Panduan E-Prescription Tinea Barbae
Panduan e-prescription untuk tinea barbae ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Tinea barbae adalah dermatofitosis pada kulit, folikel rambut, dan rambut pada wajah dan leher, terutama pada area kumis dan janggut. Selain ditemukan pada pria dari kelompok usia dewasa muda atau lebih tua, tinea barbae juga dapat ditemukan pada wanita dengan hirsutisme.
Etiologi tinea barbae yang sering ditemukan adalah Trichophyton verrucosum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton rubrum. Jamur penyebab tinea barbae bersifat zoofilik dan antropofilik sehingga kondisi ini lebih banyak ditemukan pada pekerja yang kontak dengan binatang. Faktor risiko lainnya adalah diabetes mellitus, kondisi imunokompromais, serta sedang dalam terapi imunosupresif maupun kortikosteroid.[1,2]
Infeksi diawali dengan inokulasi spora ke jaringan yang memiliki lapisan keratin. Dermatofita yang berperan dalam tinea barbae bersifat keratinofilik karena menggunakan keratin dan protein lainnya untuk bertahan hidup. Maka dari itu, umumnya menyerang stratum korneum dan membentuk lesi kulit superfisial, seperti kerion (abses).[2–4]
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala khas pada tinea barbae adalah pruritus pada area kumis, janggut, dan leher. Demam dan malaise juga dapat ditemukan. Lesi kulit yang terbentuk dibagi menjadi tipe inflamatorik dan noninflamatorik.
Tipe Inflamatorik
Tinea barbae tipe inflamatorik memiliki tanda khas kerion. Efloresensi kerion pada tinea barbae adalah nodul maupun plak eritematosa berbatas tegas yang bersisik, lunak, dan sembab, disertai pustul dan sinus. Lesi kerion dapat soliter maupun multipel.
Rambut pada area yang terlibat menjadi rapuh dan mudah dicabut. Pasien juga dapat mengalami demam dan malaise, dan pada tahap yang lebih lanjut dapat ditemukan limfadenopati regional.
Tinea barbae inflamatorik lebih banyak disebabkan oleh dermatofita yang bersifat zoofilik, seperti Trichophyton verrucosum dan Trichophyton mentagrophytes. Maka dari itu, perlu ditanyakan mengenai riwayat bekerja dengan hewan, misalnya sebagai peternak maupun bekerja di pet shop.[2,3,5]
Tipe Noninflamatorik
Tipe noninflamatorik ditandai dengan plak eritematosa berskuama, dengan pustul dan papul perifolikular. Tepi plak memiliki lesi yang lebih aktif, disertai papul dan vesikel multipel, maupun krusta. Pada tipe ini juga didapatkan keterlibatan rambut, di mana rambut menjadi rapuh dan mudah dicabut.
Tipe noninflamatorik ini biasanya disebabkan oleh dermatofita yang bersifat antropofilik, seperti Trichophyton rubrum. Maka dari itu, perlu dilakukan anamnesis terkait riwayat infeksi dermatofita, seperti tinea capitis, pada orang sekitar yang cenderung kontak erat dengan pasien.[1–3]
Peringatan
Umumnya hal yang perlu diperhatikan dalam tata laksana tinea barbae adalah efek samping hepatotoksik, dan reaksi hipersensitivitas pada penggunaan antifungal sistemik. Durasi terapi antifungal dengan terbinafine maupun golongan azol cukup lama, yaitu sampai dengan 2–3 minggu dari hilangnya lesi.
Penggunaan antifungal oral tersebut berisiko efek samping gastrointestinal (mual, nyeri perut, dan diare), gangguan fungsi hati, dan gangguan visual. Maka dari itu, direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati, dan ginjal pada 3–6 minggu setelah inisiasi terapi.
Terapi antifungal topikal saja untuk tinea barbae tidak direkomendasikan, karena tidak dapat mempenetrasi folikel rambut. Terapi dengan kortikosteroid untuk tinea barbae tidak benefisial dan tidak direkomendasikan.[2,3,6,7]
Terapi Suportif
Terapi suportif untuk tinea barbae meliputi kompres hangat dan depilasi. Pasien diberikan edukasi agar memberi kompres hangat untuk membersihkan krusta dan debris pada area lesi.
Pasien juga diedukasi untuk melakukan depilasi atau pencukuran rambut pada area lesi, seperti kumis dan janggut, terutama bila sudah terdapat keterlibatan rambut dan folikel rambut.[8]
Medikamentosa
Tata laksana medikamentosa yang utama untuk tinea barbae adalah antifungal sistemik, yaitu terbinafine atau golongan azol, seperti ketoconazole, fluconazole, dan itraconazole. Terapi antifungal ini diberikan sampai dengan 2–3 minggu dari hilangnya lesi.[2,6]
Antifungal
Antifungal yang direkomendasikan untuk tata laksana tinea barbae adalah antifungal sistemik. Antifungal topikal dapat dipertimbangkan sebagai terapi adjuvan, tetapi tidak sebagai terapi utama karena tidak dapat mempenetrasi folikel rambut.[2,3,6,7]
Dewasa:
Rekomendasi antifungal untuk tinea barbae pada pasien dewasa dapat dipilih salah satu di bawah ini:
Terbinafine 250 mg peroral (PO) 1 kali sehari
Itraconazole 100 mg PO 1 kali sehari
Fluconazole 200 mg PO 1 kali sehari[2,8]
Durasi terapi dengan antifungal umumnya 4–6 minggu atau sampai dengan 2–3 minggu dari hilangnya lesi. Griseofulvin sudah tidak direkomendasikan karena memerlukan durasi terapi yang lama (sampai dengan 12 minggu), serta sudah terdapat laporan peningkatan angka resistensi obat dan relaps karena waktu klirens obat yang cepat.[2]
Antihistamin
Antihistamin dapat direkomendasikan untuk mengurangi keluhan gatal pada tinea barbae. Antihistamin yang dipilih adalah generasi kedua, seperti cetirizine dan loratadine dengan dosis 10 mg per hari yang diberikan sesuai gejala.[9,10]