Epidemiologi Fatty Liver
Data epidemiologi fatty liver atau perlemakan hati menunjukkan bahwa prevalensi tinggi nonalcoholic fatty liver disease ada pada populasi pria berusia 40–65 tahun. Namun, angka kejadian juga meningkat pada populasi lain termasuk populasi anak-anak karena ada peningkatan angka obesitas secara global. Untuk alcoholic fatty liver disease, prevalensi tertinggi ada pada populasi peminum alkohol berat.[16]
Global
Di Amerika Serikat, steatosis dilaporkan terjadi pada 25–35% populasi umum. Fatty liver ditemukan pada hampir 90–100% peminum alkohol berat, tetapi hanya 10–20% mengalami alcoholic liver disease (ALD) yang bermakna secara klinis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) ditemukan pada >80% pasien obesitas. Namun, studi pada populasi di Asia melaporkan NAFLD dan nonalcoholic steatohepatitis (NASH) pada populasi dengan indeks massa tubuh yang lebih rendah.[1]
Menurut studi Dionysos, insiden fatty liver (derajat apa pun) yang dikonfirmasi dengan USG adalah 2 per 1.000 person-years. Namun, studi-studi lain juga pernah melaporkan insiden hingga 10 per 1.000 person-years.[16]
Indonesia
Data epidemiologi fatty liver di Indonesia belum adekuat. Studi epidemiologi nasional tentang insiden dan prevalensi fatty liver di Indonesia masih diperlukan.
Mortalitas
Kematian terkait alkohol yang tidak termasuk kecelakaan atau pembunuhan ditemukan pada 22.073 kasus kematian di Amerika Serikat pada tahun 2006. Dari jumlah tersebut, 13.000 dikaitkan dengan penyakit hati kronis.[13]
Penyebab kematian terkait alcoholic liver disease (ALD) adalah arteriosklerosis (20%), sirosis hepatis (17%), penyebab tidak diketahui (16%), dan kanker ekstrahepatik (14%). Sementara itu, pada nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD), penyebab kematian adalah arteriosklerosis (38%), penyebab tidak diketahui (19%), kanker ekstrahepatik (17%), dan infeksi (8%).[3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur