Diagnosis Kolesistitis
Diagnosis kolesistitis ditegakkan dari temuan klinis yang umumnya meliputi keluhan seperti nyeri perut, mual, muntah, demam, yang dapat bersifat episodik dan berulang. Dari pemeriksaan klinis, didapatkan nyeri kuadran kanan atas dengan Murphy sign positif. Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran penebalan dinding kandung empedu, dan laboratorium menunjukkan leukositosis.
Anamnesis
Keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien dengan kolesistitis adalah nyeri perut kuadran kanan atas. Pada awalnya, pasien dapat merasakan nyeri kolik yang hilang timbul, kemudian nyeri menetap di kuadran kanan atas abdomen. Pada beberapa kasus, nyeri dapat diproyeksikan ke bahu kanan dan regio subskapula.
Keluhan utama dapat disertai dengan nyeri epigastrik, mual, muntah, perut kembung, dan demam. Pasien juga dapat mengeluh gejala timbul ataupun memberat setelah makan makanan berlemak. Gejala gejala ini biasanya terjadi secara episodik dan berulang.[1,3]
Pada pasien lansia, terutama dengan komorbiditas diabetes mellitus, tanda dan gejala yang timbul tidak spesifik. Nyeri dan demam bisa saja tidak timbul sebagai gejala. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dapat menjadi salah satu petunjuk yang dapat mengarahkan diagnosis kolesistitis.[3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, bisa ditemukan nyeri tekan epigastrik dan kuadran kanan atas abdomen. Murphy sign positif yaitu terjadinya nyeri tekan dan jeda inspirasi pada palpasi dalam kuadran kanan atas abdomen. Pasien juga bisa mengalami peningkatan suhu badan. Pada beberapa kasus, pasien bisa datang dengan ikterus ringan.[3,16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kolesistitis meliputi penyakit dengan gejala nyeri abdomen akut seperti pankreatitis akut, appendicitis, ulkus peptikum, dan cholangitis akut.
Pankreatitis Akut
Pada pankreatitis akut, biasanya gejala yang timbul adalah nyeri abdomen kuadran atas, dapat menembus hingga punggung. Tes laboratorium yang dapat membedakan dengan kolesistitis adalah terjadinya peningkatan amilase dan lipase pada pankreatitis akut. Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis pankreatitis adalah magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP). Hasil SGPT > 150 dapat mengarah pada pankreatitis yang disebabkan oleh penyakit bilier.[17]
Appendicitis
Pada appendicitis akut, gejala yang timbul adalah nyeri di perut kanan bawah, mual, muntah, dan anoreksia. Pada pemeriksaan fisik, bisa didapatkan nyeri tekan titik Mcburney. USG, appendicogram, atau CT scan abdomen dapat membantu menyingkirkan diagnosis. Pada USG appendicitis akan didapatkan penebalan dinding appendiks.[18,19]
Ulkus Peptikum
Pada ulkus peptikum, pasien akan mengeluhkan nyeri epigastrik dengan sensasi terbakar yang dirasakan saat perut kosong, post prandial, atau 2-3 jam setelah makan. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan endoskopi yang akan menunjukan lesi ulkus peptikum.[20]
Cholangitis Akut
Gejala klasik yang timbul pada cholangitis akut adalah demam tinggi yang menetap dalam 24 jam, dapat diikuti dengan menggigil, ikterik, dan nyeri abdomen (trias Charcot). Nyeri abdomen kuadran kanan atas biasanya ringan. Pencitraan yang paling sensitif mendeteksi choledocolithiasis sebagai penyebab cholangitis adalah magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) dan endoscopic ultrasound (EUS). Kedua pencitraan ini dapat melihat tingkat keparahan obstruksi.[21]
Pemeriksaan Penunjang
Dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk mengkonfirmasi hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan meliputi pencitraan dan tes laboratorium.
Pencitraan
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendiagnosis kolesistitis karena tidak invasif, cepat, dan mudah diakses. Namun, sensitivitas USG sangat bergantung pada kemampuan operator. Dari hasil USG kolesistitis, bisa didapatkan gambaran cairan perikolesistik, distensi dan penebalan kandung empedu (>4 mm), batu empedu, dan Murphy sign sonografi positif.[8,16]
Jika pada USG tidak didapatkan gambaran yang jelas, maka pemeriksaan Cholescintigraphy (HIDA scan) diindikasikan. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 95% untuk mendeteksi penyakit batu empedu akut. HIDA scan berfungsi untuk menilai patensi duktus choledocus dan ampula.[22]
MRI digunakan bila USG belum dapat menegakkan diagnosis kolesistitis. Pada MRI, didapatkan gambaran pembesaran dan penebalan dinding kandung empedu. Pemeriksaan CT scan lebih berguna untuk mendiagnosis kolesistitis dengan komplikasi yaitu kolesistitis emfisema dan gangren. Selain itu, CT scan dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis intraabdomen lainnya yang sulit dideteksi oleh USG.[7,16]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan meliputi pemeriksaan darah lengkap, CRP, dan fungsi liver. Hasil laboratorium menunjukkan adanya tanda inflamasi yang ditandai dengan leukositosis dan peningkatan CRP> 3 mg/dL. Kenaikan SGOT dan SGPT menunjukkan adanya hepatitis. Kadar bilirubin juga dapat ditemukan meningkat. Peningkatan kadar bilirubin mengindikasikan adanya obstruksi pada ductus choledocus. Kadar lipase juga dapat diukur untuk melihat adanya komplikasi pankreatitis.[1,3]
Kriteria Diagnosis
Tokyo Guideline menetapkan kriteria berikut untuk diagnosis kolesistitis akut :
- Tanda lokal inflamasi : Murphy’s sign, nyeri tekan kuadran kanan atas abdomen
- Tanda sistemik inflamasi : demam, peningkatan CRP, peningkatan leukosit
- Hasil pencitraan : pencitraan menunjukkan karakteristik kolesistitis akut
Diagnosis suspek kolesistitis ditegakkan jika terdapat satu poin A dan satu poin B. Diagnosis definitif kolesistitis ditegakkan jika terdapat satu poin A, satu poin B, dan satu poin C.[16]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri