Etiologi Pityriasis Rosea
Etiologi pityriasis rosea terutama diduga berhubungan dengan infeksi virus, tersering adalah human herpesvirus-6 dan 7. Beberapa faktor risiko pityriasis rosea, antara lain berusia antara 10–35 tahun, jenis kelamin perempuan, dan pasien dengan gangguan sistem imun.
Etiologi
Beberapa etiologi diusulkan sebagai dasar pityriasis rosea, antara lain infeksi human herpesvirus-6 dan 7 (HHV-6 dan HHV-7). Obat-obatan, misalnya captopril atau clozapine, serta vaksinasi, seperti vaksin polio atau vaksin hepatitis B, juga diduga berkaitan dengan etioloti pityriasis rosea.[1,3]
Infeksi Virus
Pityriasis rosea diduga memiliki etiologi terkait infeksi virus. Hal ini dibuktikan dengan berdasarkan adanya laporan transmisi antar anggota keluarga. Pada pemeriksaan mikroskopik terhadap lesi pityriasis rosea, ditemukan partikel menyerupai virus intranuklear dan intrasitoplasma. Peningkatan limfosit CD4 dan sel Langerhans di dermis juga mendukung etiologi infeksi virus.
Human herpesvirus-6 dan 7 (HHV-6 dan HHV-7) merupakan virus yang sering dihubungkan dengan pityriasis rosea. HHV-6 terutama menyerang anak di bawah usia 2 tahun, sedangkan HHV-7 lebih sering menyerang anak berusia sekitar 6 tahun. Pada anak-anak ini, akan tampak manifestasi klinis berupa roseola infantum atau eksantema subitum. Jika terjadi rekurensi pityriasis rosea di kemudian hari, kemungkinan dapat diakibatkan oleh reaktivasi HHV.
Selain infeksi HHV, terdapat beberapa jenis virus lain yang diduga berhubungan dengan munculnya pityriasis rosea, misalnya COVID-19 dan H1N1 influenza A.[1–3,8]
Obat-obatan dan Vaksinasi
Etiologi lain, seperti obat-obatan dan vaksin, berhubungan dengan erupsi menyerupai pityriasis rosea (pityriasis rosea-like eruption). Beberapa obat yang berhubungan dengan pityriasis rosea, antara lain metronidazole, isotretinoin, captopril, clonidine, barbiturat, agen anti-tumor necrosis factor, dan clozapine.
Vaksin yang berhubungan dengan kejadian pityriasis rosea adalah vaksin influenza, vaksin polio, vaksin difteri, vaksin BCG, vaksin hepatitis B, dan vaksin pneumokokus. Beberapa jenis vaksin COVID-19 dengan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA) juga dilaporkan berhubungan dengan pityriasis rosea.[1,3,9]
Faktor Risiko
Usia merupakan salah satu faktor risiko pityriasis rosea. Kelompok usia 10–35 tahun lebih berisiko untuk terkena pityriasis rosea. Jenis kelamin perempuan juga berisiko 1,5 kali lebih tinggi untuk terkena pityriasis rosea, dibanding laki-laki.[8,10]
Sebuah penelitian melaporkan bahwa orang kulit hitam di Brazil yang memiliki alel DQB104 lebih berisiko mengalami pityriasis rosea sebesar 4 kali lipat. Selain itu, pasien dengan kondisi imunitas terganggu, misalnya pasien immunocompromised atau pasien hamil, akan lebih rentan terkena pityriasis rosea.[7,8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra