Patofisiologi Prolaktinoma
Patofisiologi prolaktinoma berawal dari neoplasia sel laktotrof hipofisis yang mengakibatkan hipersekresi hormon prolaktin. Seperti pada neoplasma lainnya, tumorigenesis melibatkan aktivitas protoonkogen, tumor suppressor gene, hormon, growth factor, serta berbagai reseptor yang mengganggu siklus sel normal.[2,4,6]
Mutasi Sel Somatik
Prolaktinoma berasal dari proliferasi monoklonal sel laktotrof yang mengalami mutasi somatik. Pituitary tumor transforming gene (PTTG) merupakan salah satu protoonkogen yang berperan dalam proses patogenesis adenoma hipofisis termasuk prolaktinoma.
Pada prolaktinoma, PTTG menyebabkan transformasi aktivitas seluler, stimulasi pertumbuhan fibroblast growth factor 4 (FGF4) dan produksi vascular endothelial growth factor (VEGF). Kemudian terjadi peningkatan proliferasi sel, angiogenesis, dan pembentukan tumor pada hipofisis. Peningkatan ekspresi PTTG berhubungan dengan tumor yang lebih invasif.[2,4,7,8]
Estrogen diperkirakan berperan dalam menginduksi hiperplasia hipofisis. Estrogen meningkatkan proliferasi sel laktotrof yang mensekresi prolaktin, menstimulasi diferensiasi sel-sel progenitor menjadi sel laktotrof, dan menciptakan lingkungan selular yang mendukung pertumbuhan tumor.
Efek tumorigenesis estrogen pada kelenjar hipofisis dimediasi oleh ekspresi beberapa gen dan faktor-faktor pertumbuhan yaitu PTTG, Myc, aldehyde dehydrogenase 1A1 (ALDH1A1), dopamine D2 receptor (D2R), mitogen-activated protein kinases (MAPK), vascular endothelial growth factor (VEGF), fibroblast growth factor 2 (FGF2), transforming growth factor (TGF), dan faktor lain seperti sitokin dan interleukin.[2,4,7,8]
Mutasi Sel Germinal
Beberapa kasus prolaktinoma dan adenoma hipofisis lainnya berhubungan dengan sindrom familial seperti multiple endocrine neoplasia type 1 (MEN1) syndrome, MEN1-like syndrome, dan familial isolated pituitary adenoma.
Sebanyak 5% kasus prolaktinoma diturunkan melalui mutasi sel germinal pada gen aryl hydrocarbon receptor-interacting protein (AIP) atau gen MEN1. Kedua gen tersebut termasuk tumor suppressor gene, yang apabila mengalami mutasi dapat menyebabkan proliferasi sel menjadi tidak terkendali dan memfasilitasi pertumbuhan tumor.[6,7,9]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli