensi Esensial yang tidak Terdiagnosis atau Peningkatan Tekanan Darah Transien

Pasien mungkin mengalami hipertensi yang telah ada sebelum operasi tetapi tidak terdiagnosis sebelumnya. Selain itu, peningkatan tekanan darah juga bisa terjadi transien akibat stres perioperatif atau penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid atau kontrasepsi oral.[1,18]

Hipertiroidisme

Hipertiroidisme juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Ini bisa menjadi penyebab hipertensi perioperatif jika tidak dideteksi atau diterapi sebelumnya. Tanda klinis mencakup penurunan tekanan darah, eksoftalmus, tremor, dan pembesaran kelenjar tiroid.[1,18]

Pheochromocytoma

Pheochromocytoma adalah tumor langka yang terbentuk di kelenjar adrenal dan memproduksi hormon, seperti adrenalin, yang dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah yang ekstrem. Apabila tidak terdeteksi sebelum tindakan operasi, kondisi ini bisa menyebabkan perubahan tekanan darah selama atau setelah operasi.[1,18]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menentukan risiko terjadinya kejadian kardiovaskular pada pasien yang menjalani operasi, mengevaluasi komorbiditas, dan mendeteksi komplikasi.

Elektrokardiografi (EKG)

EKG membantu dalam mengevaluasi aktivitas listrik jantung dan mengidentifikasi tanda-tanda iskemia miokardium atau gangguan irama jantung yang mungkin terkait dengan hipertensi perioperatif.[17,19]

Pemeriksaan Kimia Darah

Pemeriksaan kimia darah, termasuk elektrolit, fungsi ginjal, dan fungsi hati, memberikan informasi tentang fungsi organ yang dapat menjadi predisposisi maupun terpengaruh oleh hipertensi perioperatif. Selain itu, penilaian elektrolit penting untuk mendeteksi ketidakseimbangan elektrolit yang dapat memengaruhi tekanan darah.[17,19]

Evaluasi fungsi ginjal penting karena hipertensi perioperatif dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau memperburuk fungsi ginjal yang sudah ada sebelumnya. Pemeriksaan ini juga dapat membantu mengantisipasi terjadinya komplikasi intraoperatif jika dilakukan sebelum tindakan operasi.[15,17,19]

Pemeriksaan Urinalisis

Urinalisis membantu dalam mendeteksi adanya proteinuria, hematuria, atau abnormalitas lainnya yang mungkin menandakan gangguan ginjal yang terkait dengan hipertensi perioperatif.[17,19]

Pengukuran Kadar Hormon Tiroid

Gangguan tiroid, seperti hipertiroidisme, dapat berkontribusi pada hipertensi perioperatif. Pemeriksaan ini membantu dalam mengevaluasi fungsi tiroid dan menyingkirkan penyebab hipertensi yang mungkin terkait dengan gangguan tiroid.[17,19]

Pemeriksaan Pencitraan

Pemeriksaan pencitraan, seperti ultrasonografi abdomen atau CT/MRI abdomen, dapat membantu dalam mendeteksi adanya tumor adrenal  atau gangguan struktural lainnya yang mungkin menjadi penyebab hipertensi perioperatif.[17,19]

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan penunjang tambahan dapat dilakukan bila dibutuhkan untuk mengonfirmasi adanya hypertension-mediated organ damage (HMOD). Pemeriksaan echocardiography bermanfaat untuk mengevaluasi adanya hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi sistolik, diastolik, atau atrial dilasi. Pemeriksaan biomarker jantung seperti troponin, B-type natriuretic peptide (BNP), dan N-terminal pro-BNP (NT-proBNP) dapat memanfaat mendeteksi iskemia jantung.

Funduskopi bermanfaat untuk menilai adanya perubahan retinal, perdarahan, dan papilledema. Sementara itu, CT scan kepala diperlukan bila pasien menunjukkan gejala defisit neurologis.[15,17,19]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani

Referensi

1. Gill R, Goldstein S. Evaluation and Management of Perioperative Hypertension. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557830/
2. Tait A, Howell SJ. Preoperative hypertension: perioperative implications and management. BJA Educ. 2021 Nov;21(11):426-432. doi: 10.1016/j.bjae.2021.07.002. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8520037/
8. Mahendran S, Thiagalingam A, Hillis G, Halliwell R, Pleass HC, Chow CK. Cardiovascular risk management in the peri-operative setting. Med J Aust. 2023; 219(1):30-39. doi: 10.5694/mja2.51988.
15. Lobo SA, Fischer S. Cardiac Risk Assessment. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537146/
17. Unger T, Borghi C, Charchar F, Khan NA, Poulter NR, Prabhakaran D, Ramirez A, Schlaich M, Stergiou GS, Tomaszewski M, Wainford RD, Williams B, Schutte AE. 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension. 2020;75(6):1334-1357. doi: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.
18. Samson M. Hypertension. Medscape, 2024. https://emedicine.medscape.com/article/241381-overview#a3
19. Pierin AMG, Flórido CF, Santos JD. Hypertensive crisis: clinical characteristics of patients with hypertensive urgency, emergency and pseudocrisis at a public emergency department. Einstein (Sao Paulo). 2019; 17(4):eAO4685. doi: 10.31744/einstein_journal/2019AO4685.

Epidemiologi Hipertensi Perioper...
Penatalaksanaan Hipertensi Perio...

Artikel Terkait

  • Pilihan Obat Antihipertensi pada Orang dengan Penyakit Kardiovaskuler
    Pilihan Obat Antihipertensi pada Orang dengan Penyakit Kardiovaskuler
  • Serba-serbi Pengukuran Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer
    Serba-serbi Pengukuran Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer
  • Waktu Istirahat Ideal Sebelum Pemeriksaan Tekanan Darah
    Waktu Istirahat Ideal Sebelum Pemeriksaan Tekanan Darah
  • Pemilihan Obat Antihipertensi Lini Pertama
    Pemilihan Obat Antihipertensi Lini Pertama
  • Waktu Optimal Konsumsi Obat Antihipertensi: Pagi atau Malam?
    Waktu Optimal Konsumsi Obat Antihipertensi: Pagi atau Malam?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 Maret 2025, 19:48
Apakah pasien HT terkontrol dg tensi >180/90 boleh dilakukan vaksinasi meningitis?
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya apakah pasien dengan tensi >180/90 boleh dilakukan vaksin meningitis? Atau harus dilakukan penundaan terlebih dahulu, jika iya...
Anonymous
Dibalas 15 Maret 2025, 13:59
Apakah dokter umum boleh memberikan obat hipertensi pada ibu hamil
Oleh: Anonymous
8 Balasan
Alo Dokter. Saya izin bertanya, ada pasien ibu hamil tensi 150/80mmHgDicek protein urine negatifSebaiknya kami sebagai dokter umum memberikan rujukan poli...
Anonymous
Dibalas 24 Februari 2025, 10:12
CAPTOPRIL SUBLINGUAL VS ORAL
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya pada kasus HT urgensi dengan dispepsia. TD 198/122. Keluhan menyesak di dada. EKG normal. Tatalaksana awal utk menurunkan TD nya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.