Prognosis Prolaktinoma
Prognosis prolaktinoma yang memerlukan terapi agonis dopamin, penurunan kadar prolaktin serum dan ukuran tumor umumnya dicapai dalam 6 bulan sampai 2 tahun, walaupun pada beberapa kasus lebih lama. Prolaktinoma asimtomatis tanpa peningkatan kadar prolaktin dapat tidak memerlukan terapi. Beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis adalah ukuran tumor, jenis kelamin, adanya predisposisi genetik, adanya komplikasi, dan usia saat diagnosis ditegakkan.[2,7,9,19]
Komplikasi
Komplikasi prolaktinoma meliputi komplikasi akibat pertumbuhan tumor, komplikasi akibat hiperprolaktinemia, serta komplikasi yang berhubungan dengan penatalaksanaan.
Komplikasi Akibat Pertumbuhan Tumor
Tumor berukuran besar dapat menyebabkan defisit lapang pandang, penurunan visus sampai dengan kebutaan, kelumpuhan nervus kranialis, apopleksi hipofisis, dan hipopituitarisme.
Apopleksi hipofisis merupakan sindrom klinis yang dipresipitasi oleh perdarahan atau infark akibat pertumbuhan tumor. Manifestasi klinis dari apopleksi hipofisis meliputi:
- Nyeri kepala hebat yang muncul mendadak (dialami hampir 100% pasien)
- Perburukan fungsi penglihatan sampai dengan kebutaan
- Gangguan lapang pandang memberat (paling sering hemianopsia bitemporal)
- Oftalmoplegia (kelumpuhan nervus kranialis III, IV, VI)
Penurunan kesadaran, mual, muntah, letargis, dan meningismus[2,12,14]
Kondisi ini merupakan sebuah kegawatdaruratan yang membutuhkan evaluasi radiologis dan tindakan pembedahan segera untuk mencegah kebutaan, gangguan endokrin permanen, serta kematian.
Hipopituarisme terjadi akibat pertumbuhan prolaktinoma yang menekan sel-sel hipofisis di sekitarnya. Hal ini menyebabkan penurunan sekresi hormon-hormon hipofisis lainnya.[2,12,14]
Komplikasi Akibat Hipersekresi Prolaktin Berkepanjangan
Hiperprolaktinemia berkepanjangan yang tidak diobati dapat menyebabkan hipogonadisme, infertilitas pada wanita maupun pria, dan osteoporosis.[2,4,14]
Komplikasi Akibat Tindakan Operasi dan Radiasi
Operasi transfenoidal dapat menyebabkan komplikasi berupa kebocoran cairan serebrospinal, diabetes insipidus baik transien maupun permanen, meningitis, cedera arteri karotis interna dengan kemungkinan perdarahan atau stroke, cedera nervus optikus sampai dengan kebutaan, dan hipopituitarisme (2–14%).
Sementara itu, komplikasi radiasi meliputi hipopituarisme (33–70%), cedera nervus optikus dan kiasma optikum, kejang, cedera neurovaskular, tumor sekunder, sampai dengan keganasan sistem saraf pusat.[2,4,14]
Prognosis
Mayoritas tumor hipofisis bersifat jinak dan dapat disembuhkan dengan medikamentosa atau operasi. Sebanyak 80-90% penderita prolaktinoma berhasil mencapai kadar prolaktin normal dan reduksi ukuran tumor dengan pengobatan agonis dopamin.
Pada pasien yang harus menjalani operasi, tingkat remisi juga cukup tinggi yaitu 75% untuk mikroprolaktinoma dan 40% untuk makroprolaktinoma, dengan tingkat rekurensi sebesar 20% dan 35% secara berurutan.[7,9,19]
Pada pasien laki-laki, tumor cenderung berproliferasi lebih agresif, lebih resisten terhadap agonis dopamin, lebih sering mengalami rekurensi pascaoperasi, dan berkembang menjadi keganasan.
Prolaktinoma pada pasien dengan predisposisi genetik dan prolaktinoma yang terdiagnosis di usia muda (< 20 tahun) diasosiasikan dengan tumor yang yang berukuran lebih besar dan lebih invasif, sehingga memiliki prognosis yang lebih buruk. Tumor yang mengalami invasi ke sinus kavernosus juga merupakan faktor prognostik yang buruk.[4,7,19]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli