Edukasi dan Promosi Kesehatan Peritonitis
Edukasi dan promosi kesehatan untuk pasien peritonitis meliputi tanda dan gejala sakit perut yang mengancam nyawa dan upaya pencegahan penyakit. Edukasi utamanya dilakukan pada pasien yang berisiko mengalami peritonitis, misalnya pasien post operasi abdomen, pasien dengan continous ambulatory peritoneal dialysis, dan pasien asites.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien diutamakan untuk pasien yang berisiko mengalami peritonitis, dimana pasien diedukasi adanya ‘red flags’ atau tanda dan gejala pada nyeri perut yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Demam
- Hematokezia atau hematemesis
- Mual dan muntah yang tidak terkontrol
Lightheadedness saat berdiri
- Nyeri yang akut
- Nyeri yang terus bertambah
- Trauma pada abdomen
- Nyeri perut saat berjalan
- Nyeri yang hebat hingga dapat membangunkan pasien dari tidur
- Masa pulsatil di abdomen[16]
Pada pasien dengan risiko tinggi yang mengalami tanda dan gejala di atas, maka pasien perlu segera datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjut.[16]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit peritonitis dapat diberikan terutama pada pasien yang menjalani dialisis peritoneal dan pada pasien berisiko tinggi lainnya.
Pasien Risiko Tinggi
Regimen antibiotik profilaksis dapat diberikan kepada pasien dengan risiko tinggi mengalami peritonitis bakterial spontan. Misalnya pada pasien dengan asites yang dirawat karena perdarahan gastrointestinal, pasien asites dengan kandungan protein < 1g/dl, dan pasien dengan riwayat peritonitis bakterial spontan sebelumnya.[2]
Pasien yang Menjalani Dialisis Peritoneal
Pada pasien yang baru saja mendapatkan dialisis peritoneal, pergantian perban harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih menggunakan teknik steril. Jangan memanipulasi posisi kateter karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Pasien juga menjaga kebersihan area dialisis dalam kondisi kering selama 10-14 hari.
Dalam jangka panjangnya, pasien harus menjaga kebersihan area dialisis untuk mencegah terjadinya peritonitis dengan cara:
- Mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan sarung tangan bersih saat membersihkan area dialisis
- Memfiksasi kateter saat membersihkan untuk mencegah luka pada kulit
- Jangan mengorek scabs yang ada pada area dialisis
- Keringkan kulit sekitar area dialisis setelah membersihkannya dengan kain bersih
- Gunakan krim antibiotik yang diresepkan pada kulit sekitar kateter dengan cotton bud setiap perban diganti
- Perban yang dipakai harus steril[17]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja