Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Pruritus annisa-meidina 2023-08-30T12:02:45+07:00 2023-08-30T12:02:45+07:00
Pruritus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Pruritus

Oleh :
dr. Agnes Noveria Tjouwardi
Share To Social Media:

Pendekatan diagnosis awal pada pasien dengan pruritus adalah menentukan apakah pruritus disebabkan oleh kondisi dermatologis atau sekunder akibat penyakit sistemik. Diagnosis banding dari gejala pruritus sendiri sangat luas, sehingga anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik bisa membantu mempersempit kemungkinan kondisi yang mendasarinya.[1,2,7]

Anamnesis

Pruritus dapat menjadi gejala dari kondisi dermatologis atau penyakit sistemik yang mendasarinya.[1-3,10,11]

Pruritus Akibat Penyakit Lokal pada Kulit

Pruritus adalah sensasi subjektif dari rasa gatal. Pruritus yang disertai lesi kulit primer dapat mengarahkan evaluasi diagnosis ke arah penyebab dermatologis. Dokter perlu menanyakan mengenai pajanan zat topikal, oral, atau udara baru yang dapat menyebabkan lesi kulit.

Kosmetik dan krim yang belum pernah digunakan sebelumnya dapat memicu dermatitis kontak alergi, urtikaria, dan fotodermatitis. Obat-obatan yang baru digunakan pasien dapat menyebabkan urtikaria atau erupsi obat.

Riwayat bepergian juga perlu ditanyakan, karena pasien mungkin terpapar makanan baru yang dapat memicu urtikaria atau sinar matahari berlebih yang dapat memicu fotodermatitis. Wisatawan juga bisa mengalami infestasi parasit, seperti pada kasus scabies dan pedikulosis.

Selain itu, tanyakan juga mengenai kegiatan pasien yang mungkin dapat memaparkan kulit pada pelarut dan agen topikal pemicu dermatitis kontak. Paparan okupasional kronis terhadap pelarut dapat menyebabkan xerosis dan dermatitis atopik.[1-3,10,11]

Pruritus Akibat Penyakit Infeksi

Evaluasi pula pasien pruritus mengenai pajanan terhadap orang yang memiliki penyakit infeksi, seperti rubeola, gondongan, atau varicella. Hal lain yang juga perlu dievaluasi adalah pajanan terhadap organisme menular yang dapat menyebabkan ruam, seperti parvovirus dan Staphylococcus aureus.[1-3,10,11]

Pruritus Akibat Gangguan Organ

Jika tidak ada lesi kulit primer, maka dokter perlu memikirkan penyakit sistemik sebagai penyebab. Tinjauan sistem harus mencakup kemungkinan gangguan tiroid, limfoma, penyakit ginjal dan hati, dan diabetes melitus.

Pada gangguan tiroid, dapat terjadi pruritus akibat xerosis. Keluhan tambahan bisa berupa perubahan berat badan tanpa sebab yang jelas dan gangguan menstruasi.

Pada limfoma, pruritus biasanya timbul generalisata. Keluhan yang menyertai bisa berupa penurunan berat badan, kelelahan, keringat malam hari, dan demam tanpa sebab yang jelas.

Pada kasus penyakit ginjal kronis, pruritus juga bersifat generalisata. Keluhan tambahan mencakup mual, kelelahan, dan penurunan volume urin. Di sisi lain, polidipsia dan poliuria merupakan keluhan yang sering dialami oleh pasien diabetes mellitus.[3,10,11]

Pruritus Psikogenik

Pruritus psikogenik merupakan diagnosis eksklusi. Diagnosis ini dipertimbangkan bila penyebab dermatologis dan nondermatologis sistemik tidak ditemukan. Perubahan suasana hati, kekhawatiran yang berlebih, serta pola obsesif mungkin menunjukkan adanya etiologi psikogenik. Namun, perlu diingat bahwa penegakkan diagnosis dapat dilakukan bila sudah melakukan pemeriksaan status psikiatri.[10,11]

Pemeriksaan Fisik

Ketika melakukan pemeriksaan fisik, maka dokter perlu untuk mengevaluasi apakah ada ditemukan lesi pada kulit atau tidak. Diagnosis dermatologis umumnya akan menunjukkan lesi kulit primer. Selain itu, karakterisasi perubahan kulit sekunder akibat garukan juga perlu dinilai. Lesi kulit yang terlokalisir mengikuti sebuah distribusi dermatom dan disertai rasa nyeri, terbakar, atau kehilangan sensasi sangat sugestif terhadap pruritus neuropatik.[1,3,10]

Bila tidak ditemukan adanya lesi pada kulit, maka manifestasi fisik dari kondisi pruritus nondermatologis harus dievaluasi. Kondisi ikterus, asites, dan eritema palmar mungkin menunjukkan penyebab hepatobilier. Sementara itu, gejala konstitusional, limfadenopati, dan kaheksia mungkin mengarah pada keganasan.[3,10]

Diagnosis Banding

Pruritus bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu gejala. Oleh karena itu, diagnosis banding pruritus adalah kemungkinan penyebabnya.

Dermatomikosis

Pada dermatomikosis, manifestasi klinis berupa pruritus lokal dan ruam yang ditandai dengan skuama perifer dan central healing.[1-3]

Pedikulosis

Pada pedikulosis, pruritus disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tertunda terhadap air liur kutu. Lensa pembesar dapat digunakan untuk melihat kutu atau telur yang biasanya ditemukan pada pangkal batang rambut.[1-3]

Psoriasis

Pada psoriasis, pruritus bersifat siklik, dengan eksaserbasi nokturnal yang mengganggu tidur. Pruritus bersifat generalisata dan tidak terbatas pada area plak psoriasis.[1-3]

Skabies

Ciri klasik skabies adalah pruritus, yang disebabkan oleh pengendapan telur tungau di lapisan epidermis kulit. Pruritus seringkali derajat berat dan memburuk pada malam hari.

Lesi primer dapat berupa papul eritematosa kecil yang sering mengalami ekskoriasi. Garis tipis berwarna coklat kemerahan, atau liang, dengan panjang 2 sampai 15 mm di daerah intertriginosa dapat ditemukan.[1-3]

Urtikaria

Urtikaria bisa menyebabkan pruritus yang intens. Lesi berbatas tegas, eritematosa, dan meninggi. Lesi individu dapat menyatu, serta bertambah atau berkurang seiring waktu.[1-3]

Xerosis

Xerosis adalah penyebab paling umum dari pruritus tanpa adanya lesi kulit. Kondisi ini ditandai dengan kulit kering dan bersisik, biasanya pada ekstremitas bawah dan lipatan ketiak. Faktor predisposisi mencakup usia lebih tua, sering mandi, penggunaan air panas saat mandi, dan paparan suhu lingkungan yang tinggi dengan kelembaban yang relatif rendah.[1-3]

Penyakit Ginjal Kronis

Pruritus merupakan keluhan yang umum pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, terutama yang menjalani dialisis. Pruritus bisa bersifat generalisata maupun hanya terlokalisir di punggung.[1-3]

Disfungsi Hepar

Pruritus pada disfungsi hepar disebabkan oleh gangguan sekresi empedu. Pruritus bersifat generalisata, maupun hanya terbatas di telapak tangan dan telapak kaki.[1-3]

Keganasan

Keganasan perlu dipertimbangkan pada kasus pruritus generalisata yang kronik, terutama pada lansia. Limfoma Hodgkin merupakan salah satu keganasan tersering menyebabkan pruritus.[1-3]

Gangguan Sistem Saraf

Pruritus juga dapat timbul akibat gangguan pada sistem saraf tepi atau pusat. Contoh penyakitnya adalah multiple sclerosis, neuropati, dan kompresi atau iritasi saraf.[1-3]

Gangguan Psikiatri

Pada pasien dengan gangguan psikiatri, pruritus bisa menimbulkan ekskoriasi neurotik yang tersebar, linier, dan dapat terjadi di mana saja pada tubuh yang bisa dijangkau pasien. Pruritus biasanya terkait dengan gangguan obsesif-kompulsif, depresi, dan delusi parasitosis.[1-3]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dianjurkan terutama pada pasien yang tidak memiliki lesi kulit primer untuk mencari penyebab sistemik. Pemeriksaan dipilih sesuai indikasi yang didasarkan pada kecurigaan klinis.

Pemeriksaan penunjang awal mungkin mencakup pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal, glukosa darah puasa, HbA1c, dan fungsi tiroid. Pemeriksaan tambahan bisa mencakup serologi HIV, serologi hepatitis, profil besi, dan pencitraan.[1,3,11]

Referensi

1. Rupert J, Honeycutt JD. Pruritus: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2022 Jan 1;105(1):55-64. PMID: 35029946.
2. Satoh T, Yokozeki H, Murota H, Tokura Y, Kabashima K, Takamori K, Shiohara T, Morita E, Aiba S, Aoyama Y, Hashimoto T, Katayama I. 2020 guidelines for the diagnosis and treatment of cutaneous pruritus. J Dermatol. 2021 Sep;48(9):e399-e413. doi: 10.1111/1346-8138.16066. Epub 2021 Jul 20. PMID: 34288036.
3. Roh YS, Choi J, Sutaria N, et al. Itch: Epidemiology, Clinical Presentation, and Diagnostic Workup. J Am Acad Dermatol. 2022 Jan; 86(1): 1 – 14. doi: 10.1016/j.jaad.2021.07.076
7. Kang SY, Um JY, Chung BY, Kim JC, Park CW, Kim HO. Differential Diagnosis and Treatment of Itching in Children and Adolescents. Biomedicines. 2021 Jul 30;9(8):919. doi: 10.3390/biomedicines9080919. PMID: 34440123; PMCID: PMC8389554.
10. Nowak DA, Yeung J. Diagnosis and Treatment of Pruritus. Can Fam Physician. 2017 Dec; 63(12): 918 – 924. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5729138/
11. Rajagopalan M, Saraswat A, Godse K, et al. Diagnosis and Management of Chronic Pruritus: An Expert Consensus Review. Indian J Dermatol. 2019 Jan – Feb; 62(1): 7 – 17. doi: 10.4103/0019-5154.198036

Epidemiologi Pruritus
Penatalaksanaan Pruritus

Artikel Terkait

  • Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
    Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
  • Gambaran Kelainan Kulit pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2
    Gambaran Kelainan Kulit pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2
  • Terapi Antifungal Oral yang Aman untuk Pasien Lanjut Usia
    Terapi Antifungal Oral yang Aman untuk Pasien Lanjut Usia
  • Pengelolaan Tinea Kapitis Karier Asimptomatik
    Pengelolaan Tinea Kapitis Karier Asimptomatik
Diskusi Terkait
dr. Mutiara Putri Camelia
Dibalas 19 Juli 2024, 22:56
Tata laksana enterobiasis yang aman untuk ibu hamil trimester 1
Oleh: dr. Mutiara Putri Camelia
2 Balasan
Alo dokter,izin tanya jika ada pasien ibu hamil Trimester 1 dengan enterobiasis, lini tatalaksana yang aman apa ?karena beberapa obat tsb baru bisa diberikan...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
Dibalas 27 Juli 2022, 23:42
Pasien balita 3,6 tahun dengan keluhan muntah dan riwayat sering gatal di pantat dan minta buka pempers setiap malam
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
3 Balasan
Pasien balita 3,6 thn dengan keluhan muntah dan riwayat sering gatal di pantat dan minta buka pempers setiap malam.Hasil leukosit normal, Hb normal, DDR (-),...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.