Diagnosis Edema Paru Akut
Diagnosis edema paru akut perlu dicurigai pada pasien yang menunjukkan dyspnea berat dan ronki pada auskultasi paru. Pada rontgen toraks akan ditemukan adanya edema interstisial paru. Pemeriksaan EKG, penanda jantung, dan pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan sesuai indikasi untuk mengidentifikasi etiologi.[5]
Edema paru nonkardiogenik dan kardiogenik mungkin sulit dibedakan berdasarkan gejalanya. Meski demikian, membedakan keduanya merupakan langkah diagnosis yang penting karena pengobatan akan berbeda tergantung pada mekanisme patofisiologi yang mendasari.
Awitan gangguan pernapasan merupakan perbedaan yang sering terlihat antara edema paru kardiogenik dan nonkardiogenik. Sebagai contoh, edema paru yang terjadi pada keadaan sindrom koroner akut hampir selalu bersifat kardiogenik. Sementara itu, edema paru akut yang terjadi pada keadaan sepsis hampir pasti merupakan etiologi nonkardiak. Edema paru yang terjadi pada pasien yang mendapat transfusi multipel mungkin disebabkan oleh kombinasi edema paru kardiogenik (misalnya, karena volume) dan cedera paru akut.
Jika etiologi tidak jelas dari pemeriksaan fisik atau echocardiography, dapat dilakukan pengukuran tekanan baji kapiler paru. Tekanan baji kurang dari 18 mmHg dapat mengesampingkan etiologi kardiogenik.[13,35,36]
Anamnesis
Gejala yang sering dilaporkan pasien adalah sesak napas dan batuk. Sesak napas pada edema paru akut memberat bila pasien berbaring atau beraktivitas. Pasien lebih suka posisi berbaring dengan bantal tinggi (ortopnea).
Pada edema paru akut kardiogenik, batuk sering berupa batuk kering atau berdahak dengan sputum berbuih berwarna merah muda. Pasien juga dapat melaporkan adanya gejala nyeri dada atau berdebar-debar yang mendahului sesak napas.
Pada edema paru akut nonkardiogenik yang disebabkan proses infeksi, dapat ditemukan gejala demam atau batuk berdahak mukopurulen yang bersifat akut atau kronik.
Adanya gejala tambahan berupa nyeri dada perlu dicurigai sebagai edema paru akut yang dipicu infark miokard. Gejala cepat lelah, lemah, atau pusing dapat mengindikasikan terjadi hipoksemia pada pasien yang berpengaruh pada sistem saraf pusatnya.
Adanya riwayat trauma sebelum timbul gejala utama sesak atau batuk mengindikasikan edema paru akut nonkardiogenik yang disebabkan cedera. Riwayat melakukan pendakian gunung, penyelaman, kehamilan, berenang, memiliki penyakit kronik, dan kecurigaan penggunaan narkotika harus dievaluasi untuk melengkapi informasi tentang penyebab edema paru akut.[3,7,8,11,12]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pasien bisa tampak mengalami konfusi, agitasi, atau gelisah; disertai dengan berkeringat banyak, dan akral dingin. Pasien umumnya merasa harus selalu duduk tegak agar tidak sesak napas. Dapat pula ditemukan adanya sianosis pada jari atau bibir.
Tanda Vital
Pada pemeriksaan tanda vital, dapat ditemukan kenaikan laju napas dan frekuensi nadi. Tekanan darah dapat normal, meningkat, atau justru menurun. Hipotensi yang terjadi dapat menandakan adanya syok kardiogenik akibat disfungsi sistolik ventrikel yang harus ditangani dengan cepat karena dapat menyebabkan kematian dengan segera.
Suhu tubuh dapat normal atau meningkat. Adanya demam dapat mengindikasikan proses infeksi yang memicu terjadinya edema paru akut nonkardiogenik. Pemeriksaan saturasi oksigen dapat menunjukkan angka <95% atau normal.
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan pada bagian leher dapat memperlihatkan kenaikan tekanan vena jugular bila edema paru akut dipicu oleh kegagalan fungsi ventrikel kiri.
Pemeriksaan Jantung
Pada pemeriksaan auskultasi jantung dapat ditemukan S3 gallop atau kelainan fungsi katup yang memicu terjadinya edema paru akut. Pada perkusi jantung dapat ditemukan melebarnya batas jantung yang menandakan kardiomegali.
Pemeriksaan Paru
Pada inspeksi toraks dapat terlihat retraksi otot pernapasan sebagai kompensasi meningkatkan usaha pernapasan akibat sesak napas. Pada auskultasi paru, dapat ditemukan suara ronkhi kering atau basah yang letaknya terutama pada basal paru.
Pemeriksaan Gastrointestinal
Pada pemeriksaan gastrointestinal dapat ditemukan hepatomegali atau asites yang menjadi penanda disfungsi ventrikel kanan atau adanya penyakit hati kronik yang sama-sama dapat memicu terjadinya edema paru akut.
Pemeriksaan Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas dapat ditemukan warna pucat hingga kebiruan, peningkatan capillary refill time, atau akral dingin yang menandakan terjadinya hipoksemia berat atau syok kardiogenik. Selain itu, dapat juga ditemukan edema perifer yang menandakan terjadi edema ekstraparu yang dapat disebabkan proses kardiogenik atau nonkardiogenik akibat adanya penurunan tekanan onkotik plasma darah.[3,7,8,11-13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding edema paru akut adalah penyakit yang sama-sama memiliki keluhan utama sesak napas yang terjadi secara akut dan dapat disertai atau didahului oleh batuk Contoh dari kondisi tersebut adalah asthma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Asthma
Pada asthma, episode sesak napas dipicu oleh inhalasi iritan, paparan alergen, perubahan suhu lingkungan atau cuaca, dan infeksi saluran napas. Pada pemeriksaan inspeksi tampak gambaran khas fase ekspirasi yang diperpanjang disertai suara mengi yang khas pada saat dilakukan pemeriksaan auskultasi.
Pemeriksaan spirometri pada saat episode eksaserbasi akut menunjukkan penurunan pada forced expiratory volume at one second (FEV1) dan peak expiratory flow (PEF) yang biasanya sementara. Saat kondisi stabil, didapatkan hasil spirometri yang normal.
Rontgen toraks pada saat eksaserbasi akut dapat menampilkan gambaran normal atau abnormal. Beberapa potensi temuan pada rontgen toraks adalah penebalan bronkus, hiperinflasi paru, atelektasis fokal, dan udara yang terjebak pada area mediastinum yang disebut sebagai pneumomediastinum.[14,15]
Penyakit Paru Obstuktif Kronik Eksaserbasi Akut
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ditandai dengan adanya bronkitis kronik, emfisema, atau keduanya. PPOK eksaserbasi akut sering dipicu oleh adanya infeksi akut saluran napas atau inhalasi iritan. Pasien biasanya mengalami batuk berdahak kronik dan biasanya terjadi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas. Pasien hampir pasti memiliki riwayat merokok aktif atau pasif sebelumnya. Pada eksaserbasi akut, gambaran klinis tersebut ditambah dengan adanya demam atau peningkatan produksi sputum saat batuk. serta perburukan gejala sesak napas.
Pemeriksaan inspeksi dapat menampilkan gambaran sianosis perifer atau sentral, clubbing finger, edema perifer, atau muscle wasting. Pemeriksaan auskultasi dapat memberikan suara ronkhi kasar atau mengi, yangdapat disertai dengan suara jantung yang menjauh. Pemeriksaan perkusi dapat memberikan gambaran suara hipersonor. Pemeriksaan spirometri dapat memberikan hasil rasio FEV1/FVC < 0,7.
Pemeriksaan rontgen toraks dapat menampilkan gambaran khas berupa penebalan bronkus, hiperinflasi, diafragma datar (flattening of diaphragm), dan peningkatan diameter anterior-posterior dinding thoraks. Pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan peningkatan alpha-1 antitrypsin.[14-16]
Pneumothorax
Pasien dengan pneumothorax juga memiliki gejala utama berupa sesak napas yang terjadi mendadak. Pemeriksaan inspeksi toraks memberikan gambaran ekspansi dada yang tak simetris antara bagian paru kanan dan kiri. Pemeriksaan fremitus taktil teraba melemah, sementara pemeriksaan perkusi memberikan gambaran hipersonor. Pemeriksaan auskultasi tidak didapatkan suara paru atau terkesan menurun intensitasnya karena tertutupi udara yang terperangkap pada pleura. Pada pemeriksaan rontgen toraks, didapatkan gambaran hiperlusen avaskuler.[14,17,18]
Emboli Paru
Pasien yang mengalami emboli paru akut dapat memberikan keluhan sesak napas akut seperti pada edema paru akut. Pada emboli paru, umumnya kejadian sesak didahului dengan riwayat stasis pada vena atau deep vein thrombosis pada ekstremitas bawah. Keluhan sesak napas juga dapat disertai dengan nyeri dada. Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat menegakkan diagnosis adalah spiral CT, faktor kogulasi darah, dan D-Dimer.[14,19]
Efusi Pleura
Efusi pleura memiliki mekanisme penyakit yang hampir sama dengan edema paru akut, yakni berupa ketidakseimbangan produksi dan resorbsi cairan interstisial. Yang membedakan adalah lokasi edema paru akut di bagian alveolus paru, sedangkan pada efusi pleura terjadi di kavum pleura paru. Pada pemeriksaan auskultasi, tidak didapatkan suara paru atau terkesan menurun intensitasnya karena tertutupi cairan yang terperangkap pada pleura. Pada rontgen toraks didapatkan gambaran penumpulan sudut kostofrenikus dan air fluid level.[14,20,21]
Keracunan Karbon Monoksida
Pada kasus keracunan karbon monoksida, keluhan sesak napas mirip dengan edema paru akut dan sering disertai dengan pusing, nyeri kepala, atau mual. Keluarga atau orang terdekat pasien mungkin dapat memberikan keterangan mengenai riwayat aktivitas pasien yang berkaitan dengan peningkatan risiko mengalami keracunan karbon monoksida atau adanya perubahan status mental atau kognitif yang sering terjadi pada korban keracunan karbon monoksida. Pemeriksaan kadar HbCO dari darah arteri maupun vena dapat terkonfirmasi meningkat.[14,22]
Asidosis
Asidosis dapat menjadi salah satu alternatif diagnosis banding pada edema paru akut karena pada asidosis terdapat usaha kompensasi dari pasien untuk bernapas lebih cepat sehingga seolah pasien merasa sesak napas. Asidosis dapat bersumber dari respirasi atau metabolik. Pada pemeriksaan paru dapat ditemukan hasil yang normal tanpa disertai suara tambahan patologis para paru. Pemeriksaan laboratorium gas darah dapat mengkonfirmasi kecurigaan asidosis.[14,23]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang inisial yang bermanfaat untuk kasus edema paru akut adalah rontgen toraks. Selanjutnya, pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mengidentifikasi etiologi.
Rontgen Toraks
Pemeriksaan penunjang edema paru akut yang paling sederhana namun penting dilakukan adalah rontgen toraks. Posisi ideal adalah posteroanterior dan lateral. Namun demikian, bila kondisi pasien tidak memungkinkan, posisi anteroposterior masih dapat dipertimbangkan.
Pada rontgen toraks edema paru akut yang disebabkan proses kardiogenik dapat ditemukan garis Kerley B septal, peribronchial cuffing, bat-wing appearance, dan kardiomegali. Sementara itu, pada edema paru akut yang disebabkan proses nonkardiogenik, dapat ditemukan gambaran pneumonia berupa infiltrat pada parenkim paru, gambaran ground glass appearance, dan konsolidasi yang ditandai oleh air bronchogram.[3,4,6]
Edema paru akut pada umumnya terjadi bersamaan di kedua paru. Namun, pada situasi tertentu, seperti adanya faktor posisi pasien selama menjalani prosedur tertentu, edema paru akut dapat terjadi asimetris unilateral.[3,4]
CT Scan Toraks
Pada CT Scan toraks dapat ditemukan gambaran penebalan bronkovaskuler dan opasitas ground glass pada kedua paru.[4]
USG
Pemeriksaan ini tidak mengandung unsur paparan radiasi yang dapat merugikan pasien. USG Paru dapat dilakukan di IGD dan kamar operasi untuk mendeteksi lokasi akumulasi cairan. Adanya gambaran berupa garis pleura Kerley lebih dari 3 buah merupakan tanda khas terjadinya edema paru (lung rockets). Garis Kerley pada USG tampak sebagai struktur hiperekoik.[3,4]
Echocardiography dapat dilakukan untuk memastikan adanya disfungsi ventrikel atau katup yang menyebabkan gangguan sirkulasi paru.[3]
EKG
Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mengeksklusi adanya proses kardiogenik seperti infark miokard, disritmia, atau blok jantung yang dapat memicu terjadinya edema paru akut.[3,7,8]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis edema paru akut antara lain BNP, albumin, troponin, dan enzim pankreas.
Peningkatan kadar BNP terjadi karena adanya peregangan pada miosit ventrikel karena terjadi peningkatan volume darah atau tekanan intrakardiak. Kadar BNP >500 pg/ml menandakan probabilitas yang tinggi akan terjadinya gagal jantung sebagai salah satu penyebab edema paru akut.
Kadar albumin yang rendah (≤ 3,4 g/dl) merupakan penanda adanya gangguan pada tekanan onkotik yang dapat memfasilitasi terjadinya edema paru akut dan dapat terjadi pada penyakit hepar kronik, gangguan fungsi ginjal, malnutrisi, atau kondisi lain yang dapat menyebabkan protein-loss.
Peningkatan enzim pankreas lipase dan amilase dalam darah dapat menandakan adanya pankreatitis yang memicu terjadinya edema paru akut.
Sementara itu, pemeriksaan laboratorium yang dapat mengeksklusi adanya penyebab nonkardiogenik seperti proses infeksi atau inflamasi yang memicu edema paru akut juga harus dilakukan. Misalnya dengan melakukan pemeriksaan hitung darah lengkap dan elektrolit.[3,6,7,11,13]
Penulisan pertama oleh: dr.Gold SP Tampubolon