Prognosis Hipertensi Perioperatif
Prognosis hipertensi perioperatif ditentukan oleh kontrol tekanan darah dan pencegahan komplikasi. Jika hipertensi perioperatif dapat segera dikontrol tanpa menimbulkan komplikasi, maka prognosis baik. Hipertensi perioperatif yang tidak tertangani secara adekuat dapat menyebabkan komplikasi kardiovaskuler, neurologis, renal, dan bahkan kematian.[1,3,5]
Komplikasi
Hipertensi perioperatif dapat memperpanjang masa perawatan di rumah sakit, terlebih pada pasien dengan krisis hipertensi. Krisis hipertensi dapat terjadi pada pasien saat operasi maupun setelah operasi.
Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskuler, neurologis dan renal yang berat seperti gagal jantung, aritmia, infark miokard akut, stroke, serta gagal ginjal akut. Pasien yang menjalani jenis operasi kardiak lebih berisiko mengalami komplikasi tersebut.[1,3,5]
Berbagai faktor seperti riwayat penyakit serebrovaskular, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik, diabetes mellitus yang memerlukan terapi insulin, serta jenis operasi besar seperti intraperitoneal dan intratorakal berisiko lebih tinggi menimbulkan kejadian gangguan kardiovaskular mayor atau Major Adverse Cardiac Events (MACE) pascaoperasi. Bila tidak ditangani secara adekuat, hipertensi perioperatif dapat meningkatkan risiko kematian pasien saat operasi ataupun setelah operasi.[1,3,5,15]
Prognosis
Prognosis hipertensi perioperatif baik jika kontrol tekanan darah dilakukan secara adekuat dan tidak terjadi komplikasi. Pasien hipertensi perioperatif yang mengalami komplikasi kardiovaskuler, neurologis, dan renal setelah operasi dan tidak segera ditangani dengan baik berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk.
Tidak hanya pada pasien operasi kardiak, pasien operasi nonkardiak juga berisiko mengalami kejadian kardiovaskular baru hingga kematian dalam 30 hari hingga 1 tahun pascaoperasi. Pada operasi nonkardiak, insiden kejadian kardiovaskular mayor diperkirakan terjadi sebanyak 3% dan menyebabkan 1 dari 3 kematian pasien dalam 30 hari pascaoperasi.[4,8,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani