Epidemiologi Pityriasis Rosea
Data epidemiologi menunjukkan bahwa pityriasis rosea mencapai 2% di dunia, dan terutama ditemukan pada usia 10–35 tahun. Pityriasis rosea lebih sering terjadi pada perempuan, dan manifestasi klinis lesi dapat lebih luas pada pasien berkulit gelap.
Global
Secara global, insidensi pityriasis rosea adalah 0,5–2%. Meskipun dapat menyerang pasien pada berbagai usia, tetapi kelompok usia tersering untuk mengalami pityriasis rosea adalah 10–35 tahun. Pityriasis rosea lebih sering ditemukan pada perempuan, dibandingkan laki-laki, dengan perbandingan 1,5:1.[3,8]
Pada negara 4 musim, prevalensi pityriasis rosea lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi. Pada populasi Afrika dengan pigmen kulit yang lebih gelap, lesi cenderung bermanifestasi lebih luas.[1,2,11]
Indonesia
Hingga saat ini, belum terdapat data epidemiologi pityriasis rosea di Indonesia.
Mortalitas
Pityriasis rosea jarang berakibat fatal, sebab penyakit ini bersifat self-limiting atau dapat mengalami kesembuhan spontan. Namun, jika pityriasis rosea terjadi pada kehamilan dapat berisiko menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, serta hipotonia dan hipoaktivitas neonatus. Pityriasis rosea yang menyerang sebelum usia kehamilan 15 minggu berpotensi mengakibatkan abortus spontan sebesar 57%.
Morbiditas akibat pityriasis rosea adalah adanya perubahan pigmentasi kulit, yang biasa terjadi seiring penyembuhan lesi. Pigmentasi terutama ditemukan pada pasien berkulit hitam. Superinfeksi bakteri pada lesi juga mungkin terjadi, tetapi jarang.[1,2,12]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra