Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Hipertensi Perioperatif general_alomedika 2024-06-07T17:25:49+07:00 2024-06-07T17:25:49+07:00
Hipertensi Perioperatif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Hipertensi Perioperatif

Oleh :
dr.Dizi Bellari Putri
Share To Social Media:

Patofisiologi hipertensi perioperatif melibatkan interaksi kompleks antara respons fisiologis terhadap stres perioperatif, termasuk peningkatan aktivitas simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang menyebabkan vasokonstriksi dan retensi cairan.

Peningkatan aktivitas simpatis merangsang pelepasan katekolamin yang meningkatkan denyut jantung dan kontraksi pembuluh darah. Selain itu, pengeluaran renin oleh ginjal meningkat karena hipovolemia relatif selama periode operasi, menyebabkan produksi angiotensin II yang merangsang vasokonstriksi pembuluh darah.[1,5]

Prediktor Hipertensi Perioperatif

Prediktor hipertensi perioperatif yang umum adalah riwayat hipertensi sebelumnya, terutama bila tekanan diastolik di atas 110 mmHg. Prediktor lain adalah jenis operasi yang akan dilakukan, seperti operasi karotid, operasi aorta abdominal, operasi vaskuler perifer, operasi intraabdomen dan operasi intratorakal. Hipertensi perioperatif dapat terjadi saat induksi anestesi, saat operasi, sesaat setelah operasi dan 24–48 jam setelah operasi.[1,11]

Patofisiologi Hipertensi Perioperatif akibat Induksi Anestesi

Saat induksi anestesi, baik pasien yang memiliki tekanan darah tinggi ataupun tidak, dapat mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Pasien dengan riwayat hipertensi kronik lebih rentan mengalami fluktuasi tekanan darah akibat remodeling arterial dan peningkatan resistensi vaskular.[2,5,12]

Aktivasi saraf simpatetik saat induksi anestesi dapat meningkatkan tekanan darah sebanyak 20–30 mmHg dan denyut jantung meningkat 15–20 kali per menit pada pasien dengan tekanan darah yang normal. Respons ini dapat meningkat secara signifikan pada pasien yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol sebelumnya di mana tekanan sistolik dapat meningkat menjadi 90 mmHg.[13]

Patofisiologi Hipertensi Perioperatif Intraoperasi

Hipertensi perioperatif yang terjadi saat operasi biasanya disebabkan oleh nyeri akut yang berhubungan dengan stimulasi saraf simpatetik sehingga menyebabkan vasokonstriksi. Pada saat operasi, tekanan darah arterial rata-rata turun diakibatkan oleh efek langsung anestesi, inhibisi saraf simpatik dan hilangnya kontrol refleks baroreseptor tekanan arterial.[4,5]

Efek induksi anestesi terhadap perubahan tekanan darah berhubungan dengan peningkatan kadar katekolamin dan peningkatan sensitivitas pembuluh darah perifer terhadap katekolamin. Pasien dengan riwayat hipertensi sebelumnya cenderung mengalami perubahan tekanan darah yang fluktuatif saat operasi, baik hipertensi maupun hipotensi, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya iskemia miokard.[5,14]

Patofisiologi Hipertensi Perioperatif Pascaoperasi

Hipertensi perioperatif sesaat setelah operasi biasanya disebabkan oleh nyeri setelah operasi, hipoksia, hiperkarbia, hipotermia, distensi kandung kemih, atau cairan intravaskuler yang berlebihan akibat pemberian terapi cairan selama operasi.

Beberapa studi mengungkapkan bahwa hipertensi akut pascaoperasi lebih rentan terjadi pada pasien wanita, terutama yang berusia lanjut. Hal ini diperkirakan berhubungan dengan tingkat aktivitas estrogen. Wanita pascamenopause mengalami perubahan kadar estrogen dan lebih rentan terhadap agitasi emosional. Kondisi ini berdampak pada peningkatan rangsangan saraf simpatetik dan perubahan fungsi endokrin, sehingga memicu peningkatan abnormal tekanan darah.[5]

Krisis Hipertensi

Krisis hipertensi didefinisikan tekanan darah sistolik ≥180 mmHg atau tekanan diastolik ≥120 mmHg pada dua kali pemeriksaan berturut-turut. Stimulasi adrenergik, nyeri pascaoperasi, kecemasan, peningkatan volume cairan intravaskular dapat memicu timbulnya krisis hipertensi, terutama pada pasien dengan riwayat hipertensi kronik.[1,3]

Bila krisis hipertensi tidak ditangani dengan tepat, pasien berisiko mengalami perdarahan, gangguan serebrovaskuler, dan infark miokard. Efek ini dikaitkan dengan peningkatan beban kerja miokardial dan peningkatan tekanan hidrostatik.[3,12]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani

Referensi

1. Gill R, Goldstein S. Evaluation and Management of Perioperative Hypertension. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557830/
2. Tait A, Howell SJ. Preoperative hypertension: perioperative implications and management. BJA Educ. 2021 Nov;21(11):426-432. doi: 10.1016/j.bjae.2021.07.002. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8520037/
3. Storozh V, et al. Postoperative Hypertension: When Blood Pressure Cuff and Arterial Line Disagree. Journal of Clinical Anesthesia and Pain Management, 2019. 3. 10.36959/377/327.
4. Lizano-Díez I, et al. The burden of perioperative hypertension/hypotension: A systematic review. PLOS ONE, 2022. 17(2): e0263737. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0263737
5. Mohseni S, et al. Perioperative Hypertension Etiologies in Patients Undergoing Noncardiac Surgery in University Health Network Hospitals-Canada from 2015-2020. Integr Blood Press Control. 2022; 15:23-32. doi: 10.2147/IBPC.S347395
11. Singh S, Zeltser R. Cardiac Risk Stratification. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507785/
12. Zhou Y, Luo D, Shao L, et al. Risk factors for acute postoperative hypertension in non-cardiac major surgery: a case control study. BMC Anesthesiol, 2023. 23, 167. https://doi.org/10.1186/s12871-023-02121-0
13. Bisognano JD. Perioperative management of hypertension. Uptodate, 2022. https://www.uptodate.com/contents/perioperative-management-of-hypertension
14. Balcı E, Demir ZA, Bahçecitapar M. Management of renin-angiotensin-aldosterone inhibitors and other antihypertensives and their clinical effects on pre-anesthesia blood pressure. Anesth Pain Med (Seoul). 2022 Jan;17(1):112-119. doi: 10.17085/apm.21050. Epub 2022 Jan 5. PMID: 34991190; PMCID: PMC8841255.l

Pendahuluan Hipertensi Perioperatif
Etiologi Hipertensi Perioperatif

Artikel Terkait

  • Pilihan Obat Antihipertensi pada Orang dengan Penyakit Kardiovaskuler
    Pilihan Obat Antihipertensi pada Orang dengan Penyakit Kardiovaskuler
  • Serba-serbi Pengukuran Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer
    Serba-serbi Pengukuran Tekanan Darah dengan Digital Sphygmomanometer
  • Pemilihan Obat Antihipertensi Lini Pertama
    Pemilihan Obat Antihipertensi Lini Pertama
  • Waktu Optimal Konsumsi Obat Antihipertensi: Pagi atau Malam?
    Waktu Optimal Konsumsi Obat Antihipertensi: Pagi atau Malam?
  • Pedoman Penatalaksanaan Hipertensi ESC 2024 – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Penatalaksanaan Hipertensi ESC 2024 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 Maret 2025, 19:48
Apakah pasien HT terkontrol dg tensi >180/90 boleh dilakukan vaksinasi meningitis?
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya apakah pasien dengan tensi >180/90 boleh dilakukan vaksin meningitis? Atau harus dilakukan penundaan terlebih dahulu, jika iya...
Anonymous
Dibalas 15 Maret 2025, 13:59
Apakah dokter umum boleh memberikan obat hipertensi pada ibu hamil
Oleh: Anonymous
8 Balasan
Alo Dokter. Saya izin bertanya, ada pasien ibu hamil tensi 150/80mmHgDicek protein urine negatifSebaiknya kami sebagai dokter umum memberikan rujukan poli...
Anonymous
Dibalas 24 Februari 2025, 10:12
CAPTOPRIL SUBLINGUAL VS ORAL
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya pada kasus HT urgensi dengan dispepsia. TD 198/122. Keluhan menyesak di dada. EKG normal. Tatalaksana awal utk menurunkan TD nya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.