Etiologi Pruritus
Etiologi pruritus adalah pelepasan pruritogen seperti histamin, serotonin, dan neuropeptida, disertai transmisi sinyal gatal neuronal. Contoh kondisi yang dapat menyebabkan pruritus adalah kondisi dermatologis seperti dermatitis dan dermatomikosis, serta kondisi sistemik seperti enterobiasis dan kolestasis[1-3]
Pruritus Pruritoseptif
Pruritus pruritoseptif merupakan jenis pruritus yang berasal dari lapisan kulit untuk menghasilkan sensasi simtomatik. Terdapat berbagai macam kondisi dermatologis yang dapat menyebabkan pruritus, misalnya xerosis, dermatitis atopik, scabies, neurodermatitis, urtikaria, psoriasis, dan pityriasis rosea.[1]
Pruritus Neurogenik
Pruritus neurogenik atau pruritus sistemik merupakan jenis pruritus yang berasal dari organ selain kulit tanpa adanya bukti kerusakan sistem saraf tepi. Beberapa kondisi yang sering menyebabkan pruritus neurogenik adalah penyakit ginjal kronis, gangguan hepatobilier, endokrin, dan hematologik.[8]
Gangguan Ginjal
Gagal ginjal kronis merupakan penyebab tersering dari pruritus persisten. Penyebab rasa gatal masih belum pasti, namun diduga berhubungan dengan neuropati uremik, peradangan sistemik, peningkatan aktivitas reseptor μ-opioid, dan penurunan aktivitas κ-opioid.[1,3]
Disfungsi Hepar
Kolestasis dari kondisi yang mempengaruhi sistem hepatobilier, seperti kolangitis bilier primer, kolangitis sklerosis primer, kolestasis intrahepatik kehamilan, hepatitis, dan sirosis dapat menyebabkan terjadinya akumulasi garam empedu di kulit. Garam empedu dapat memicu pelepasan histamin dan asam lisofosfatidat yang merupakan pruritogen kuat.
Awalnya, pruritus kolestatik ditandai dengan rasa gatal pada bagian telapak tangan dan kaki, kemudian dapat dirasakan pada seluruh tubuh seiring dengan perkembangan penyakit.[3,8]
Gangguan Endokrin
Di antara penyakit endokrin, diabetes mellitus yang paling sering dihubungkan dengan kejadian gatal. Pruritus terjadi sekunder akibat peningkatan glukosa pada serabut saraf kulit.
Pada pasien hipertiroid, rasa gatal disebabkan karena penurunan ambang gatal akibat peningkatan suhu tubuh, vasodilatasi, dan aktivasi kinin. Sedangkan, pada pasien hipotiroid, rasa gatal dipicu karena xerosis. Selain itu, hiperparatiroid sekunder juga dapat menyebabkan rasa gatal.[1,3]
Gangguan Hematologi
Polisitemia vera merupakan gangguan hematologi yang sering menimbulkan pruritus dan dilaporkan diperparah setelah pasien mandi dengan air hangat.[1-3,7]
Pruritus Neuropatik
Perubahan patologis pada jalur aferen serabut saraf sensorik menjadi penyebab terjadinya pruritus neuropatik. Pruritus neuropatik seringkali disertai dengan keluhan sensorik lainnya, seperti parestesia, hiperestesia, ataupun hipoestesia yang menyerang lokasi dermatom tertentu.[4,7]
Post-herpetic neuralgia (PHN) merupakan komplikasi umum akibat herpes zoster. Lebih dari setengah pasien dengan penyakit ini juga mengalami post-herpetic itch (PHI).
Selain itu, beberapa contoh lain dari pruritus neuropatik, yaitu brachioradial pruritus (BP) yang terjadi di sepanjang dermatom C3–C7 dan notalgia paresthetica (NP) yang terjadi di sepanjang dermatom T2–T6.[1-3,7]
Pruritus Psikogenik
Sama halnya dengan nyeri, rasa gatal bukan hanya sekedar respons fisiologis, namun juga memiliki faktor psikologis. Pruritus psikogenik merupakan diagnosis eksklusi, yang berarti tidak ditemukan kondisi lain sebagai penyebab pruritus pada pasien. Angka kejadian gatal psikogenik hanya sekitar 2% dari seluruh kasus pruritus.[1,2,7]
Delusi parasitosis merupakan salah satu contoh kasus pruritus psikogenik. Pada kondisi ini, pasien memiliki keyakinan yang salah bahwa tubuh mereka dipenuhi oleh serangga ataupun parasit, sehingga muncul dorongan berlebihan untuk menggaruk ataupun mengelupasi kulit mereka untuk menghilangkan serangga atau parasit tersebut.
Selain itu, beberapa kondisi seperti, depresi dan compulsive scratching syndromes juga termasuk dalam pruritus psikogenik.[1,7,8]
Faktor Risiko
Faktor risiko pruritus adalah:
- Usia tua
- Jenis kelamin perempuan
- Kulit kering
- Riwayat alergi
- Riwayat penyakit kulit atau sistemik seperti disfungsi hepar
- Konsumsi obat[1,2,7]