Diagnosis Pruritus
Pendekatan diagnosis awal pada pasien dengan pruritus adalah menentukan apakah pruritus disebabkan oleh kondisi dermatologis atau sekunder akibat penyakit sistemik. Diagnosis banding dari gejala pruritus sendiri sangat luas, sehingga anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik bisa membantu mempersempit kemungkinan kondisi yang mendasarinya.[1,2,7]
Anamnesis
Pruritus dapat menjadi gejala dari kondisi dermatologis atau penyakit sistemik yang mendasarinya.[1-3,10,11]
Pruritus Akibat Penyakit Lokal pada Kulit
Pruritus adalah sensasi subjektif dari rasa gatal. Pruritus yang disertai lesi kulit primer dapat mengarahkan evaluasi diagnosis ke arah penyebab dermatologis. Dokter perlu menanyakan mengenai pajanan zat topikal, oral, atau udara baru yang dapat menyebabkan lesi kulit.
Kosmetik dan krim yang belum pernah digunakan sebelumnya dapat memicu dermatitis kontak alergi, urtikaria, dan fotodermatitis. Obat-obatan yang baru digunakan pasien dapat menyebabkan urtikaria atau erupsi obat.
Riwayat bepergian juga perlu ditanyakan, karena pasien mungkin terpapar makanan baru yang dapat memicu urtikaria atau sinar matahari berlebih yang dapat memicu fotodermatitis. Wisatawan juga bisa mengalami infestasi parasit, seperti pada kasus scabies dan pedikulosis.
Selain itu, tanyakan juga mengenai kegiatan pasien yang mungkin dapat memaparkan kulit pada pelarut dan agen topikal pemicu dermatitis kontak. Paparan okupasional kronis terhadap pelarut dapat menyebabkan xerosis dan dermatitis atopik.[1-3,10,11]
Pruritus Akibat Penyakit Infeksi
Evaluasi pula pasien pruritus mengenai pajanan terhadap orang yang memiliki penyakit infeksi, seperti rubeola, gondongan, atau varicella. Hal lain yang juga perlu dievaluasi adalah pajanan terhadap organisme menular yang dapat menyebabkan ruam, seperti parvovirus dan Staphylococcus aureus.[1-3,10,11]
Pruritus Akibat Gangguan Organ
Jika tidak ada lesi kulit primer, maka dokter perlu memikirkan penyakit sistemik sebagai penyebab. Tinjauan sistem harus mencakup kemungkinan gangguan tiroid, limfoma, penyakit ginjal dan hati, dan diabetes melitus.
Pada gangguan tiroid, dapat terjadi pruritus akibat xerosis. Keluhan tambahan bisa berupa perubahan berat badan tanpa sebab yang jelas dan gangguan menstruasi.
Pada limfoma, pruritus biasanya timbul generalisata. Keluhan yang menyertai bisa berupa penurunan berat badan, kelelahan, keringat malam hari, dan demam tanpa sebab yang jelas.
Pada kasus penyakit ginjal kronis, pruritus juga bersifat generalisata. Keluhan tambahan mencakup mual, kelelahan, dan penurunan volume urin. Di sisi lain, polidipsia dan poliuria merupakan keluhan yang sering dialami oleh pasien diabetes mellitus.[3,10,11]
Pruritus Psikogenik
Pruritus psikogenik merupakan diagnosis eksklusi. Diagnosis ini dipertimbangkan bila penyebab dermatologis dan nondermatologis sistemik tidak ditemukan. Perubahan suasana hati, kekhawatiran yang berlebih, serta pola obsesif mungkin menunjukkan adanya etiologi psikogenik. Namun, perlu diingat bahwa penegakkan diagnosis dapat dilakukan bila sudah melakukan pemeriksaan status psikiatri.[10,11]
Pemeriksaan Fisik
Ketika melakukan pemeriksaan fisik, maka dokter perlu untuk mengevaluasi apakah ada ditemukan lesi pada kulit atau tidak. Diagnosis dermatologis umumnya akan menunjukkan lesi kulit primer. Selain itu, karakterisasi perubahan kulit sekunder akibat garukan juga perlu dinilai. Lesi kulit yang terlokalisir mengikuti sebuah distribusi dermatom dan disertai rasa nyeri, terbakar, atau kehilangan sensasi sangat sugestif terhadap pruritus neuropatik.[1,3,10]
Bila tidak ditemukan adanya lesi pada kulit, maka manifestasi fisik dari kondisi pruritus nondermatologis harus dievaluasi. Kondisi ikterus, asites, dan eritema palmar mungkin menunjukkan penyebab hepatobilier. Sementara itu, gejala konstitusional, limfadenopati, dan kaheksia mungkin mengarah pada keganasan.[3,10]
Diagnosis Banding
Pruritus bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Oleh karena itu, diagnosis banding pruritus adalah kemungkinan penyebabnya.
Dermatomikosis
Pada dermatomikosis, manifestasi klinis berupa pruritus lokal dan ruam yang ditandai dengan skuama perifer dan central healing.[1-3]
Pedikulosis
Pada pedikulosis, pruritus disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tertunda terhadap air liur kutu. Lensa pembesar dapat digunakan untuk melihat kutu atau telur yang biasanya ditemukan pada pangkal batang rambut.[1-3]
Psoriasis
Pada psoriasis, pruritus bersifat siklik, dengan eksaserbasi nokturnal yang mengganggu tidur. Pruritus bersifat generalisata dan tidak terbatas pada area plak psoriasis.[1-3]
Skabies
Ciri klasik skabies adalah pruritus, yang disebabkan oleh pengendapan telur tungau di lapisan epidermis kulit. Pruritus seringkali derajat berat dan memburuk pada malam hari.
Lesi primer dapat berupa papul eritematosa kecil yang sering mengalami ekskoriasi. Garis tipis berwarna coklat kemerahan, atau liang, dengan panjang 2 sampai 15 mm di daerah intertriginosa dapat ditemukan.[1-3]
Urtikaria
Urtikaria bisa menyebabkan pruritus yang intens. Lesi berbatas tegas, eritematosa, dan meninggi. Lesi individu dapat menyatu, serta bertambah atau berkurang seiring waktu.[1-3]
Xerosis
Xerosis adalah penyebab paling umum dari pruritus tanpa adanya lesi kulit. Kondisi ini ditandai dengan kulit kering dan bersisik, biasanya pada ekstremitas bawah dan lipatan ketiak. Faktor predisposisi mencakup usia lebih tua, sering mandi, penggunaan air panas saat mandi, dan paparan suhu lingkungan yang tinggi dengan kelembaban yang relatif rendah.[1-3]
Penyakit Ginjal Kronis
Pruritus merupakan keluhan yang umum pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, terutama yang menjalani dialisis. Pruritus bisa bersifat generalisata maupun hanya terlokalisir di punggung.[1-3]
Disfungsi Hepar
Pruritus pada disfungsi hepar disebabkan oleh gangguan sekresi empedu. Pruritus bersifat generalisata, maupun hanya terbatas di telapak tangan dan telapak kaki.[1-3]
Keganasan
Keganasan perlu dipertimbangkan pada kasus pruritus generalisata yang kronik, terutama pada lansia. Limfoma Hodgkin merupakan salah satu keganasan tersering menyebabkan pruritus.[1-3]
Gangguan Sistem Saraf
Pruritus juga dapat timbul akibat gangguan pada sistem saraf tepi atau pusat. Contoh penyakitnya adalah multiple sclerosis, neuropati, dan kompresi atau iritasi saraf.[1-3]
Gangguan Psikiatri
Pada pasien dengan gangguan psikiatri, pruritus bisa menimbulkan ekskoriasi neurotik yang tersebar, linier, dan dapat terjadi di mana saja pada tubuh yang bisa dijangkau pasien. Pruritus biasanya terkait dengan gangguan obsesif-kompulsif, depresi, dan delusi parasitosis.[1-3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dianjurkan terutama pada pasien yang tidak memiliki lesi kulit primer untuk mencari penyebab sistemik. Pemeriksaan dipilih sesuai indikasi yang didasarkan pada kecurigaan klinis.
Pemeriksaan penunjang awal mungkin mencakup pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal, glukosa darah puasa, HbA1c, dan fungsi tiroid. Pemeriksaan tambahan bisa mencakup serologi HIV, serologi hepatitis, profil besi, dan pencitraan.[1,3,11]