Epidemiologi Hipertiroid
Data epidemiologi hipertiroid menunjukkan prevalensi sebesar 0‒8% di kawasan Eropa dan 1‒3% di Amerika Serikat, di mana lebih sering ditemukan pada pasien perempuan. Sementara itu, epidemiologi hipertiroid di Indonesia tercatat 0,4% pada pelaporan Kemenkes tahun 2015.[1,3]
Global
Penyakit autoimun tiroid terjadi dalam frekuensi yang serupa pada etnis Kaukasia, Hispanik, dan Asia, tetapi lebih rendah pada etnis Afrika-Amerika. Grave’s disease merupakan penyebab terbanyak hipertiroid di Amerika Serikat (60‒80%). Sedangkan toksik multinodular goitre dan toksik adenoma masing-masing menyumbang 15‒20% dan 3‒5% dari kasus hipertiroid.[1,3,5-7]
Semua penyakit tiroid terjadi lebih sering pada jenis kelamin perempuan. Rasio pria terhadap perempuan pada Grave’s disease adalah 1,5:10, sedangkan rasio toksik multinodular goitre dan toksik adenoma adalah 1:2‒4. Graves ophthalmopathy lebih juga lebih sering dijumpai pada perempuan.[3]
Insidensi puncak penyakit autoimun tiroid terjadi pada orang yang berusia 20‒40 tahun. Toksik multinodular goitre lebih sering terjadi pada orang berusia >50 tahun, sedangkan toksik adenoma lebih sering terjadi pada usia lebih muda.[3]
Indonesia
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar RI) tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit hipertiroid mencapai 0,6% pada wanita, dan 0,2% pada pria. Penyebaran usia pasien adalah 0,4% pada usia 15‒24 tahun, 0,3% pada usia 25‒34 tahun, serta 0,5% pada usia >35 tahun.[23]
Kemenkes menyatakan ada lebih dari 1.700.000 masyarakat Indonesia yang mengalami penyakit gondok, yang dapat disebabkan oleh hipertiroid, hipotiroid, maupun eutiroid.[24]
Mortalitas
Studi menunjukkan hubungan antara hipertiroid dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, paru, dan penyakit kejiwaan, sehingga meningkatkan risiko kematian. Durasi kondisi TSH yang rendah akan memengaruhi peningkatan mortalitas.[25]
Studi kohort yang melibatkan >230.000 pasien hipertiroid menemukan bahwa periode kumulatif penurunan TSH meningkatkan mortalitas, baik pada pasien hipertiroid yang diobati ataupun yang tidak diobati. Peningkatan mortalitas lebih disebabkan oleh ketidakmampuan mencapai eutiroid.[25]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini