Diagnosis Fatty Liver
Baku emas diagnosis fatty liver atau perlemakan hati adalah biopsi hati. Akan tetapi, pemeriksaan ini bersifat invasif dan berbiaya cukup tinggi, sehingga USG dan tes biokimia hati di laboratorium lebih sering digunakan. Penegakkan diagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja mungkin sulit karena hasilnya tidak spesifik.[17]
Alcoholic fatty liver disease (ALD) umumnya didiagnosis pada peminum alkohol berat. Sementara itu, nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) sering didiagnosis secara tidak sengaja, misalnya saat pasien menjalani medical check-up.[17]
Anamnesis
Dalam evaluasi awal fatty liver, lakukan skrining untuk menilai ketergantungan atau penyalahgunaan alkohol (alcohol use disorder) menggunakan Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT) dan kuesioner. Kemudian, evaluasi berbagai faktor risiko lain, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, riwayat pengobatan, serta penggunaan obat over the counter (OTC) dan suplemen. Anamnesis juga perlu mengidentifikasi riwayat diet, aktivitas fisik, peningkatan berat badan, dan gejala.[18,19]
Sebagian besar alcoholic liver disease (ALD) bersifat asimtomatik. Hal serupa juga terjadi pada nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD), di mana keluhan hanya dialami oleh 15% pasien. Bila ada gejala, gejala umumnya bersifat tidak spesifik, misalnya rasa lelah, malaise, anoreksia, mual, abdominal discomfort, dan ikterus.[1,20]
Pemeriksaan Fisik
Alcoholic liver disease (ALD) tanpa abnormalitas fisik mungkin terjadi. Akan tetapi, hepatomegali cukup sering ditemui. Beberapa pasien ALD dapat menunjukkan tanda bahaya konsumsi alkohol, seperti hipertrofi kelenjar parotis bilateral, muscle wasting, dan tanda-tanda neuropati perifer simetris. Selain itu, bisa juga ditemukan ginekomastia dan spider angioma.[1,6]
Hepatomegali juga ditemukan pada pasien nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD). Identifikasi faktor risiko seperti pengukuran indeks massa tubuh dan tekanan darah perlu dilakukan. Dokter juga perlu memeriksa tanda penyakit hati stadium lanjut, seperti ikterus, spider angioma, palmar eritema, caput medusae, ginekomastia, Dupuytren contracture, ascites, dan petechiae.[8,20]
Diagnosis Banding
Fatty liver dapat didiagnosis banding dengan alcohol use disorder, hepatitis viral, dan hepatotoksisitas akibat obat.[1]
Alcohol Use Disorder
Pasien dengan alcoholic liver disease (ALD) dapat menunjukkan tanda konsumsi alkohol kronis seperti pada alcohol use disorder. Oleh karena itu, diagnosis ALD harus dicurigai pada semua pasien yang menunjukkan tanda dan gejala konsumsi alkohol kronis. Pada pasien dengan ALD, USG akan membantu mengonfirmasi adanya infiltrasi sel lemak pada hepar.[1]
Hepatitis Viral
Walaupun jarang, pasien dengan fatty liver dapat mengeluhkan ikterus yang perlu didiagnosis banding dengan infeksi virus hepatitis. Untuk membedakan apakah ikterus disebabkan oleh fatty liver atau infeksi virus hepatitis, lakukan pemeriksaan serologi terkait hepatitis, misalnya IgM anti-HAV untuk hepatitis A, HbsAg dan HBV DNA untuk hepatitis B, serta HCV RNA untuk hepatitis C.[26]
Hepatotoksisitas Akibat Obat
Obat adalah salah satu penyebab cedera hepar. Di Amerika Serikat, 50% gagal hepar akut disebabkan oleh obat tiap tahun. Beberapa obat yang bisa menyebabkan toksisitas hepar adalah propiltiourasil, interferon beta 1a, telithromycin, dan duloxetine.[26]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis fatty liver adalah pencitraan, pemeriksaan laboratorium, dan biopsi hepar. Biopsi hepar merupakan baku emas diagnosis fatty liver tetapi memiliki teknik invasif dan biaya yang mahal. Oleh sebab itu, pencitraan dengan USG dan tes biokimia hepar di laboratorium lebih sering dilakukan.[1,3]
Pencitraan
Konfirmasi adanya infiltrasi lemak pada hepar sangat penting dilakukan dan dapat dicapai dengan USG. Pemeriksaan USG dilaporkan memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 95% untuk kasus ini. USG juga dapat menilai tanda-tanda sirosis meskipun sensitivitasnya untuk sirosis hanya 43–47% dan spesifisitasnya untuk sirosis hanya 54–89%.[17]
Computed tomography (CT) scan dapat menilai lemak hati dan lemak viseral untuk mengukur derajat adipositas pasien dengan sindrom metabolik dan NAFLD. Namun, pada praktiknya, pemeriksaan ini jarang digunakan untuk diagnosis fatty liver karena biaya yang mahal, risiko radiasi, dan ketersediaan alat.[15]
Magnetic resonance imaging (MRI) baik digunakan untuk mengidentifikasi NAFLD. Teknik MRI yang lebih baru, seperti MR elastography dan proton density fat fraction, dapat menilai tahap-tahap fibrosis secara noninvasif untuk mendiagnosis dan menilai prognosis pasien NAFLD. Akan tetapi, teknik ini mahal dan hanya tersedia pada pusat kesehatan khusus.[15]
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk membedakan ALD dengan NAFLD. Penanda biokimia yang dapat digunakan adalah aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT), mean corpuscular volume, carbohydrate deficient transferrin (CDT), dan gamma glutamyl transferase (GGT).[13,18]
GGT bersifat lebih sensitif dan merupakan tes yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi alkoholisme kronis. Namun, CDT bersifat lebih spesifik dan telah disetujui oleh FDA untuk mendeteksi penggunaan alkohol berat. Penelitian terbaru menunjukkan sensitivitas 90% dan spesifisitas 98% jika CDT dikombinasikan dengan GGT.[13,18]
AST dan ALT dapat meningkat pada pasien alcoholic liver disease (ALD) dengan rasio AST:ALT >1,0. Namun, pemeriksaan ini bersifat tidak spesifik.[13,18]
Biopsi Hepar
Biopsi hepar merupakan baku emas untuk diagnosis fatty liver. Namun, sifatnya lebih invasif, risiko efek samping tindakannya lebih tinggi, dan biayanya relatif lebih mahal. Selain itu, keterbatasan tenaga ahli dan kurangnya kesediaan pasien juga membuat biopsi hepar lebih jarang dilakukan untuk mendiagnosis fatty liver.[21]
Biopsi hepar dapat dipertimbangkan pada pasien yang dicurigai sirosis atau diragukan diagnosisnya dengan diagnosis banding lain.[21]
ALD dan NAFLD memiliki spektrum patologis yang mirip, mulai dari steatosis yang sederhana hingga sirosis. Namun, pemeriksaan histopatologi NAFLD bisa menemukan degenerasi lemak sel-sel hati dengan derajat yang lebih besar daripada ALD. Infiltrasi sel inflamasi lebih jelas pada ALD daripada NAFLD. Fibrosis vena atau perivenular, phlebosclerosis, dan flebitis limfositik lebih umum pada ALD daripada NAFLD.[3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur