Penatalaksanaan Fatty Liver
Penatalaksanaan fatty liver atau perlemakan hati disesuaikan dengan tipenya, yaitu alcoholic fatty liver disease atau nonalcoholic fatty liver disease. Umumnya, alcoholic liver disease atau ALD ditangani dengan abstinensia alkohol, dukungan nutrisi, dan pemberian kortikosteroid. Sementara itu, terapi nonalcoholic fatty liver disease atau NAFLD lebih diarahkan ke penurunan berat badan dan manajemen komorbiditas.[4]
Alcoholic Liver Disease
Penatalaksanaan alcoholic liver disease (ALD) meliputi modifikasi gaya hidup, terapi nutrisi, terapi medikamentosa, hingga transplantasi hepar jika diperlukan.
Modifikasi Gaya Hidup
Abstinensia alkohol akan membatasi perkembangan steatosis dan mencegah cedera hepar lebih lanjut. Efikasi abstinensia akan meningkat jika dikombinasikan dengan modifikasi gaya hidup, seperti intervensi perilaku, berhenti rokok, pengawasan diet, dan pengendalian berat badan.[12,22,23]
Terapi Nutrisi
Hampir semua pasien ALD mengalami malnutrisi. Derajat malnutrisi ini berkorelasi dengan keparahan penyakit. Selain itu, komplikasi ALD seperti infeksi, ensefalopati, ascites, dan perdarahan variceal juga berhubungan erat dengan kekurangan kalori protein. Beberapa gangguan mikronutrien yang berhubungan dengan konsumsi alkohol kronis adalah vitamin A, thiamine, asam folat, vitamin D, vitamin E, zinc, magnesium, dan selenium.[9,13]
Pasien ALD direkomendasikan untuk mendapatkan asupan 1,2–1,5 gram protein/kgBB dan kalori 30–35 kkal/kgBB per hari, dengan peningkatan frekuensi makan termasuk makanan ringan pada malam hari. Pemberian suplementasi mikronutrien yang adekuat juga disarankan.[9,13]
Medikamentosa
Belum ada terapi medikamentosa yang disetujui FDA untuk pengobatan ALD. Beberapa obat telah digunakan secara “off-label” adalah kortikosteroid dan pentoxifylline. Obat kortikosteroid seperti prednisolone digunakan untuk menekan respons imun dan respons sitokin proinflamasi. Pentoxifylline digunakan sebagai alternatif jika pasien punya kontraindikasi terhadap kortikosteroid.[12,23]
Transplantasi Hepar
ALD merupakan indikasi paling sering untuk transplantasi hepar ortotopik di seluruh dunia. Transplantasi ini dipertimbangkan untuk pasien disfungsi hati dengan skor Child-Pugh ≥7 atau Skor model for end stage liver disease (MELD) ≥10, atau untuk pasien yang terlihat ada dekompensasi klinis berupa ascites, perdarahan variceal, atau ensefalopati hepatik.[9]
Nonalcoholic Fatty Liver Disease
Hingga saat ini, belum ada tata laksana farmakologi definitif yang disetujui untuk terapi nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD). Manajemen pasien NAFLD ditujukan untuk mengobati obesitas, dislipidemia, resistensi insulin, dan diabetes mellitus tipe 2 yang sering kali mendasari timbulnya NAFLD.[1]
Penurunan berat badan dan manajemen komorbiditas dilaporkan bisa memperlambat progresivitas NAFLD dan bahkan mampu membalikkan sebagian steatosis dan fibrosis yang telah terbentuk.Suatu studi melaporkan bahwa penurunan berat badan 7% melalui modifikasi gaya hidup (termasuk perbaikan diet, olahraga, dan modifikasi perilaku) bisa memperbaiki hasil biopsi hepar.[1]
Studi lain juga menemukan bahwa konsumsi atorvastatin 20 mg yang dikombinasikan dengan vitamin C dan vitamin E selama 4 tahun dapat mengurangi risiko terbentuknya steatosis pada 71% individu sehat dengan NAFLD.[1]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur