Etiologi Hipotiroid
Etiologi hipotiroid terbagi menjadi dua, yaitu hipotiroid primer dan hipotiroid sentral yang terdiri dari hipotiroid sekunder dan tersier. Hipotiroid primer terjadi akibat kelainan kelenjar tiroid sendiri, hipotiroid sekunder terjadi akibat defisiensi thyroid stimulating hormone (TSH) dari kelenjar pituitari, sedangkan hipotiroid tersier disebabkan defisiensi thyrotropin releasing hormone (TRH) dari hipotalamus. Pada kedua kondisi hipotiroid sentral tersebut, kelenjar tiroid berada dalam keadaan normal.[1,4]
Etiologi Hipotiroid Primer
Hipotiroid primer terjadi karena kelainan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan berkurangnya produksi hormon tiroid. Beberapa contoh hipotiroid primer adalah pada kasus tiroiditis limfositik kronik, tiroiditis postpartum, defisiensi iodin, tiroiditis granulomatosa subakut, hipotiroid terinduksi obat, dan hipotiroid iatrogenik.[1,3]
Tiroiditis Limfositik Kronik
Tiroiditis limfositik kronik merupakan penyebab tersering hipotiroid yang sering juga disebut sebagai tiroiditis Hashimoto. Dalam kondisi ini, hipotiroid terjadi karena adanya reaksi imun kronik yang menyebabkan infiltrasi limfositik pada kelenjar tiroid dan destruksi progresif jaringan tiroid.
Penanda serologis dari tiroiditis Hashimoto adalah titer antibodi antitiroid peroksidase (anti-TPO) yang tinggi. Kadar antibodi dapat bervariasi sepanjang waktu, namun dapat tidak muncul pada awal terjadinya penyakit.[1,3]
Defisiensi Iodin
Defisiensi iodin dapat menyebabkan terjadinya goiter, nodul tiroid, dan hipotiroid. Konsekuensi paling serius dari defisiensi iodin adalah kretinisme, yaitu hambatan perkembangan fisik dan mental anak.[1]
Tiroiditis Postpartum
Hingga 10% wanita postpartum dapat mengalami tiroiditis postpartum dalam waktu 2‒12 bulan setelah persalinan. Walaupun pemberian levotiroksin (LT4) mungkin diperlukan, kondisi ini umumnya dapat mengalami resolusi spontan dalam 2‒4 bulan. Pasien tiroiditis postpartum dengan anti-TPO positif memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipotiroid permanen atau tiroiditis postpartum rekuren saat kehamilan berikutnya.[3]
Tiroiditis Granulomatosa Subakut
Tiroiditis granulomatosa subakut sering disebut sebagai penyakit Quervain dan sebenarnya merupakan penyakit yang cukup jarang. Tiroiditis ini muncul terutama pada wanita usia pertengahan. Gejala yang dirasakan dapat berupa demam ringan, nyeri tiroid, disfagia, dan peningkatan laju endap darah.[3]
Hipotiroid Terinduksi Obat
Obat-obatan yang diduga berkaitan dengan terjadinya hipotiroid adalah amiodarone, interferon alfa, thalidomide, lithium, stavudine, oral tyrosine kinase inhibitors, bexarotene, perklorat, interleukin (IL)-2, ethionamide, rifampin, phenytoin, carbamazepine, phenobarbital, aminoglutethimide, sulfisoxazole, p-Aminosalicylic acid, dan ipilimumab. Amiodarone merupakan obat dengan kandungan iodin yang dapat menghambat produksi hormon tiroid akibat iodine overload.[1,3]
Hipotiroid Iatrogenik
Hipotiroid dapat disebabkan karena radioterapi pada pasien dengan kanker kepala dan leher, terapi radioiodine pada penyakit Graves’, dan tiroidektomi.[1,3]
Etiologi Hipotiroid Sentral
Hipotiroid sentral terdiri dari hipotiroid sekunder dan tersier yang terjadi karena gangguan aksis hipotalamus dan pituitari. Gangguan yang terjadi dapat berupa penurunan kadar TSH akibat gangguan produksi dan transportasi TRH ke kelenjar pituitari atau berupa perubahan pola glikosilasi yang menyebabkan penurunan aktivitas TSH. Beberapa penyebab gangguan-gangguan tersebut antara lain:
- Penekanan sel-sel kelenjar pituitari atau hipotalamus oleh tumor seperti adenoma pituitari maupun tumor otak lainnya
- Kerusakan sel-sel pituitari akibat lymphocytic hypophysitis, sindrom Sheehan, atau radiasi otak
- Penggunaan obat tertentu seperti dopamin, prednison, opioid
- Mutasi gen yang diwariskan secara autosomal resesif seperti mutasi gen TSHB pada hipotiroid kongenital nongoiterous tipe 4, mutasi gen TRHR pada kasus resistensi TRH, dan mutasi gen TRH pada kasus defisiensi TRH[3]
Faktor Risiko
Individu tertentu dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotiroid. Beberapa faktor risiko hipotiroid:
- Wanita berusia >60 tahun
- Kehamilan
- Pasien dengan riwayat radiasi pada kepala dan leher
- Pasien dengan kelainan autoimun seperti diabetes mellitus tipe 1
- Riwayat keluarga hipotiroid
- Antibodi tiroid peroksidase yang positif
- Kebiasaan merokok[4,6]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini