Penatalaksanaan Klaudikasio Intermiten
Penatalaksanaan klaudikasio intermiten terdiri dari olahraga dengan supervisi, kontrol faktor risiko, terapi medikamentosa, dan pembedahan. Dokter memilih terapi sesuai kondisi masing-masing pasien. Terapi bertujuan untuk meringankan gejala klaudikasio intermiten dan memperbaiki kapasitas fungsional pasien.
Olahraga dengan Supervisi
Menurut American Heart Association (AHA) dan European Society of Cardiology (ESC), olahraga yang disupervisi (supervised exercise training) mendapatkan rekomendasi kelas 1A pada penatalaksanaan awal klaudikasio.[1,2,5]
Olahraga dilakukan 3 kali seminggu, yang dimulai dengan durasi 30 menit pada fase awal, kemudian ditingkatkan bertahap hingga 1 jam. Latihan yang dapat dipilih adalah dengan treadmill. Peningkatan kecepatan dan beban (tanjakan) dapat dilakukan secara bertahap, sehingga menginduksi klaudikasio intermiten muncul. Setelah itu, treadmill akan dihentikan dan pasien beristirahat hingga gejala klaudikasio menghilang.[1,2,5]
Latihan tersebut diulang selama durasi terapi. Namun, latihan ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan penyakit ginjal kronis dan gagal jantung yang berat.[1,2,5]
Studi membuktikan bahwa latihan ini mampu meningkatkan kemampuan berjalan pada pasien. Namun, studi juga membuktikan bahwa kombinasi revaskularisasi endovaskular dan latihan fisik atau terapi medikamentosa akan memberikan kualitas hidup yang lebih baik daripada latihan fisik saja.[17]
Kontrol Faktor Risiko
Pengendalian faktor risiko berperan sangat penting dalam penatalaksanaan klaudikasio intermiten karena kondisi ini sangat berkaitan dengan berbagai penyakit metabolik dan kardiovaskular. Komorbiditas yang sering dialami pasien klaudikasio intermiten adalah dislipidemia, diabetes melitus, dan hipertensi. Target kontrol kadar gula pada pasien diabetes dengan peripheral arterial disease (PAD) adalah HbA1c <7.[1,2]
Obat antihipertensi lini pertama untuk pasien PAD dengan hipertensi adalah golongan angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEi) seperti captopril ataupun angiotensin receptor blocker (ARB) seperti atenolol.[1,2]
Namun, selain melakukan penanganan farmakologi, dokter juga perlu memastikan bahwa pasien dapat mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, berhenti merokok, dan berolahraga teratur.[1,2]
Terapi Medikamentosa
Penanganan medikamentosa bertujuan untuk melebarkan pembuluh darah. Obat-obat yang dapat digunakan adalah cilostazol, pentoxifylline, dan naftidrofuryl.
Cilostazol
Cilostazol adalah obat golongan inhibitor fosfodiester 3 yang memiliki efek vasodilatasi dan aktivitas antiplatelet. Keuntungan terapi cilostazol telah diuji pada meta analisis terhadap 6 uji acak terkontrol yang melibatkan 1.751 pasien. Dibandingkan dengan kelompok plasebo, kelompok cilostazol menunjukkan luaran yang lebih baik saat tes treadmill, yakni sebesar 50–70 meter.[1,2]
Pemberian cilostazol juga menunjukkan perbaikan kualitas hidup pada pasien secara bermakna. Cilostazol adalah obat lini pertama untuk klaudikasio intermiten. Anjuran American Heart Association (AHA) tentang dosis cilostazol untuk klaudikasio intermiten adalah 2 kali 100 mg.[1,2]
Pentoxifylline
Obat golongan inhibitor fosfodiester 3 lain yang dapat digunakan sebagai alternatif cilostazol adalah pentoxifylline dengan dosis 3 kali 400 mg. Akan tetapi, efektivitas cilostazol lebih baik daripada pentoxifylline menurut beberapa meta analisis.[1,18]
Naftidrofuryl
Naftidrofuryl adalah obat golongan 5 hydroxytryptamine antagonist yang bermanfaat untuk meningkatkan metabolisme otot serta mencegah agregasi platelet dan eritrosit. Jika dibandingkan dengan plasebo, keluhan berkurang pada 26% pasien klaudikasio intermiten yang diberikan naftidrofuryl. Dosis yang direkomendasikan adalah 600 mg per hari.[1,18]
Carnitine dan Propionyl L-Carnitine
Pasien dengan klaudikasio intermiten mengalami abnormalitas metabolik pada ototnya. Carnitine dan propionyl L-carnitine dapat berinteraksi dengan proses oksidasi metabolik sel otot, sehingga akan meningkatkan stamina otot. Dalam 2 uji coba multisenter yang melibatkan 155 pasien dari Amerika Serikat dan Rusia, terapi carnitine dan propionyl L-carnitine dapat memberikan peningkatan treadmill test dan kualitas hidup.[1,19]
Obat-Obat Antiplatelet
Obat-obat antiplatelet seperti aspirin dan clopidogrel berperan penting dalam terapi jangka panjang pasien klaudikasio intermiten, termasuk untuk mengurangi risiko-risiko penyakit kardiovaskular yang terkait.[1,2]
Obat Antilipemik
Obat antilipemik bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol atau trigliserida darah yang tinggi. Golongan statin, probucol, niacin, dan derivat asam fibrat bisa dipakai.[1,2]
Angiogenic Growth Factor
Terapi yang lebih baru seperti pemberian vascular endothelial growth factor (VEGF), insulin-like growth factor-1 (IGF), dan basic fibroblast growth factor (bFGF) sedang dikembangkan. Terapi-terapi ini adalah agen mitogenik yang menstimulasi perbaikan pembuluh darah pada klaudikasio intermiten.[1,2]
Pembedahan
Pembedahan vaskular pada klaudikasio intermiten sebenarnya sangat jarang dilakukan. Konsensus manajemen PAD untuk klaudikasio intermiten tidak merekomendasikan pembedahan. Pembedahan hanya dilakukan pada lesi yang luas dan kondisi yang telah mengalami gangren. Teknik bedahnya adalah bedah terbuka, bedah endovaskular, atau prosedur minimal invasif dengan bypass aorta abdominalis infra renalis dengan target arteri yang mengalami klaudikasio.[1,2,16]
Terdapat beberapa penelitian yang membandingkan pembedahan dan latihan fisik serta terapi medikamentosa. Hasil masih cukup variatif. Ada studi yang menyatakan bahwa pembedahan terbuka maupun endovaskular memiliki luaran yang lebih baik daripada olahraga dan terapi medikamentosa. Namun, ada juga studi yang menyatakan bahwa perbedaan antara bedah dan terapi lain tidak signifikan. Kombinasi bedah dan terapi lain seperti olahraga dan medikamentosa dilaporkan memberikan hasil terbaik.[20-22]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur