Diagnosis Hemoroid
Diagnosis hemoroid perlu dicurigai pada pasien yang mengalami gejala seperti perdarahan dari rektum saat atau setelah buang air besar, rasa gatal atau nyeri di sekitar anus, serta adanya tonjolan atau bantalan di sekitar anus yang mungkin terasa atau terlihat saat buang air besar. Pasien dengan riwayat konstipasi kronis, diare kronis, kehamilan, atau faktor risiko lain seperti obesitas atau gaya hidup yang tidak sehat juga perlu dipertimbangkan.
Untuk menegakan diagnosis, pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan rektal digital, di mana dokter memeriksa anus dan rektum menggunakan sarung tangan dan pelumas. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi adanya tonjolan, perdarahan, atau tanda-tanda lain dari hemoroid. Pemeriksaan kolonoskopi juga dapat dilakukan jika diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang mendasari gejala pasien.[1-3]
Anamnesis
Hemoroid bisa tidak bergejala atau asimtomatik dan ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan rutin. Jika ada gejala, maka yang paling sering ditemukan antara lain perdarahan saat buang air besar, darah menetes dari anus, adanya benjolan pada anus, dan pruritus ani.[2,6]
Gejala
Gejala hemoroid bisa mencakup rasa gatal, nyeri, atau terbakar di sekitar anus. Pasien juga bisa mengalami perdarahan saat buang air besar, ataupun prolaps atau penonjolan jaringan dari anus. Beberapa pasien mengeluhkan sensasi sesuatu yang mengganjal di anus.[1-3]
Perdarahan pada hemoroid biasanya tanpa rasa nyeri. Jika perdarahan tidak menetes, pasien bisa melaporkan adanya darah pada tisu setelah buang air besar. Hemoroid interna dapat menimbulkan gejala ketika prolaps, trombosis, perdarahan, atau menjadi ulserasi. Hemoroid eksterna dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada anus karena penonjolan massa. Trombosis hemoroid eksterna dapat menyebabkan nyeri akut.[2,11]
Riwayat Klinis
Riwayat penyakit yang penting ditanyakan meliputi kebiasaan buang air besar, frekuensi buang air besar, konsistensi tinja, apakah ada benjolan yang keluar setelah buang air besar dan apakah bisa dimasukkan kembali ke rektum. Gali juga riwayat sulit buang air besar dan kebiasaan mengejan, serta kebiasaan makan dan konsumsi serat.[2]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis hemoroid mencakup pemeriksaan visual, colok dubur, dan proktoskopi. Inspeksi daerah perianal dapat dilakukan pada posisi lateral kiri atau litotomi. Pada pemeriksaan inspeksi dapat dinilai apakah terdapat ruam kulit, hemoroid eksterna, skin tag, fisura, fistula, abses, neoplasma, ataupun prolaps.
Pemeriksaan colok dubur bersifat subjektif bergantung dengan kemampuan dan penilaian pemeriksa, namun masih menjadi pemeriksaan awal yang penting. Pemeriksaan yang dinilai termasuk permukaan mukosa, kekuatan tonus sfingter ani, jika teraba massa di rektum di deskripsikan dengan letak massa, fluktuasi, nyeri tekan, dan konsistensi.[2,6]
Inspeksi
Pada inspeksi, lakukan pemeriksaan area rektal dan anus untuk melihat adanya tanda-tanda hemoroid eksternal, seperti pembengkakan atau penonjolan di sekitar anus. Evaluasi juga tanda-tanda perdarahan atau luka pada jaringan.[1-3]
Pemeriksaan Colok Dubur
Pemeriksaan colok dubur dilakukan dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam rektum untuk meraba adanya hemoroid internal atau perdarahan yang mungkin terjadi. Evaluasi juga adanya penonjolan atau pembengkakan yang teraba di dalam rektum.[1-3]
Proktoskopi
Proktoskopi melibatkan penggunaan alat khusus yang disebut proktoskop untuk memvisualisasikan bagian dalam rektum dan anus. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat dengan lebih jelas adanya hemoroid internal atau sumber perdarahan lainnya.[1-3]
Tipe Hemoroid
Hemoroid tergolong menjadi hemoroid internal, hemoroid eksternal maupun campuran keduanya.
- Hemoroid interna: diselubungi epitel kolumnar, berada di atas linea dentata
- Hemoroid eksterna: diselubungi epitel skuamosa (anoderm), berada di bawah linea dentata
- Hemoroid campuran (mixed hemorrhoids): meliputi hemoroid internal, eksternal, dan ruang di antaranya[2,12]
Tabel 1. Derajat Hemoroid Interna
Derajat | Kriteria |
I | Hemoroid non-prolaps |
II | Prolaps hemoroid saat defekasi, dapat tereduksi spontan |
III | Prolaps hemoroid saat defekasi, reduksi manual |
IV | Prolaps hemoroid persisten, tidak dapat direduksi manual, inkarserata |
Sumber: dr. Reren, Alomedika, 2024.[4,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hemoroid yang harus disingkirkan terutama adalah keganasan seperti kanker rektum. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya seringkali pasien mengalami gejala perdarahan saat buang air besar. Gejala ini juga timbul pada kanker kolorektal, sehingga mengidentifikasi adanya red flags menjadi penting.[1,2]
Fissura Ani
Fissura ani adalah luka atau retakan pada dinding dalam rektum atau anus. Gejalanya mirip dengan hemoroid, termasuk nyeri saat buang air besar dan perdarahan. Namun, perbedaan utamanya adalah adanya luka terbuka pada dinding anus.[1,2]
Abses Perianal
Abses perianal adalah kumpulan pus yang terbentuk di jaringan di sekitar anus. Gejalanya bisa mirip dengan hemoroid, termasuk nyeri dan pembengkakan di daerah anus. Namun, pada abses perianal, terdapat rasa sakit yang lebih akut dan nyeri saat duduk, serta didapatkan pus perianal saat pemeriksaan fisik.[1,2]
Fistula Ani
Fistula ani adalah saluran abnormal yang terbentuk antara permukaan dalam anus atau rektum dan kulit di sekitarnya. Gejalanya termasuk nyeri, perdarahan, dan keluarnya cairan dari lubang tambahan di dekat anus. Ini dapat membedakan dari hemoroid yang umumnya tidak menyebabkan keluarnya cairan.[1,2]
Kanker Rektum
Meskipun kejadiannya lebih jarang, kanker rektum dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan hemoroid, seperti perdarahan rektum dan penonjolan dari anus. Namun, kanker rektum cenderung menyebabkan gejala yang lebih persisten dan memburuk dari waktu ke waktu.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan untuk penegakan diagnosis hemoroid. Pemeriksaan penunjang umumnya digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding, seperti keganasan saluran cerna.[2,6,14]
Sigmoidoskopi Fleksibel atau Kolonoskopi
Kolonoskopi dan sigmoidoskopi fleksibel dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding, seperti inflammatory bowel disease atau kanker saluran gastrointestinal bawah. Kolonoskopi terutama dilakukan pada pasien perdarahan rektum dengan tanda bahaya atau red flag seperti perdarahan masif, penurunan berat badan, perubahan pola buang air besar, dan anemia.[6]
Anoskopi
Anoskopi meerupakan pemeriksaan paling akurat dan paling mudah untuk memeriksa kanalis ani dan distal rektum untuk membedakan diagnosis hemoroid interna atau fisura ani. Pemeriksaan ini jarang digunakan semenjak pemakaian endoskopi lebih banyak dilakukan.[2,6]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan infeksi serta anemia yang mungkin disebabkan oleh perdarahan dari hemoroid, meskipun hal ini sangat jarang terjadi.[14]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah