Patofisiologi Nodul Tiroid
Patofisiologi nodul tiroid berhubungan dengan hormon-hormon yang memengaruhi kelenjar tiroid, yakni thyrotropin-releasing hormone (TRH), thyroid-stimulating hormone (TSH), dan hormon tiroid. TRH yang disekresi hipotalamus menyebabkan kelenjar pituitari menghasilkan TSH.[6]
TSH bekerja pada reseptornya di kelenjar tiroid dan menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi seluler, dan produksi hormon tiroid. Selanjutnya, hormon tiroid memberikan umpan balik negatif pada kelenjar pituitari untuk mengatur produksi TSH.[6]
Peran Hormon pada Pembentukan Nodul Tiroid
Sel-sel yang membentuk nodul tiroid dapat berupa sel tiroid, sel radang, atau sel kanker yang bermetastasis ke tiroid. Nodul tiroid yang terbentuk akibat hiperplasia sel-sel tiroid dapat disebabkan salah satu mekanisme di bawah ini.
Defisiensi Sintesis Hormon Tiroid
Defisiensi sintesis hormon tiroid yang disebabkan oleh kelainan bawaan, defisiensi yodium, senyawa goitrogenik dapat mengakibatkan peningkatan TSH, yang selanjutnya mengakibatkan hiperplasia kelenjar tiroid sebagai usaha untuk mencapai kadar normal hormon tiroid
Stimulasi Reseptor TSH
Stimulasi reseptor TSH dapat menyebabkan nodul difusa. Stimulan TSH tersebut dapat berupa kadar TSH, antibodi reseptor TSH, resistensi pituitari terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus/pituitari, tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin (hCG)[6]
Terdeteksinya Nodul Tiroid
Keberadaan nodul tiroid dapat ditemukan dalam berbagai kondisi, antara lain:
- Ditemukan secara tidak sengaja oleh pasien
- Ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan fisik atau radiologi yang tujuan awalnya tidak berhubungan dengan tiroid
- Terdapat gejala klinis hipertiroidisme atau hipotiroidisme
- Nodul menyebabkan kompresi lokal yang menimbulkan gejala: sensasi globus di tenggorokan, keluhan menelan, sesak napas, suara serak
- Nodul menimbulkan nyeri (akibat perdarahan, inflamasi, atau nekrosis)[2,6]
Sensasi globus umumnya dirasakan ketika ukuran nodul >3 cm dan berlokasi di dekat trakea (lobus isthmus), sedangkan keluhan menelan (stasis makanan, tersedak, odinofagia) umumnya disebabkan lesi di lobus kiri dengan ekstensi posterior, sehingga menekan esofagus bagian servikal dari luar.[2]