Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Peritonitis general_alomedika 2022-10-11T09:10:46+07:00 2022-10-11T09:10:46+07:00
Peritonitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Peritonitis

Oleh :
Graciella N T Wahjoepramono
Share To Social Media:

Etiologi peritonitis dapat disebabkan oleh infeksi, proses patologis dari organ viseral lainnya, atau peritonitis yang persisten atau rekuren.

Etiologi

Peritonitis dapat dibagi peritonitis menjadi primer, sekunder, dan tersier sesuai dengan mekanisme penyebabnya.[1,2]

Peritonitis Primer (Spontan)

Peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai primer bila terjadi infeksi yang berasal dari diseminasi hematogen sumber infeksi yang jauh atau inokulasi langsung.Peritonitis primer pada dewasa seringkali terdapat pada pasien yang memiliki banyak cairan di dalam rongga peritoneum, terutama akibat asites, juga pada pasien dengan gagal ginjal yang menggunakan dialisis peritoneum.

Penyakit ini juga dapat ditemukan pada pasien dengan kanker yang metastasis, sirosis pasca nekrosis, hepatitis kronis aktif, hepatitis virus akut, penyakit jantung kongestif, lupus eritematosus sistemik, dan limfedema. Infeksi pada peritonitis primer seringkali hanya disebabkan oleh satu jenis mikroba seperti E. coli, K. pneumoniae, atau Pneumococcus.[1,5]

Peritonitis Tuberkulosis

Penyebaran tuberkulosis ke peritoneum seringkali terjadi secara hematogen dari tuberkel di paru. Kejadian penyebaran ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatnya pasien dengan infeksi HIV dan faktor risiko seperti penggunaan dialisis peritoneum atau penyakit ginjal kronis.

Namun, diagnosis peritonitis tuberkulosis sulit dilakukan karena tanda dan gejala yang tidak spesifik dan bervariasi, juga penyakit komorbid pasien yang dapat mengubah tampilan penyakit. Pasien seringkali ditemukan dengan asites (93%), nyeri abdomen (73%) dan demam (58%).[6]

Peritonitis Sekunder

Peritonitis sekunder dapat diasosiasikan dengan sebuah proses patologis di organ viseral, seperti perforasi atau trauma. Peritonitis sekunder seringkali disebabkan oleh kontaminasi isi organ intra abdominal ke dalam kavum peritoneum. Kontaminasi ini dapat berasal dari perforasi atau inflamasi berat dan infeksi di organ intraperitoneal. Contohnya, appendisitis, perforasi ulkus gaster, tifoid, atau divertikulitis. Adapun flora mikroba yang dapat menjadi penyebab peritonitis sekunder dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Flora Mikroba pada Peritonitis Sekunder

Tipe Organisme Persentase (%)
Aerobik
Gram negatif Escherichia coli 60
Enterobacter / Klebsiella 26
Proteus 22
Pseudomonas 8
Gram positif Streptokokus 28
Enterokokus 17
Stafilokokus 7
Anaerobik Bacteroides 72
Eubacteria 24
Clostridia 17
Peptostreptococcus 14
Peptococcus 11
Fungi Candida 2 [2]

Peritonitis sekunder juga dapat disebabkan adanya instrumen medis yang dimasukkan ke dalam rongga peritoneum, misalnya continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Selain itu, adanya bakteremia, misalnya pada sepsis, juga dapat menyebabkan keadaan ini.[1,2]

Peritonitis Tersier

Kegagalan terapi pada peritonitis dapat berkembang menjadi peritonitis tersier atau peritonitis persisten. Peritonitis tersier merupakan kondisi yang lebih sering ditemukan pada pasien dengan sistem imun yang lemah atau kombinasi regimen antibiotik yang tidak efektif, dimana mikroba tidak terbunuh sepenuhnya.[1]Contoh mikroba dan kombinasi mikroba yang dapat ditemukan pada kondisi ini adalah Enterococcus faecalis dan faecium, Staphylococcus epidermidis, Candida albicans, dan Pseudomonas aeruginosa.[1]

Faktor Risiko

Faktor risiko untuk peritonitis di antaranya adalah:

  • Sirosis
  • Cairan asites dengan total konsentrasi protein kurang dari 1 g/dL (<10 g/L)
  • Riwayat peritonitis bakteri spontan sebelumnya
  • Kandungan bilirubin serum di atas 2,5 mg/dL
  • Perdarahan varises
  • Malnutrisi
  • Penggunaan obat proton pump inhibitors (PPI) [3]

Pada pasien dengan dialisis peritoneum, risiko peritonitis meningkat. Beberapa faktor yang turut meningkatkan risiko ini adalah tingkat pendidikan yang rendah, usia sangat muda atau sangat tua, jenis kelamin, diabetes mellitus, dan jumlah albumin yang lebih rendah saat memulai continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD).[7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

 

Referensi

1. Beilman G, Dunn D. Surgical Infections. In: Schwartz’s Principles of Surgery. 10th ed. McGraw-Hill Companies; 2010. https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=980&sectionid=59610847#1117740978
2. Daley B. Peritonitis and Abdominal Sepsis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/180234-overview
5. Barshak MB, Kasper DL. Intraabdominal Infections and Abscesses. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. McGraw-Hill; 2017.http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?aid=1154243510
6. Srivastava U, Almusa O, Tung K, Heller M. Tuberculous peritonitis. Radiol Case Rep. 2014;9(3):971.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4861862/
7. Tian Y, Xie X, Xiang S, Yang X, Zhang X, Shou Z, et al. Risk factors and outcomes of high peritonitis rate in continuous ambulatory peritoneal dialysis patients. Med, 2016; 95(49):e5569.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5266038/

Patofisiologi Peritonitis
Epidemiologi Peritonitis

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Epigastrium
    Red Flag Nyeri Epigastrium
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 20 Juli 2023, 20:21
Pemberian terapi antinyeri pada pasien GI tract bleeding
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, ijin bertanya bila pasien di IGD ada keluhan nyeri misal pada pasien peritonitis sangat nyeri perut vas scale 7-8, tapi pasien tersebut OT PT...
dr. Adi Nugraha
Dibalas 12 Maret 2019, 17:17
Konsul tatalaksana pasien suspek peritonitis e.c ulkus/perforasi gaster
Oleh: dr. Adi Nugraha
4 Balasan
Alo dokter, mohon konsul dok (cito). Sy baru mendapat pasien suspek peritonitis e.c ulkus gaster. Pasien 71 thn Status generalisata pasien somnolen. Vital...
dr. Wiji Hastuti
Dibalas 27 Oktober 2018, 17:19
Konsultasi pasien dengan distensi abdomen pasca diare
Oleh: dr. Wiji Hastuti
1 Balasan
dok, minta pendapat, ada anak usia 1 tahun dikeluhan perut membesar dalam sehari. tidak bisa BAB sehari. sebelumnya riwayat diare sekitar 10x sehari tetapi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.