Patofisiologi Fatty Liver
Patofisiologi fatty liver atau perlemakan hati berbeda tergantung pada jenisnya, yaitu alcoholic liver disease atau nonalcoholic fatty liver disease. Alcoholic liver disease terjadi akibat akumulasi lemak di hepatosit karena konsumsi alkohol kronis. Sementara itu, nonalcoholic fatty liver disease diduga terjadi melalui mekanisme “dua pukulan”.[5-8]
Alcoholic Liver Disease atau ALD
Hepar merupakan organ utama dalam metabolisme alkohol. Akumulasi lemak dalam hepatosit merupakan respons paling awal akibat konsumsi alkohol kronis dan alcohol use disorder.[5,6]
Konsumsi alkohol akan meningkatkan NADH/NAD+ (nikotinamida adenina dinukleotida) dalam hepatosit, sehingga mengganggu oksidasi asam lemak dan menyebabkan perkembangan steatosis. Hal tersebut juga meningkatkan sintesis asam lemak dan trigliserida, meningkatkan influks asam lemak bebas hepar dari jaringan adiposa, dan meningkatkan kilomikron pada mukosa intestinal.[5,6]
Inhibisi adenosine monophosphate activated kinase (AMPK) yang dimediasi etanol meningkatkan lipogenesis dan mengurangi lipolisis dengan menghambat peroxisome proliferative-activated receptor a (PPARa) dan stimulasi sterol regulatory element binding protein 1c (SREBP1c). Selanjutnya, kerusakan mitokondria dan mikrotubulus oleh asetaldehid mereduksi oksidasi NADH dan menghasilkan akumulasi very-low-density lipoprotein (VLDL).[5,6]
Nonalcoholic Fatty Liver Disease atau NAFLD
Nonalcoholic fatty liver disease diduga terjadi melalui mekanisme “dua pukulan”. Arti “pukulan pertama” dalam hipotesis ini adalah akumulasi lemak dalam sel hepar yang berhubungan dengan resistensi insulin, akumulasi trigliserida di hepar, dan disregulasi asam lemak yang menyebabkan steatosis.[7,8]
“Pukulan kedua” menyebabkan cedera hepatoselular. Asam lemak yang berlebihan di hepar membuat hepar lebih rentan untuk cedera. Oksidasi asam lemak peroksisom, produksi reactive oxygen species (ROS) dari rantai respirasi mitokondria, metabolisme asam lemak sitokrom P450, dan metabolisme derivat alkohol diduga berperan dalam menyebabkan cedera.[7,8]
Rilis mediator inflamasi seperti leptin, tumor necrosis factor (TNF) alfa, dan interleukin (IL) 6 juga menyebabkan kerusakan hepatosit pada pasien obesitas. Hepatosit akan mengalami ballooning, agregasi sitoskeletal, apoptosis, dan nekrosis.[7,8]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur