Patofisiologi Myiasis Kutan
Patofisiologi myiasis kutan bervariasi tergantung pada tipe lalat dan mode infestasinya. Lalat dapat mempunyai larva yang bersifat obligatori, fakultatif, atau insidental. Larva obligatori memerlukan jaringan hidup untuk kelangsungan hidupnya, sedangkan larva fakultatif bisa bertumbuh pada bangkai ataupun jaringan hidup. Larva insidental adalah larva dari telur lalat yang tidak sengaja ditelan dan bertahan di intestinal.[1,6,7]
Infestasi Dermatobia Hominis
Infestasi larva Dermatobia hominis dapat menyebabkan myiasis furunkular. Spesies ini merupakan spesies endemis di Meksiko, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Trinidad. Pada orang yang bepergian ke area-area tersebut, spesies ini merupakan penyebab tersering terjadinya myiasis kutan. Lalat dewasa mirip seperti lebah, memiliki siklus hidup yang pendek dan dapat bertahan beberapa minggu.[1,6,7]
Lalat betina yang bertelur akan menempeli arthropoda penghisap darah seperti nyamuk atau spesies serangga dan kutu lainnya, dan menempelkan telurnya ke perut serangga lain tersebut. Ketika nyamuk atau serangga lain menghisap darah hewan berdarah panas atau manusia, panas yang ada di sekitarnya akan menyebabkan telur lalat yang tertempel di perut serangga tersebut menetas dan terjatuh ke kulit inang.[1,7]
Larva akan masuk melalui gigitan serangga pembawa atau trauma kecil lainnya pada kulit inang. Proses masuknya larva ini sering kali tanpa rasa sakit, sehingga inang sering tidak menyadarinya. Setelah menempel di kulit, larva yang awalnya berukuran kecil dan berbentuk fusiform akan berkembang menjadi piriform hingga berbentuk bulat telur dengan panjang 15-20 mm.[1]
Setelah larva berhasil masuk ke kulit, akan muncul lesi papul eritem berukuran kecil yang akan berkembang menjadi nodul seperti furunkel. Larva akan membuat lubang di sentral lesi sebagai tempat keluar masuknya udara untuk respirasi. Larva ini dikelilingi oleh beberapa lingkaran duri.[1,7]
Jika siklus hidupnya tidak terganggu, larva yang berkembang sempurna membentuk lesi seperti kubah dan akan muncul ke permukaan inangnya dalam waktu 5-10 minggu. Pada fase ini larva akan jatuh ke tanah, menjadi kepompong dan berlanjut berbentuk lalat dalam waktu 2-4 minggu.[1,7]
Infestasi Cordylobia Anthropophaga
Cordylobia anthropophaga merupakan spesies endemik di sub-Sahara, Afrika. Lalat dewasa berukuran sedikit lebih besar dari lalat rumah. Spesies ini menyukai tempat yang teduh dan aktivitasnya paling banyak di pagi dan sore hari. Lalat ini menempel pada area yang berbau feses dan urine.[1,7]
Lalat betina dapat bertelur di tanah kering berpasir atau pada pakaian yang kering di jemuran. Sekali bertelur, lalat betina dapat menghasilkan 100-300 telur. Telur menetas dalam 1-3 hari dan larva bertahan hidup di permukaan hingga 15 hari sampai terjadinya kontak dengan inang yang sesuai.[1,7]
Ketika bersentuhan dengan panas tubuh dari calon inang, mandibula yang tajam dari lalat dewasa juga dapat menembus kulit yang intak untuk meletakkan telurnya di dalam tubuh inang. Bentuk awal larva fusiform hingga membulat, yang bisa mencapai panjang 13-15 mm. Gejala yang dirasakan dapat muncul setelah 2 hari infestasi larva. Gejala berbeda-beda, dapat berupa sensasi tajam dan nyeri berat. Pada beberapa kasus, muncul limfadenopati regional dan demam.[1,7]
Infestasi Hypoderma Bovis dan Gasterophilus intestinalis
Hypoderma bovis dan Gasterophilus intestinalis merupakan lalat penyebab myiasis migran, yang berbentuk seperti lebah dan berbulu. Umumnya, inangnya adalah rusa, sapi, dan kuda. Manusia jarang menjadi inang tetapi tetap berisiko terkena, terutama jika memelihara sapi dan kuda.[1]
Pada hewan, lalat akan menempelkan telurnya pada bulu kemudian larva menetas dan menembus kulit hewan. Larva lalu berkeliaran secara luas melalui jaringan subkutan hingga menemukan lokasi di kulit punggung. Larva menghasilkan lesi furunkel.[1]
Pada manusia, larva bermigrasi dengan cepat (sekitar 1 cm/jam) dengan arah tidak menentu. Hal tersebut menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit yang hilang timbul selama berbulan-bulan. Pada manusia, larva dapat muncul secara spontan dari lesi furunkel atau mati dalam jaringan. Walaupun jarang, larva dapat mencapai area orbita, faring, dan canalis vertebra, yang bisa berujung pada meningitis.[1]
Larva dari genus Gasterophilus biasanya merupakan parasit gastrointestinal kuda. Pada manusia, larva dapat bersembunyi di kulit dan berjalan secara intradermal. Lesi yang ditimbulkan genus ini berbentuk sempit, berliku-liku, eritematosa, dan linier. Lesi juga disertai pruritus hebat. Lesi berkembang sebanyak 1-30 cm per hari. Kematian larva akan menghentikan proses tersebut dalam 1-2 hari tanpa adanya gejala sisa.[1]
Infestasi Cochliomyia Hominivorax atau Phaenicia Sericata
Spesies Cochliomyia hominivorax atau Phaenicia sericata dapat menimbulkan myiasis perlukaan. Lalat dewasa berbentuk agak besar dan berwarna biru metalik hingga hitam keunguan. Larva berwarna merah muda, berbentuk fusiform, dan memiliki segmentasi yang jelas.[1]
Lalat betina akan menyimpan telur pada luka yang tidak terawat dengan baik. Larva akan mengonsumsi jaringan nekrotik pada luka. Lalat dapat menyebar karena adanya angin. Penyebaran larva pada lokasi infeksi sering kali terjadi ketika pasien berada di luar ruangan terutama di siang hari.[1]