Pendahuluan Pityriasis Rosea
Pityriasis rosea adalah kelainan kulit yang bersifat akut dan self-limiting dalam waktu 2-3 bulan. Tanda klinis khas pada pityriasis rosea adalah lesi primer pada kulit berupa plakat eritematosa berbentuk lingkaran atau oval, dikenal herald patch. Lesi primer kemudian akan diikuti dengan erupsi sekunder yang berukuran lebih kecil dalam waktu 2–21 hari.[1,2]
Predileksi lesi pityriasis rosea adalah pada batang tubuh, yaitu dada dan punggung, serta ekstremitas bagian proksimal. Pada bagian punggung, susunan lesi dapat menyerupai pohon natal, sedangkan pada dada dapat membentuk huruf “V”. Insidensi pityriasis rosea berkisar antara 0,5–2%, dan lebih sering dijumpai pada pasien berusia 15–30 tahun.[1,2]
Etiologi pityriasis rosea belum diketahui pasti, tetapi diduga berkaitan dengan infeksi viral, terutama human herpesvirus 6 dan 7 (HHV-6 dan HHV-7). Diagnosis pityriasis rosea dicurigai pada pasien dengan keluhan lesi eritematosa yang biasa muncul di batang tubuh, kemudian diikuti lesi sekunder. Sebagian pasien juga akan mengalami gejala prodromal, seperti demam, fatigue, dan sakit kepala.[2,3]
Gambaran dermoskopi akan menunjukkan lesi dengan dasar kemerahan, dengan skuama halus berwarna putih pada tepi (colarette sign), serta bercak-bercak pembuluh darah yang ireguler dan patchy. Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan pada pityriasis rosea. Namun, pada gambaran lesi atipikal, terkadang diperlukan biopsi kulit untuk memastikan diagnosis.[1–3]
Tata laksana pityriasis rosea lebih bersifat simtomatik yakni dengan pemberian pelembap kulit, seperti losio calamine, antihistamin, misalnya cetirizine, dan steroid topikal. Pemberian antibiotik, seperti eritromisin, dan antiviral, misalnya acyclovir, dapat mempercepat penyembuhan lesi dan mengurangi rasa gatal. Terapi ultraviolet B narrowband juga dapat digunakan untuk mempercepat resolusi dan meringankan gejala.[3-5]
Pada sebagian besar pasien, prognosis pityriasis rosea baik, dan akan sembuh dalam 2-3 bulan. Sebagian kecil pasien dapat mengalami rekurensi. Prognosis kurang baik dapat terjadi jika pityriasis rosea terjadi pada kehamilan <15 minggu, berkaitan dengan abortus spontan atau persalinan preterm. Komplikasi akibat pityriasis rosea jarang terjadi. Pada pasien berkulit gelap, kadang muncul hiperpigmentasi seiring penyembuhan lesi.[1,3]
Edukasi pasien pityriasis rosea dilakukan dengan menjelaskan bahwa pityriasis rosea dapat membaik dengan sendirinya, meskipun dalam waktu yang cukup lama. Pityriasis rosea bukan penyakit menular, sehingga pasien tidak perlu isolasi diri, dan tetap dapat pergi bekerja atau bersekolah. Untuk mencegah perburukan gejala, pasien sebaiknya menjaga tubuh dari overheating, menghindari produk topikal yang dapat mengiritasi kulit, dan mencegah sunburn.[6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra