Etiologi Hipertensi Perioperatif
Etiologi hipertensi perioperatif tergantung pada faktor risiko individu dan jenis operasi yang dilakukan. Faktor-faktor yang berkontribusi termasuk peningkatan aktivitas saraf simpatis akibat stres operasi, respon neuroendokrin terhadap perubahan hemodinamik, seperti peningkatan katekolamin dan aktivitas renin-angiotensin-aldosteron, serta efek samping obat anestesi.
Selain itu, kondisi preoperatif seperti riwayat hipertensi esensial atau penyakit vaskular yang mendasari juga dapat mempengaruhi respons hipertensi perioperatif.[5,12]
Etiologi Preoperatif
Hipertensi preoperatif dapat disebabkan karena kecemasan, riwayat hipertensi sebelumnya, dan karena induksi anestesi, terutama pada pasien yang tidak mendapat terapi analgesik opioid sebelum tindakan operasi. Pasien dengan riwayat hipertensi sebelumnya, walau terkontrol, akan lebih berisiko untuk mengalami hipertensi perioperatif akibat induksi anestesi.[5,12]
Etiologi Intraoperatif
Etiologi intraoperatif dapat terjadi akibat nyeri akut saat operasi, inhibisi saraf simpatik, dan hilangnya kontrol refleks baroreseptor tekanan arterial. Individu dengan riwayat hipertensi sebelumnya akan lebih berisiko untuk mengalami hipertensi intraoperatif.[3,5]
Etiologi pasca Operatif
Nyeri saat operasi, hipoksia, hipotermia, penghentian obat antihipertensi jangka panjang, dan pemberian cairan berlebih saat operasi dapat menyebabkan hipertensi pascaoperatif.[12]
Faktor Risiko
Faktor risiko klinis pada pasien yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi perioperatif dan kejadian kardiovaskular saat operasi antara lain usia >65 tahun, obesitas, riwayat penyakit kardiovaskular, dan jenis operasi yang dijalani.
Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi perioperatif dan kejadian kardiovaskular meliputi penyakit jantung koroner, gagal jantung kronik, disfungsi ventrikel kiri jantung, penyakit katup jantung, aritmia, penyakit pulmonal, penyakit jantung bawaan pada dewasa, penyakit perikardial, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskuler, dan penyakit ginjal kronik.[1,6,11]
Jenis Operasi
Jenis prosedur yang dilakukan juga mempengaruhi risiko terjadinya hipertensi perioperatif dan komplikasinya. Operasi yang berhubungan dengan kardiovaskuler umumnya meningkatkan risiko terjadi hipertensi perioperatif dibandingkan operasi nonkardiak. Jenis prosedur operasi dibagi menjadi dua berdasarkan risikonya.
Prosedur Risiko Rendah:
Prosedur risiko rendah (low risk procedure) merupakan gabungan dari jenis operasi dan karakteristik pasien yang dapat diprediksi menimbulkan gangguan kardiovaskuler (Major Adverse Cardiac Events / MACE) ≤ 1%. Contohnya adalah operasi katarak dan operasi plastik pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya
Prosedur Risiko Tinggi:
Prosedur risiko tinggi (high risk procedure) merupakan gabungan dari jenis operasi dan karakteristik pasien yang dapat diprediksi menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Contohnya adalah operasi vaskuler perifer, operasi intraabdomen, dan operasi intratorakal.[8,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani