Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Peritonitis general_alomedika 2022-10-11T09:14:26+07:00 2022-10-11T09:14:26+07:00
Peritonitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Peritonitis

Oleh :
Graciella N T Wahjoepramono
Share To Social Media:

Diagnosis peritonitis umumnya dapat ditegakkan secara klinis dengan mencari penyebab dan faktor risiko peritonitis seperti asites, serta gambaran pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya kelainan pada kavum peritoneal. Pemeriksaan penunjang berupa paracentesis mungkin diperlukan pada peritonitis bakteri spontan.

Anamnesis

Pasien yang mengalami peritonitis umumnya mengeluhkan nyeri abdomen, baik terlokalisir maupun difus. Pada awal perjalanan penyakit, pasien juga bisa saja tidak memiliki keluhan. Keluhan lain yang sering dialami adalah demam dan diaforesis. Berdasarkan mekanisme etiologi peritonitis, terdapat beberapa perbedaan dalam temuan anamnesis yang dapat terlihat.

Peritonitis Primer

Peritonitis bakteri spontan memiliki tanda dan gejala yang lebih ringan dibandingkan peritonitis akibat tindakan bedah. Bahkan tanda dan gejala seringkali tidak muncul pada pasien peritonitis jenis ini. Pada anamnesis, dapat digali faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan peritonitis bakteri spontan.[9]

Peritonitis Sekunder

Keluhan yang dirasakan oleh pasien dengan peritonitis sekunder tergantung dengan penyebab utama peritonitis tersebut. Contohnya, pada pasien dengan ruptur gaster keluhan yang dirasakan adalah nyeri di bagian epigastrium, sedangkan pasien dengan appendicitis akan mengeluhkan nyeri di abdomen kuadran kanan bawah disertai mual.

Infeksi yang menyebar ke rongga peritoneum memiliki ciri-ciri nyeri yang bertambah akibat inervasi pada peritoneum parietal. Saat awal timbul, nyeri seringkali tumpul dan tidak terlokalisir, kemudian akan berkembang menjadi nyeri yang terus-menerus, berat, dan terlokalisir. Nyeri dapat dirasakan memberat dengan pergerakan abdomen seperti saat batuk, menggerakan panggul, dan jika ditekan.[2,4,11]

Gejala lain yang dapat ditemukan adalah demam, anoreksia, mual, muntah, konstipasi, distensi abdomen, dehidrasi, hingga syok.[11]

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Anamnesis untuk peritonitis sebaiknya mencakup pertanyaan mengenai riwayat operasi pada abdomen, riwayat peritonitis sebelumnya, riwayat penggunaan obat yang menekan sistem imun, dan penyakit yang meningkatkan risiko infeksi intra abdomen seperti diverticulitis, ulkus peptikum, dan inflammatory bowel disease.[2]

Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan peritonitis pada pemeriksaan fisik umum tampak sakit dan dengan keluhan akut. Pada pemeriksaan dapat ditemukan tanda berikut:

  • Pasien memiliki suhu tubuh demam di atas 38°C
  • Takikardia
  • Hipovolemia akibat perpindahan cairan ke rongga peritoneum (third-space losses), yang dapat diperparah dengan adanya anoreksia, mual, dan demam
  • Hipotensi akibat syok yang dapat terjadi karena hipovolemia atau syok distributif
  • Oliguria atau anuria[1,2]

Pemeriksaan abdomen sebaiknya dilakukan dengan posisi supinasi, lutut pasien ditekuk atau diletakkan bantal di bawah lutut agar perut pasien tidak tegang. Pada pemeriksaan abdomen bisa ditemukan gambaran:

  • Nyeri tekan saat palpasi
  • Defans muskular atau rigiditas
  • Rebound tenderness
  • Distensi abdomen
  • Bising usus yang hipoaktif atau tidak ada
  • Asites[1,2,12]

Pemeriksaan fisik lainnya dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti iritasi diafragma pada penyakit rongga toraks, penyakit ekstraperitoneum seperti pielonefritis atau sistitis, dan penyakit di dinding abdomen.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada peritonitis di antaranya adalah keadaan lain yang bisa menyebabkan akut abdomen, porfiria intermiten akut, dan obstruksi ileus.

Penyebab Akut Abdomen Lainnya

Keadaan lain yang dapat menyebabkan akut abdomen harus dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab peritonitis ataupun sebagai diagnosis banding. Keadaan ini di antaranya adalah appendicitis, ulkus peptikum, atau tifoid. Pada peritonitis akan tampak gejala rangsang peritoneal, misalnya rigiditas, defans muskular, dan nyeri lepas.

Porfiria Intermiten Akut

Pada porfiria intermiten akut pasien akan mengeluhkan nyeri perut hebat yang timbul karena pengaruh alkohol atau obat tertentu seperti barbiturat dan sulfonamida. Pada pasien ini tidak akan ditemukan tanda rangsang peritoneal.

Obstruksi Ileus

Obstruksi ileus dapat menjadi perforasi dan menimbulkan peritonitis. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan pemeriksaan radiologi berupa foto polos abdomen dan CT scan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada kasus peritonitis adalah pemeriksaan darah, paracentesis, pemeriksaan radiologi seperti rontgen atau computed tomography (CT).

Pemeriksaan Laboratorium

Secara umum, terdapat leukositosis dengan shift to the left pada pasien peritonitis. Kimia darah juga dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan asidosis. Pada pasien dengan peritonitis yang disebabkan oleh sirosis akan didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan fungsi hati SGPT dan SGOT. Pada peritonitis yang disebabkan oleh pankreatitis akan ditemukan peningkatan amilase dan lipase.

Pemeriksaan laboratorium lainnya dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis seperti urinalisa untuk infeksi saluran kemih atau urolithiasis; dan pemeriksaan feses untuk menyingkirkan enterokolitis.[2]

Peritonitis Primer

Diagnosis peritonitis primer harus menyingkirkan sumber infeksi intra-abdomen, dan penggunaan contrast-enhanced computed tomography sangat berguna untuk mengidentifikasi hal tersebut. Penggunaan pemeriksaan pencitraan juga dapat membantu menyingkirkan adanya udara bebas intraperitoneal.

Apabila dilakukan parasentesis, maka harus dilihat berapa jumlah sel polimorfonuklear (PMN) yang ada dalam cairan asites. Seseorang didiagnosis mengalami peritonitis bakterial spontan jika PMN > 250 sel/mm3.[1,5,9]

Kultur bakteri juga dapat dilakukan. Pada peritonitis primer, organisme yang ditemukan biasanya hanya satu jenis dan terisolir.[1,5]

Peritonitis Sekunder

Pada peritonitis sekunder, pasien seringkali memiliki hasil pemeriksaan darah dengan leukositosis dan shift to the left. Pada parasentesis dari cairan intraperitoneal pasien peritonitis sekunder lebih mudah ditemukan organisme penyebab infeksi dibandingkan dengan peritonitis primer. Pemeriksaan CT scan dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya abses di dalam abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan atau drainase.[1,5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

 

Referensi

1. Beilman G, Dunn D. Surgical Infections. In: Schwartz’s Principles of Surgery. 10th ed. McGraw-Hill Companies; 2010. https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=980&sectionid=59610847#1117740978
2. Daley B. Peritonitis and Abdominal Sepsis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/180234-overview
4. Piano S, Fasolato S, Salinas F, et al. The Empirical Antibiotic Treatment of Nosocomial Spontaneous Bacterial Peritonitis : Results of a Randomized Controlled Trial. Hepatology, 2015. 63(4): 1299-1309. doi:10.1002/hep.27941
5. Barshak MB, Kasper DL. Intraabdominal Infections and Abscesses. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. McGraw-Hill; 2017.http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?aid=1154243510
9. Wiest R, Krag A, Gerbes A. Spontaneous bacterial peritonitis: recent guidelines and beyond. GUT, 2011. 61(2): 297-310. doi:10.1136/gutjnl-2011-300779
11. Memon AA, Siddiqui FG, Abro AH, et al. An audit of secondary peritonitis at a tertiary care university hospital of Sindh Pakistan. World J Em Surgery, 2012. 7(1): 6. doi:10.1186/1749-7922-7-6
12. Silen W. Acute Appendicitis and Peritonitis. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. McGraw-Hill Companies; 2015. https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=1130&sectionid=79748274

Epidemiologi Peritonitis
Penatalaksanaan Peritonitis

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Epigastrium
    Red Flag Nyeri Epigastrium
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 20 Juli 2023, 20:21
Pemberian terapi antinyeri pada pasien GI tract bleeding
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, ijin bertanya bila pasien di IGD ada keluhan nyeri misal pada pasien peritonitis sangat nyeri perut vas scale 7-8, tapi pasien tersebut OT PT...
dr. Adi Nugraha
Dibalas 12 Maret 2019, 17:17
Konsul tatalaksana pasien suspek peritonitis e.c ulkus/perforasi gaster
Oleh: dr. Adi Nugraha
4 Balasan
Alo dokter, mohon konsul dok (cito). Sy baru mendapat pasien suspek peritonitis e.c ulkus gaster. Pasien 71 thn Status generalisata pasien somnolen. Vital...
dr. Wiji Hastuti
Dibalas 27 Oktober 2018, 17:19
Konsultasi pasien dengan distensi abdomen pasca diare
Oleh: dr. Wiji Hastuti
1 Balasan
dok, minta pendapat, ada anak usia 1 tahun dikeluhan perut membesar dalam sehari. tidak bisa BAB sehari. sebelumnya riwayat diare sekitar 10x sehari tetapi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.