Diagnosis Keloid
Diagnosis keloid patut dicurigai pada pasien dengan gejala klinis berupa luka yang tumbuh melebihi batas luka awal, lebih padat, dan dapat disertai gejala seperti rasa gatal, nyeri, atau eritema.
Anamnesis
Gejala yang umum terjadi pada keloid adalah gatal, nyeri, eritema, dan pertumbuhan massa yang kontinu. Semua gejala berujung pada malformasi fungsi dan penampilan.[4]
Keloid terbentuk lebih lambat dibandingkan parut hipertrofik, yaitu 3 bulan hingga 1 tahun setelah awitan luka. Keloid bertambah besar secara progresif dan tidak beregresi spontan.[2,9]
Area predileksi keloid antara lain dada, cuping telinga, leher, wajah (rahang), bahu, punggung atas, lutut, dan pergelangan kaki. Keloid memiliki predisposisi berkembang pada area kulit yang mengalami peregangan kuat dan/atau repetitif. Karena itu, parut patologis jarang terjadi pada membran mukosa, genitalia, telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, kepala, dan tibia anterior.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik parut keloid adalah pertumbuhan yang melebihi batas luka awal.[1] Terdapat beberapa metode evaluasi parut. Metode yang paling umum digunakan adalah Vancouver Scar Scale (VSS) dan Patient and Observer Scar Assessment Scale (POSAS).[4]
Skala parut lain yang telah dikembangkan antara lain Seattle Scar Scale, Visual Analog Scale (VAS), 5-D Itch Scale, dan Itch Man Scale. Kualitas hidup pasien dapat dievaluasi dengan VAS, 5-D Itch Scale, Boston Outcomes Questionnaire, Scars Problem Questionnaire, dan Brisbane Burn Scar Impact Profile.[11]
Keloid dapat dikategorisasi menjadi keloid mayor (lebih luas, elevasi >0,5 cm, disertai nyeri) dan minor. Keloid dapat berkembang setelah 1 tahun pasca awitan luka. Tidak seperti parut hipertrofik, keloid terus bertumbuh dan tidak beregresi spontan.[1,9]
Keloid cenderung menyebar menjadi bentuk tertentu tergantung lokasinya. Keloid pada dada anterior cenderung tumbuh horizontal membentuk capit kepiting akibat tegangan horizontal dari kontraksi otot pektoralis mayor. Keloid bahu membentuk kupu-kupu, sementara keloid lengan atas tumbuh menjadi bentuk dumbbell.[8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding keloid terdiri dari parut hipertrofik, dermatofibroma, dermatofibrosarkoma protuberans, varian keloid seperti morphea atau skleroderma, xanthoma disseminatum, dan lobomikosis.
Parut Hipertrofik
Diagnosis banding keloid yang utama adalah parut hipertrofik. Pembeda utama dari keduanya adalah batas luka apakah melebihi batas luka awal atau tidak, serta durasi proses pembentukan parut. Keloid memiliki batas yang melebihi batas luka awal, serta memiliki durasi pembentukan parut yang lebih lama dibandingkan parut hipertrofik.
Dermatofibroma
Dermatofibroma adalah respons parut abnormal berupa papul atau nodul berwarna kulit atau hiperpigmentasi. Tanda khas kondisi ini adalah “dimple sign”, yaitu depresi sentral ketika dikenakan tekanan lateral.
Dermatofibrosarkoma Protuberans
Dermatofibrosarkoma protuberans adalah tumor sel spindle pada trunkus dan bagian proksimal ekstremitas individu dewasa muda yang jarang dan bersifat agresif lokal. Berbeda dengan keloid, lesi ini tidak didahului trauma dan memiliki batas yang lebih ireguler.
Morphea dan Skleroderma
Skleroderma dan variannya, morphea, merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan munculnya nodul seperti keloid. Faktor pembeda utama dengan keloid adalah tidak adanya kejadian pendahulu yang diketahui. Selain itu, pasien juga dapat menderita penyakit jaringan ikat lainnya.
Xanthoma Disseminatum
Xanthoma disseminatum adalah proliferasi histiositik yang jarang dengan lesi kulit menyerupai keloid. Lesi tersusun dalam pola difus simetris. Keterlibatan sistemik dapat menyebabkan diabetes insipidus.
Lobomikosis
Lobomikosis adalah infeksi dalam akibat jamur Lacazia loboi. Manifestasi klinis berupa nodul menyerupai keloid pada ekstremitas distal yang tumbuh dengan lambat. Kondisi ini diasosiasikan dengan ekspos terhadap lumba-lumba atau tanah pedesaan.[12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak bermanfaat secara klinis untuk diagnosis keloid. Pemeriksaan ini lebih umum digunakan untuk keperluan penelitian berupa pemeriksaan pencitraan dan histopatologi.
Pencitraan
Beberapa sarana diagnostik dapat digunakan untuk menilai parameter parut seperti warna, perfusi, konsistensi, elastisitas, atau ketebalan parut. Sarana ini mencakup colorimeter atau spektrofotometer, doppler laser, pneumatonometer, kutometer, dan ultrasonografi.
Aliran darah dan angiogenesis dapat diukur dengan sistem pencitraan laser speckle. Belum terdapat konsensus terhadap sarana yang paling sesuai untuk mengevaluasi parut.[11]
Histopatologi
Keloid mengandung bundel kolagen tipe I dan III yang tidak beraturan. [1] Jumlah miofibroblas lebih rendah daripada parut hipertrofik. Keloid tersusun dari serabut kolagen terhialinisasi yang besar, tebal, dan bergelombang serta bundel kolagen yang berdekatan.[9]
Keloid juga mengekspresikan kadar proteoglikan (PG) low-density chondroitin sulfate dan PG low-density dermatan sulfate yang tinggi. Tidak terdapat nodul ataupun miofibroblas berlebih.
Vaskularisasi buruk dengan pembuluh darah yang terdilatasi dan tersebar. Tampak ekstensi tepi menyerupai lidah di bawah epidermis dan dermis papiler normal. Terdapat pita fibrosa seluler horizontal pada dermis retikuler dan pita fibrosa prominen yang menyerupai fasia.[5]
Histologi keloid konstan sepanjang fase maturasi dan terutama tersusun atas sel berbentuk spindel negatif α-SMA (smooth muscle actin) dan fibronektin (FN). Nodul kolagen yang prominen menunjukkan sedikit positif α-SMA dan positif FN.[5]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri