Pendahuluan Tinea Versicolor
Tinea versicolor atau pityriasis versicolor adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Malassezia. Malassezia sendiri merupakan jamur komensal pada kulit. Tinea zia versicolor terjadi ketika terdapat pertumbuhan Malassezia berubah menjadi filamen patogenik.[1,4,5]
Pertumbuhan filamen patogenik Malassezia dapat terjadi akibat predisposisi genetik, kondisi lingkungan yang hangat dan lembab, imunodefisiensi, kehamilan, kulit berminyak, dan aplikasi lotion atau krim dengan kandungan minyak tinggi.[1,4,5]
Tinea versikolor umumnya ditemukan daerah tropis. Di Indonesia, tinea versicolor merupakan penyakit dermatomikosis terbanyak kedua di antara dermatofitosis lain (tinea corporis dan tinea pedis).[7]
Manifestasi klinis tinea versicolor dapat berupa perubahan pigmentasi dimana ditemukan lesi makulopapular hiperpigmentasi, hipopigmentasi, atau eritema, disertai skuama halus dan pruritus. Predileksi penyakit ini adalah di dada dan punggung, tetapi dapat pula mengenai lengan atas, leher, dan wajah.[1]
Diagnosis tinea versicolor dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis saja. Pada pemeriksaan penunjang dengan pewarnaan KOH, akan ditemukan gambaran spaghetti and meatballs.[2]
Pemberian antifungal topikal adalah regimen tatalaksana pilihan pada tinea versicolor. Pasien dapat diberikan ketoconazole krim atau sampo, zinc pyrithione sampo, selenium sulfida sampo, atau sulfur + asam salisilat sampo. Pada lesi yang ekstensif dapat diberikan antifungal sistemik berupa fluconazole 300 mg per minggu selama 2 minggu, atau itraconazole 200 mg per hari selama 5-7 hari.[3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja