Panduan e-Prescription Hemoroid
Panduan e-prescription untuk hemoroid ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Hemoroid merupakan suatu kondisi pembengkakan abnormal pada bantalan anus sebagai konsekuensi dari dilatasi pleksus hemoroidalis dan jaringan ikat di sekelilingnya. Kondisi ini diakibatkan oleh gangguan drainase vena. Secara umum, hemoroid dibedakan menjadi dua tipe yaitu hemoroid interna, yaitu hemoroid yang berada di atas linea dentata, dan hemoroid eksterna, yaitu hemoroid yang berada di bawah linea dentata.[1]
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hemoroid tergantung pada tipe dan derajatnya. Hemoroid interna bisa asimtomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan rutin. Jika bergehala, biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada anus dengan/tanpa disertai nyeri, gatal pada anus, hingga keluarnya darah merah segar saat buang air besar.[1-3]
Peringatan
Pendekatan non-farmakologi merupakan terapi utama untuk mengendalikan gejala hemoroid. Perubahan gaya hidup dengan diet tinggi serat, cukup konsumsi air, memperbaiki bowel habit, berolahraga, dan menjaga berat badan ideal umumnya dapat memperbaiki gejala dan mencegah perburukan hemoroid.
Efikasi terapi medikamentosa pada penanganan hemoroid masih menuai perdebatan karena basis bukti yang masih minim. Meski sering digunakan, sediaan bioflavonoid belum disetujui penggunaannya untuk indikasi penanganan hemoroid.
Kebanyakan kasus hemoroid tidak memerlukan intervensi bedah. Namun, jika terjadi thrombosis atau gumpalan darah, rujukan ke layanan kesehatan sekunder diperlukan. Tata laksana bedah dalam 2–3 hari pertama dapat bermanfaat dalam mempercepat pemulihan, mengurangi risiko kekambuhan, dan memperpanjang interval kekambuhan.
Hemoroid yang masih menyebabkan nyeri yang mengganggu aktivitas harian, seperti pekerjaan atau sekolah, setelah 7 hari pemberian terapi farmakologi, atau kasus hemoroid dengan perdarahan anus lebih dari 7 hari terutama yang disertai dengan penurunan berat badan tanpa sebab dan anemia, perlu dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut.[1-3,14]
Medikamentosa
Terapi lini pertama hemoroid meliputi perubahan gaya hidup dengan diet tinggi serat, suplementasi serat, perbanyak asupan air minum, mandi air hangat, dan stool softeners atau pelunak feses.
Terdapat beberapa terapi topikal yang dapat mengatasi gejala secara sementara, tetapi efikasi dan keamanan jangka panjangnya belum diketahui. Obat antihemoroid tersebut biasanya mengandung astringent, antiseptik, anestesi topikal, dan kortikosteroid. Obat-obat topikal tersebut umumnya tersedia dalam bentuk kombinasi dari dua atau lebih komposisi obat yang diformulasikan dalam sediaan krim, salep, atau suppositoria.
Berikut ini beberapa formulasi antihemoroid sudah dikombinasikan dalam sebuah sediaan topikal. Pilih salah satu dari obat berikut:
- Kombinasi bismuth subgallate 150 mg, hexachlorophene 2.5 mg, lidocaine 10 mg, zinc oxide 120 mg, tersedia dalam bentuk suppositoria, diberikan 1 kali sehari sebelum tidur, atau 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur, selama 7 hari
- Kombinasi benzocaine 1,0%, zinc oxide 2%, alukol 0,25%, tersedia dalam bentuk suppositoria, diberikan 1 kali sehari, selama 7 hari
- Kombinasi lithospermi radix extract 0,09 mg, dibucaine HCl 0,25 mg, diphenhydramine HCl 0,25 mg, cetrimide 1,25 mg, aethylis aminobenzoas 10 mg, tersedia dalam bentuk salep, diberikan 2–3 kali sehari, selama 7 hari
- Kombinasi policresulen 50 mg, cinchocaine HCl 10 mg, tersedia dalam bentuk salep dan suppositoria, diberikan 2–3 kali sehari, selama 7 hari[1-4,14]
Berdasarkan beberapa meta-analisis, suplemen phlebotonic bioflavonoid berupa micronized purified flavonoid fraction (MPFF) terbukti bermanfaat untuk meredakan gejala utama hemoroid. Namun, penggunaannya memerlukan kehati-hatian, sebab penggunaan untuk tujuan hemoroid belum disetujui FDA. Contoh bioflavonoid adalah:
- Diosmin + hesperidin 1.000 mg peroral, 1 kali sehari atau 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari[1-3]
Terapi Adjuvan
Pemberian obat laksatif dan suplementasi serat juga bermanfaat untuk mengatasi gejala konstipasi pada hemoroid. Terapi tersebut dapat digunakan sampai feses lunak dengan konsistensi menyerupai pasta gigi.
Pilih salah satu dari obat laksatif berikut ini:
Laktulosa 15–30 mL (10–20 gram) peroral, 1 kali sehari hingga minimal 7 hari, dikonsumsi hingga konsistensi feses lunak dan defekasi mudah dilakukan. Hentikan obat bila feses rekuren cair atau bila terjadi kram abdomen akibat flatulence
- Docusate 50–300 mg peroral, 1 kali sehari atau dibagi menjadi beberapa kali konsumsi selama setidaknya 7 hari
Jenis serat yang sering digunakan adalah:
Psyllium husk sachet, 4–5 sendok makan dilarutkan dalam 500 mL air, diberikan 1–2 kali sehari[1-3]
Selain itu, hydrocortisone dapat diberikan untuk mengatasi nyeri, gatal, dan bengkak. Berikut dosis pemberiannya:
Hydrocortisone topikal 0,1–2,5%, tersedia dalam bentuk sediaan krim, salep, atau losion, dioleskan tipis-tipis sebanyak 1–2 kali sehari, selama 7 hari, pada area anus yang mengalami pembengkakan atau gatal. Maksimal pemberian 14 hari untuk menghindari efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang[1-3,14]
Anak
Terapi medikamentosa hemoroid pada anak di bawah usia 18 tahun tidak dianjurkan.
Pemberian pada Ibu Hamil
Penggunaan bismuth subgallate, policresulen, dan hydrocortisone topikal pada wanita hamil termasuk dalam kategori C, sehingga sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil. Lidocaine termasuk dalam kategori B sehingga tergolong aman jika dikonsumsi oleh ibu hamil.
Untuk mengatasi konstipasi akibat hemoroid pada ibu hamil, laktulosa termasuk aman dan termasuk dalam kategori B oleh FDA.[15]
Penulisan pertama oleh: dr. Isna Arifah Rahmawati