Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Dislipidemia general_alomedika 2023-08-08T07:44:25+07:00 2023-08-08T07:44:25+07:00
Dislipidemia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Diagnosis Dislipidemia

Oleh :
dr.Gloscindy Arma Occifa
Share To Social Media:

Diagnosis dislipidemia dapat ditegakkan atas dasar temuan abnormal dari pemeriksaan profil lipid. Diagnosis tersebut umumnya ditemukan secara tidak sengaja atau saat dilakukan penapisan karena bersifat asimtomatik. Pada kelainan hasil profil lipid yang ditemukan pada anak-anak, adanya kelainan genetik perlu dievaluasi.

Selain menegakkan diagnosis, evaluasi klinis, menggali riwayat penyakit lainnya pada pasien, serta pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk menentukan stratifikasi risiko bagi pasien dislipidemia.[5,20]

Anamnesis

Umumnya dislipidemia tidak menimbulkan gejala, tetapi pada kasus berat pasien dapat mengeluhkan gejala dari komplikasi dislipidemia. Meskipun demikian, saat anamnesis perlu ditanyakan mengenai faktor risiko untuk mengetahui apakah pasien berisiko tinggi mengalami dislipidemia.

Hal yang dapat ditanyakan antara lain tentang gaya hidup, penyakit penyerta dan konsumsi obat-obatan. Riwayat dislipidemia sebelumnya dan riwayat dislipidemia pada keluarga juga perlu ditanyakan.[1,5]

Selain itu, saat anamnesis perlu juga ditanyakan mengenai gejala dari komplikasi yang mungkin disebabkan oleh dislipidemia. Komplikasi tersebut dapat berupa penyakit arteri koroner ataupun perifer, seperti sindrom koroner akut dan peripheral artery disease.

Gejala yang dapat ditanyakan antara lain nyeri tungkai, nyeri dada, pusing, berdebar-debar, adanya bengkak pada ekstremitas bawah atau vena (misalnya leher atau perut), dan pingsan. Gejala lain yang dapat ditanyakan yaitu sesak napas, gangguan kesadaran, sensasi menggelitik, kesemutan, terbakar, atau tertusuk.[5-6,14]

Pemeriksaan Fisik

Meskipun pemeriksaan fisik pada dislipidemia terbatas, terdapat beberapa manifestasi klinis yang dapat ditemukan. Hipertrigliseridemia dapat menyebabkan hepatosplenomegali serta warna putih susu pada arteri dan vena retina (lipemia retinalis).

Tingginya kadar low-density lipoprotein (LDL) juga dapat menimbulkan arkus kornea, xanthelasma pada kelopak mata, dan xantoma atau deposit lipid berbentuk plak atau nodul berwarna kekuningan pada daerah tendon achilles, siku, dan lutut. Xantoma juga dapat muncul di lipatan telapak tangan atau kelopak mata.[1,6,14]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dislipidemia adalah penyakit atau kondisi lain yang dapat meningkatkan kadar lipid, yaitu sindrom nefrotik, obstructive jaundice, dan hipotiroidisme.

Sindrom Nefrotik

Proteinuria pada sindrom nefrotik menyebabkan produksi berlebih lipoprotein termasuk LDL dan VLDL, penurunan klirens lipoprotein kaya trigliserida, dan gangguan maturasi HDL. Penurunan klirens merupakan akibat langsung dari penurunan aktivitas lipase hepar dan LPL pada jaringan endotelium dan perifer seperti otot dan adiposa.[15,22]

Obstructive Jaundice

Pada kolestasis ditemukan adanya lipoprotein X (LpX) yang berperan dalam peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL pada pasien.[15,23]

Hipotiroidisme

Terdapat 2 jenis hipotiroidisme yaitu hipotiroidisme nyata dan subklinis. Hipotiroidisme nyata ditandai dengan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) yang tinggi dan kadar thyroid hormone (TH) rendah.

Pada hipotiroidisme nyata terdapat peningkatan kadar kolesterol total, LDL, Apo B, dan lipoprotein (a). Sedangkan hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH ≥10 mIU/L dan TH normal. Pada jenis ini ditemukan peningkatan kolesterol total, LDL, dan trigliserida.[15,24]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama untuk kepentingan penapisan maupun penegakkan diagnosis adalah pemeriksaan profil lipid puasa. Sebelum pengambilan sampel darah, pasien dapat berpuasa selama 12 jam. Namun, berdasarkan studi, tidak ada perubahan yang jauh berbeda dalam hasil pemeriksaan baik yang berpuasa maupun tidak berpuasa.

Hasil pemeriksaan profil lipid berupa kadar kolesterol total (TC), trigliserida (TG), dan  high-density lipoprotein (HDL). Sedangkan LDL dihitung menggunakan persamaan Friedewald sebagai berikut:

LDL (mg/dL) = TC – HDL – (TG/5) [5,18,20]

Namun persamaan tersebut tidak akurat apabila kadar TG>400 mg/dL sehingga disarankan untuk melakukan pemeriksaan profil lipid puasa ulang. Selain itu untuk mengetahui kadar LDL pada keadaan ini dapat dilakukan pemeriksaan LDL secara langsung.[5,18,20-21]

Kriteria diagnosis dislipidemia berdasarkan kadar TC, LDL, HDL, dan TG dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma

KadarLipidPlasma

 

Sumber: dr. Gabriela, Alomedika, 2022[6]

Penilaian Kategori Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Penilaian kategori risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien dengan dislipidemia penting dilakukan untuk menentukan target dan pemilihan terapi. Kategori risiko penyakit kardiovaskuler berkisar dari risiko rendah hingga sangat tinggi.

Selain itu,  American Association of Clinical Endocrinologists dan American College of Endocrinology (AACE/ACE) juga menambahkan kategori risiko ekstrim dalam penilaian risiko penyakit kardiovaskuler.

Risiko Ekstrim

Pasien yang termasuk dalam risiko ekstrim adalah pasien-pasien dengan:

  • Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik progresif termasuk angina tidak stabil setelah kadar low-density lipoprotein (LDL) mencapai <70 mg/dL
  • Bukti secara klinis mengalami penyakit kardiovaskuler pada pasien dengan diabetes mellitus (DM), penyakit ginjal kronis (PGK) derajat 3 atau 4, ataupun familial hypercholesterolemia (FH)
  • Riwayat penyakit kardiovaskuler aterosklerotik prematur (<55 tahun untuk laki-laki dan <65 tahun untuk perempuan)[6,30]

Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik sendiri meliputi sindrom koroner akut seperti infark miokard atau angina tidak stabil, angina stabil, revaskularisasi koroner seperti percutaneous coronary intervention, coronary artery bypass graft, dan prosedur lain.

Stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri perifer, dan ditemukannya plak signifikan pada angiografi koroner, CT Scan atau USG karotis, juga termausk dalam penyakit kardiovaskuler aterosklerotik.[25]

Risiko Sangat Tinggi

Pasien yang memiliki nilai Systematic Coronary Risk Estimation (SCORE) ≥10% termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi. Pasien dengan riwayat  penyakit kardiovaskuler aterosklerotik sebelumnya, baik secara klinis maupun pencitraan juga tergolong memiliki risiko yang sangat tinggi.

Selain itu gangguan vaskuler, pasien yang termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi adalah pasien dengan DM dengan kerusakan organ target atau minimal 3 faktor risiko mayor atau DM tipe 1 onset awal dengan durasi DM >20 tahun.

Yang termasuk pasien risiko sangat tinggi juga adalah pasien dengan PGK berat (GFR <30 mL/menit/1,73 m2) atau pasien dengan FH disertai penyakit kardiovaskuler atherosklerotik atau faktor risiko mayor lain.[25]

Adapun faktor risiko mayor yang dimaksud adalah:

  • Usia ≥45 tahun untuk laki-laki dan ≥55 tahun untuk perempuan
  • Riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) dengan penyakit arteri koroner prematur yaitu sebelum usia 55 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan
  • Hipertensi (sistolik ≥140 mmHg, diastolik ≥90 mmHg) atau mengonsumsi obat anti hipertensi

  • Merokok
  • Kadar HDL rendah (<40 mg/dL)[20]

Risiko Tinggi

Pasien dinilai berisiko tinggi mengalami risiko penyakit kardiovaskuler apabila nilai SCORE ≥5% dan <10%. Selain itu, pasien dengan peningkatan kolesterol total >310 mg/dL, LDL>190 mg/dL atau tekanan darah ≥180/110 mmHg, juga termasuk berisiko tinggi. Pasien lain yang termasuk dalam kategori risiko tinggi adalah:

  • FH tanpa faktor risiko mayor lain
  • DM tanpa kerusakan organ target, dengan durasi ≥10 tahun atau dengan faktor risiko lain
  • Penyakit ginjal kronis sedang (GFR 30-59 mL/menit/1,73 m2)[25]

Risiko Sedang

Pasien muda dengan DM tipe 1 <35 tahun atau DM tipe 2 <50 tahun dengan durasi DM <10 tahun tanpa faktor risiko lain tergolong dalam kategori ini. Demikian pula, pada pasien dengan nilai SCORE ≥1% dan <5%.[25]

Risiko Rendah

Adapun pasien dengan nilai SCORE <1% termasuk dalam kategori risiko rendah.[25]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Afiffa Mardhotillah

Referensi

1. Pappan N, Rehman A. Dyslipidemia. Juli 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560891/
5. Halawani AFM, Alahmari ZS, Asiri DA, Albraheem AA, Alsubaie AMA, Alqurashi AG, et al. Diagnosis and management of dyslipidemia. Archives of Pharmacy Practice. 2019;10(4):67-70.
6. Perkumpulan Endokriologi Indonesia. Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia. 2019.
14. Purva A, Gaur K, Khan MS. A review on dyslipidemia: Types, risk factors and management. Asian Journal of Pharmaceutical Research and Development. 2020;8(2):96-98. Doi: 10.22270/ajprd.v8i1.682.
15. Yanai H, Yoshida H. Secondary dyslipidemia: Its treatments and association with atherosclerosis. Global Health & Medicine. 2021;3(1):15-23. Doi: 10.35772/ghm.2020.01078.
18. Kementerian Kesehatan RI. Laporan nasional Riskesdas 2018. www.litbang.kemkes.go.id
20. Rhee EJ, Kim HC, Kim JH, Lee EY, Kim BJ, Kim EM, et al. 2018 guidelines management of dyslipidemia. Korean Journal of Internal Medicine. 2019;34:723-771. Doi: 10.3904/kjim.2019.188.
21. Berberich AJ, Hegele RA. A modern approach to dyslipidemia. Endocrine Reviews. 2022;43(4):611-653. Doi: 10.1210/endrev/bnab037.
22. Agrawal S, Zaritsky JJ, Fornoni A, Smoyer WE. Dyslipidaemia in nephrotic syndrome: Mechanism and treatment. Nature Reviews Nephrology. 2018;14(1):57-70. Doi: 10.1038/nrneph.2017.155.
23. Zhao Y, Wang S, Liang S, Zhang H, Zhang Y, Yu R, et al. Clinical laboratory characteristics of patients with obstructive jaundice accompanied by dyslipidemia. Clinical Biochemistry. 2021;94:42-47. Doi: 10.1016/j.clinbiochem.2021.04.017.
24. Liu H, Peng D. Update on dyslipidemia in hypothyroidism: The mechanism of dyslipidemia in hypothyroidism. Endocrine Connections. 2022;11(2):1-15. Doi: 10.1530/EC-21-0002.
25. The Task Force for the management of dyslipidaemias of the European Society of Cardiology (ESC) and European Atherosclerosis Society (EAS). 2019 ESC/EAS guidelines for the management of dyslipidaemias: Lipid modification to reduce cardiovascular risk. European Heart Journal. 2020;41:111-188. Doi: 10.1093/eurheartj/ehz4555.
30. Garber AJ, Handelsman Y, Grunberger G, Einhorn D, Abrahamson MJ, Barzilay JI, et al. Consensus statement by the American Association of Clinical Endocrinologists and American College of Endocrinology on the comprehensive type 2 diabetes management algorithm – 2020 executive summary. Endocrine Practice. 2020;26(1):107-139. Doi: 10.4158/CS-2019-0472.

Epidemiologi Dislipidemia
Penatalaksanaan Dislipidemia

Artikel Terkait

  • Inhibitor PCSK9 untuk Menurunkan LDL
    Inhibitor PCSK9 untuk Menurunkan LDL
  • Perlukah Puasa Sebelum Pemeriksaan Profil Lipid
    Perlukah Puasa Sebelum Pemeriksaan Profil Lipid
  • Rekomendasi Pola Makan bagi Pasien dengan Hipertrigliseridemia
    Rekomendasi Pola Makan bagi Pasien dengan Hipertrigliseridemia
  • Kadar HDL Tinggi Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
    Kadar HDL Tinggi Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
  • Mitos atau Fakta: Teh Menurunkan Kadar Kolesterol Dalam Darah
    Mitos atau Fakta: Teh Menurunkan Kadar Kolesterol Dalam Darah

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 15 Agustus 2023, 14:01
Trending! TOP 5 Artikel di Bulan Agustus 2023!
Oleh: dr. ALOMEDIKA
1 Balasan
ALO Dokter!Yuk, jangan sampai terlewat 5 artikel yang sedang trending di Alomedika bulan ini:1. Hiperkolesterolemia dalam Kehamilan - Klik di sini untuk...
Anonymous
Dibalas 27 September 2022, 14:27
Ezetimibe sebagai terapi tambahan - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr I Made Bayu Indatrama, SpPD, ijin tanya pada pasien yang on statin hingga dosis maximal tapi target lipid profilenya belum tercapai, kapan kita boleh...
dr.Ciho Olfriani
Dibalas 22 Januari 2021, 14:32
Kadar HDL yang terlalu tinggi apakah mengakibatkan suatu efek tertentu - Kardiologi Ask the Expert
Oleh: dr.Ciho Olfriani
1 Balasan
ALO, dr. Farhanah, Sp.JP!Kadar HDL yang tinggi sering kali menjadi acuan pencegahan kejadian dan kematian penyakit kardiovaskular. Beberapa upaya medikasi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.