Prognosis Fatty Liver
Prognosis fatty liver atau perlemakan hati tergantung pada tingkat kerusakan hepar yang dialami pasien. Fatty liver sendiri mencakup berbagai kondisi patologi, mulai dari steatosis sederhana, sirosis hati, hingga karsinoma hepatoseluler.[3]
Komplikasi
Alcoholic liver disease (ALD) disebabkan oleh konsumsi alkohol kronis seperti pada pasien alcohol use disorder. Studi melaporkan bahwa 20–40% pecandu alkohol akan mengalami fibrosis hepar, sekitar 10–20% akan mengalami perkembangan menjadi sirosis, kemudian 1–2% dari sirosis tersebut akhirnya akan terdiagnosis karsinoma hepatoselular.[18]
Komplikasi lain yang dapat muncul akibat sirosis pada ALD adalah hipertensi portal, ascites, peritonitis bakterial spontan, perdarahan variceal, ensefalopati hepatik, dan sindrom hepatorenal.[18]
Pada nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD), komplikasi dapat berupa penyakit hepar stadium akhir, karsinoma hepatoselular, dan sirosis hepatis. Komplikasi juga dapat timbul karena kondisi yang mendasari timbulnya NAFLD. NAFLD dapat disebabkan oleh obesitas, dislipidemia, resistensi insulin, dan diabetes mellitus tipe 2.[8]
Prognosis
Steatosis dapat terjadi pada >90% peminum alkohol berat. Steatosis ini umumnya tidak bergejala dan bersifat reversibel dengan abstinensia. Namun, konsumsi sekitar 40–80 gram etanol per hari pada laki-laki atau 20–40 gram per hari pada wanita selama 10–12 tahun merupakan faktor prediktor ALD, termasuk steatohepatitis alkoholik, fibrosis, dan sirosis hepatis.[5,12]
Pasien dengan alcoholic liver disease (ALD) berisiko tinggi mengalami sirosis dan mortalitas terkait steatosis. Suatu studi retrospektif menunjukkan bahwa walaupun risiko karsinoma hepatoselular lebih rendah pada pasien ALD, prognosis pasien yang mengalami sirosis terkait ALD lebih buruk daripada prognosis pasien yang mengalami sirosis terkait hepatitis C atau nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD).[1]
Studi terkait perkembangan penyakit jangka panjang pada NAFLD menunjukkan bahwa 30% pasien NAFLD mengalami progresivitas pada biopsi hepar, 30% akan stabil, dan 30% lainnya mengalami perbaikan dalam 3 tahun tanpa intervensi farmakologi. Toleransi glukosa abnormal dilaporkan sebagai faktor risiko independen progresivitas penyakit.[1]
Studi selama 10 tahun di Minnesota menunjukkan bahwa pasien NAFLD memiliki mortalitas 10% lebih tinggi daripada pasien di grup kontrol. Keganasan dan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tersering.[1]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur