Epidemiologi Prolaktinoma
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prolaktinoma merupakan subtipe adenoma hipofisis yang paling sering ditemukan dengan insidens 1 dari 1000 populasi umum dan prolaktinoma ditemukan pada 40–50% kasus.[1,2]
Global
Adenoma hipofisis merupakan tumor otak primer ketiga tersering pada orang dewasa setelah meningioma dan glioma, mencakup 12–19% dari seluruh tumor otak primer. Prevalensi adenoma hipofisis cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan prolaktinoma mendominasi sebagian besar kasus (40–50%).[1,2]
Pada populasi umum, insidensi prolaktinoma berkisar antara 2–5 kasus per 100,000 orang per tahun. Prevalensi prolaktinoma diperkirakan sekitar 10 dari 100.000 pada pria dan 30 dari 100.000 pada wanita. Pada rentang usia 18–50 tahun prolaktinoma ditemukan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki, dengan rasio 10:1. Namun, rasionya menjadi 1:1 untuk usia diatas 50 tahun.[1,2]
Prolaktinoma simptomatik paling sering terdiagnosis pada wanita usia premenopause dengan puncak insidensi pada usia 20–40 tahun. Sementara, pada laki-laki prolaktinoma lebih sering ditemukan pada usia 40–50 tahun.[1,2]
Indonesia
Data epidemiologi prolaktinoma di Indonesia masih sangat terbatas. Sebuah penelitian di Jakarta menunjukkan prolaktinoma terjadi pada 8 dari 41 pasien adenoma hipofisis (19,5%). Mayoritas pasien adalah perempuan (60%) dengan usia rata-rata 35 tahun pada perempuan dan 40 tahun pada laki-laki.[12]
Mortalitas
Mikroprolaktinoma umumnya bersifat jinak dan jarang menyebabkan kematian. Sedangkan makroprolaktinoma bersifat lebih progresif dengan pertumbuhan yang tidak dapat diprediksi. Komplikasi dan mortalitas dapat dicegah dengan terapi yang adekuat serta pemantauan kondisi klinis, radiologis, dan serum prolaktin berkala.[2,12]
Mortalitas pada prolaktinoma meningkat pada tumor dengan klasifikasi klinikopatologis derajat 2B dan 3. Pada derajat tersebut tumor berproliferasi lebih agresif dan invasif sehingga berpotensi mengalami transformasi maligna sampai dengan metastasis. Komplikasi apopleksi hipofisis juga meningkatkan risiko kematian pada tumor hipofisis.[7,12,13]
Tindakan operasi transfenoidal dapat menyebabkan kematian sebesar 0,27% pada mikroprolaktinoma dan 0,86% pada makroprolaktinoma. Tindakan operasi intrakranial (kraniotomi) berpotensi menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi, yakni sekitar 2,5%.[14]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli