Epidemiologi Dislipidemia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia tergolong tinggi baik secara global maupun di Indonesia.[3-4,18]
Global
WHO memperkirakan prevalensi peningkatan kadar kolesterol plasma total pada dewasa usia ≥25 tahun adalah sebesar 39% pada tahun 2008. Apabila dijabarkan, prevalensi dislipidemia (ditandai dengan kadar kolesterol total >190 mg/dL) di Eropa adalah yang tertinggi (53,7%) diikuti oleh Amerika (47,7%). Sedangkan prevalensi di Asia Tenggara lebih rendah yaitu 30,3%. Meskipun demikian, prevalensi dislipidemia di regio Asia Pasifik bervariasi.[3-4]
Indonesia
Data WHO menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia berdasarkan temuan hasil kadar kolesterol total ≥160 mg/dL pada dewasa usia ≥25 tahun di Indonesia adalah sekitar 36% (33,1% pada pria dan 38,2% pada wanita).
Sedangkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terakhir pada tahun 2018 menunjukkan sebanyak 28,8% penduduk Indonesia usia ≥15 tahun yang memiliki kadar kolesterol total ≥200 mg/dL dan 27,9% memiliki kadar trigliserida (TG) ≥150 mg/dL. Bila dibandingkan dengan data pada tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami dislipidemia.[4,18]
Mortalitas
Global Burden of DIsease Study (GBD) 2017 melaporkan bahwa peningkatan kadar low-density lipoprotein (LDL) berhubungan dengan perkembangan sosial ekonomi. Tahun 2017 tercatat angka kematian sebesar 4.320.000 kasus akibat penyakit yang berhubungan dengan tingginya kadar LDL.
Angka ini meningkat sebanyak 20,8% dari tahun 2007. Sedangkan tahun 2019 tercatat 4.400.000 kematian yang berhubungan dengan tingginya kadar LDL Oleh karena itu, sangat penting untuk mengedukasi masyarakat untuk memperbaiki pola makanan serta meningkatkan aktivitas fisik demi mencegah terjadinya penyakit ini dan komplikasinya.[3,19]
Penulisan pertama oleh: dr. Afiffa Mardhotillah