Diagnosis Pityriasis Rosea
Diagnosis pityriasis rosea dapat ditegakkan secara klinis, dengan temuan klasik berupa lesi primer atau herald patch yang dapat dijumpai pada hampir 90% kasus. Herald patch merupakan lesi eritema, dengan tepian yang lebih tinggi dan bersisik halus. Sebagian pasien juga mengalami gejala prodromal, seperti fatigue, sakit kepala, atau demam.[1–3]
Anamnesis
Keluhan utama pasien pityriasis rosea biasanya berupa lesi kulit eritematosa, dengan tepian meninggi/collarette, dan tertutup sisik halus. Pasien juga dapat mengalami gejala prodromal, seperti sakit kepala, demam, malaise, fatigue, anoreksia, sakit tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, dan arthralgia.[1,13]
Setelah 4–14 hari, erupsi kulit dapat meluas ke batang tubuh, hingga mencapai tangan dan kaki, Lesi kulit terdistribusi simetris, dan dapat terus meluas hingga 12–21 hari berikutnya. Lesi baru yang muncul berukuran lebih kecil daripada lesi yang muncul pertama kali, dan berwarna salem. Sekitar 50% pasien akan mengalami gatal ringan hingga sedang, 25% pasien dapat mengalami gatal yang hebat.[2,14]
Pada anak-anak, lesi awal akan tampak serupa dengan pasien dewasa, tetapi lebih sering disertai rasa gatal. Durasi eksantema pada anak-anak lebih singkat dibandingkan dewasa. Pada pasien dewasa periode eksantema dapat bertahan hingga 45 hari, tetapi pada anak-anak hanya sekitar 16 hari. Separuh pasien anak-anak akan mengalami gejala prodromal.[2,15]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pityriasis rosea dapat menunjukkan lesi primer berupa herald patch pada dada atau punggung yang kemudian akan berkembang menjadi lesi generalisata setelah 2 minggu.[3,16]
Herald patch merupakan lesi diskret soliter plakat eritematosa (rose-like) dengan tepi yang lebih tinggi dan berskuama dan bagian sentral yang lebih rendah dan berwarna lebih pucat. Diameter herald patch dapat berukuran 2–10 cm. Herald patch dapat ditemukan pada 50–90% pasien pityriasis rosea, dan paling sering timbul di batang tubuh, leher, atau bagian proksimal ekstremitas.[3,16]
Gambaran lesi pityriasis rosea pada erupsi sekunder berupa lesi multipel yang berukuran lebih kecil dari herald patch, skitar 0,5–1 cm, dengan distribusi mengikuti garis Langer. Lesi pada punggung umumnya menyerupai gambaran pohon natal, yaitu terdistribusi simetris pada sisi kanan dan kiri. Jika menyerang bagian dada, lesi dapat berbentuk seperti huruf “V”.[2,13]
Pemeriksaan lesi kulit dengan bantuan dermoskop akan menunjukkan gambaran lesi dengan dasar kemerahan, skuama berwarna putih pada tepi (colarette sign), dan bercak pembuluh darah yang ireguler dan patchy.[1,3]
Ketika erupsi mulai membaik, dapat timbul pigmentasi, baik hiperpigmentasi maupun hipopigmentasi. Pada pasien dengan kulit yang berwarna gelap, atau Fitzpatrick di atas IV, dapat ditemukan postinflammatory hyperpigmentation berwarna coklat keabu-abuan. Pada pasien pediatrik, sering kali ditemukan lesi pada mukosa orofaringeal yang tidak nyeri. Lesi tersebut dapat berbentuk vesikel, papul, petechiae, atau strawberry tongue.[4,17,18]
Pityriasis Rosea Atipikal
Kurang lebih 20% pasien pityriasis rosea akan mengalami manifestasi klinis yang atipikal. Sekitar 10–15% kasus pityriasis rosea tidak diawali dengan herald patch, atau herald patch muncul di tempat yang tidak umum, misalnya telapak tangan/kaki, atau kulit kepala.[1,15]
Pada pityriasis rosea atipikal, lesi kulit dapat bervariasi berbentuk vesikel berukuran 2–6 mm, dengan manifestasi makula purpura, urtikaria, folikular, atau plakat berukuran besar/giant. Distribusi lesi juga beragam mulai dari kepala, telapak kaki dan tangan, genitalia, dan wajah.[3]
Inverse pityriasis rosea biasanya melibatkan wajah, aksilla, dan lipat paha, dan tidak melibatkan batang tubuh. Pityriasis rosea of Vidal bermanifestasi sebagai lesi berukuran besar pada regio aksila dan inguinal.[2,15]
Klasifikasi Pityriasis Rosea
Klasifikasi pityriasis rosea dibagi menjadi tipe klasik, relapsing, persisten, pediatrik, PR pada kehamilan, dan erupsi seperti pityriasis rosea.[16]
Pityriasis Rosea Klasik
Pityriasis rosea tipe klasik paling sering terjadi pada kelompok usia 10–35 tahun. Pada tipe klasik, hampir 90% diawali dengan herald patch yang paling sering muncul di batang tubuh, atau terkadang di bagian atas ekstremitas. Sekitar 70% akan mengalami gejala prodromal. Durasi penyakit kurang lebih berlangsung selama 45 hari.
Pada pemeriksaan histologi dapat ditemukan parakeratosis fokal, spongiosis, dan akantosis pada epidermis. Ekstravasasi sel darah merah, serta infiltrasi limfosit, monosit, dan eosinofil pada perivaskuler dapat terlihat di dermis. Pityriasis rosea klasik dapat membaik secara spontan, sehingga tata laksana utama adalah tirah baring.[2,16]
Pityriasis Rosea Relaps
Tipe relaps dapat terjadi dalam 1 tahun sejak episode pityriasis rosea pertama. Meskipun tidak sering, relaps diperkirakan dapat terjadi pada 2–4% pasien. Biasanya, relaps hanya terjadi 1 kali saja. Pada tipe relaps, tidak diawali dengan herald patch. Jumlah dan ukuran lesi juga biasanya relatif lebih kecil daripada episode pertama atau klasik. Durasi penyakit biasanya sekitar 15 hari.[15,16]
Pityriasis Rosea Persisten
Pityriasis rosea dinyatakan persisten jika bermanifestasi atipikal, dan berlangsung terus-menerus lebih dari 12 minggu. Pityriasis rosea belum memiliki baku emas untuk diagnostik. Oleh karena itu, viremia persisten akibat human herpes virus 6 dan 7 (HHV-6 dan HHV 7) dapat menandakan terjadinya tipe persisten.
Pada tipe persisten, 75% kasus akan diawali dengan herald patch, dan hampir selalu disertai dengan gejala sistemik. Lesi oral juga lebih sering dijumpai pada tipe persistem dibandingkan tipe klasik. Pada tipe ini, tata laksana menggunakan acyclovir direkomendasikan.[15,16]
Pityriasis Rosea pada Pediatrik
Pityriasis rosea jarang ditemukan pada anak-anak di bawah 10 tahun. Pada anak-anak, hanya 58% kasus yang diawali dengan herald patch, tetapi lebih sering terjadi keterlibatan mukosa. Durasi penyakit cukup singkat, yaitu 16 hari. Oleh sebab itu, pemberian antiviral biasanya tidak direkomendasikan. Selain pada batang tubuh dan ekstremitas, lesi kulit juga bisa muncul pada wajah.[1,16]
Pityriasis Rosea pada Kehamilan
Insidensi pityriasis rosea pada kehamilan lebih tinggi 3 kali lipat, dibandingkan populasi umum. Kehamilan menyebabkan perubahan respon imun, sehingga meningkatkan risiko reaktivasi HHV-6 dan HHV 7. Lesi kulit pityriasis rosea pada usia kehamilan sebelum 15 minggu umumnya akan lebih luas atau disebut juga generalized papular pityriasis rosea.
Pasien dengan kehamilan yang sehat, biasanya akan menunjukkan gambaran klinis yang serupa dengan tipe klasik. Namun, pasien yang mengalami abortus spontan cenderung mengalami lesi atipikal yang agresif dan luas, dengan durasi eksantema 8–12 minggu. Gejala sistemik yang muncul juga lebih berat.[2,3,16]
Erupsi Menyerupai Pityriasis Rosea
Lesi kulit pada tipe ini mirip dengan pityriasis rosea, dan sulit dibedakan. Pada erupsi menyerupai pityriasis rosea, lesi makulopapular lebih konfluen dan rasa gatal lebih berat dibandingkan tipe klasik. Selain itu, keterlibatan ekstremitas juga lebih dan ekstensif. Terkadang, lesi dapat dijumpai juga pada wajah. Gejala prodromal biasanya tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan keratinosis yang mengalami nekrosis pada epidermis. Pada dermis, terdapat infiltrasi eosinofil, infiltrat perivaskuler, dan tanda-tanda degenerasi vakuoler.[16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pityriasis rosea adalah dengan sifilis sekunder, psoriasis gutata, dermatitis numular, dan tinea corporis.
Sifilis Sekunder
Sifilis sekunder dapat ditemukan pada pasien dewasa yang aktif secara seksual. Anamnesis meliputi riwayat hubungan seksual dan pemeriksaan fisik generalisata untuk mencari adanya chancre atau bekasnya, limfadenopati, lesi pada mukosa, dan lesi kulit pada telapak tangan dan kaki yang khas pada sifilis sekunder.
Lesi kulit pada sifilis sekunder biasa berukuran 0,5–1 cm, berwarna merah kecoklatan, berupa makula dan papula berbentuk bulat atau oval. Selain itu, dapat ditemukan lesi pada membran mukosa berupa plak hiperkeratosis yang ditutupi membran putih keabu-abuan. Pemeriksaan penunjang venereal disease research laboratory (VDRL) atau pemeriksaan penunjang untuk deteksi treponema dapat membantu menegakkan diagnosis.[2,5,8]
Psoriasis Gutata
Psoriasis gutata dapat menunjukkan gambaran plakat eritematosa mirip pityriasis rosea. Namun, herald patch pada pityriasis rosea lebih banyak, dan susunan lesi pada psoriasis gutata membentuk gambaran tetesan air. Selain itu, sisik yang menutupi lesi biasanya tebal, tidak seperti pityriasis rosea. Pada pemeriksaan fisik psoriasis gutata, dapat ditemukan tanda Auspitz. Hasil pemeriksaan biopsi kulit dapat membedakan psoriasis gutata dengan pityriasis rosea.[5,8]
Dermatitis Numular
Pada dermatitis numular gejala yang dominan adalah rasa gatal pada lesi. Herald patch pada pityriasis rosea sulit dibedakan dengan dermatitis numular, sehingga pityriasis rosea sering diobati sebagai dermatitis. Namun, lesi kulit pada eksema numular jarang ditemukan di batang tubuh, dan biasanya terbatas pada punggung tangan. Lesi tampak berair, dan menunjukkan respon yang cepat terhadap pemberian steroid topikal.[5,8]
Tinea Corporis
Tinea corporis dapat memberikan gambaran lesi yang mirip dengan pityriasis rosea. Lesi tinea corporis dapat timbul di bagian tubuh mana saja, lesi dapat bersatu (konfluen) membentuk lesi yang lebih besar. Lesi tampak lebih aktif, yaitu berwarna merah, di tepi dengan central healing.
Pemeriksaan penunjang kerokan kulit pada tinea corporis akan menunjukkan hifa pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Tinea corporis akan memberikan respon perbaikan terhadap pemberian antifungal, sementara lesi pityriasis rosea tidak.[2,8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pityriasis rosea terutama berguna untuk kasus-kasus yang atipikal. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi dan laboratorium darah.
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada pityriasis rosea membantu untuk mengeksklusi diagnosis banding lain terutama pada gambaran klinis yang atipikal. Gambaran histopatologi pityriasis rosea umumnya nonspesifik dan mirip dengan gambaran dermatitis akut dan subakut.
Beberapa penelitian menunjukkan gambaran histologi pityriasis rosea yang dapat ditemukan pada 60% pasien adalah adanya sel-sel diskeratotik pada epidermis dan ekstravasasi eritrosit di bagian dermis. Perubahan lain yang dapat ditemukan misalnya parakeratosis fokal, hilangnya lapisan granular, dan spongiosis. Pada bagian dermis papiler dapat ditemukan edema dengan infiltrat limfohistiositik perivaskular ringan. Pada bagian epidermis dapat juga ditemukan eksositosis infiltrat.[5]
Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tidak memberikan hasil yang spesifik untuk pityriasis rosea. Pada pasien pityriasis rosea dapat ditemukan leukositosis, limfositosis, neutrofilia, eosinofilia, dan basofilia. Pada beberapa penelitian ditemukan pula peningkatan laju endap darah, total protein dan albumin.
Pemeriksaan VDRL dan rapid plasma reagin (RPR) juga dapat dikerjakan, bila ada kecurigaan sifilis sekunder. Selain itu, pertimbangkan juga pemeriksaan human immunodeficiency virus (HIV).[1,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra