Epidemiologi Krisis Hipertensi
Menurut data epidemiologi, krisis hipertensi dapat ditemukan pada 1–2% dari populasi yang mengalami hipertensi. Di wilayah Asia Tenggara, sebanyak 36% populasi dewasa mengalami hipertensi.[14]
Global
Sekitar ⅔ dari kasus hipertensi global berada di negara dengan pendapatan menengah dan rendah. Krisis hipertensi juga dilaporkan lebih sering terjadi pada kelompok dengan status ekonomi yang rendah. Hal ini mungkin berkaitan dengan kurangnya akses terapi hipertensi yang adekuat untuk kelompok ini.[10]
Suatu studi melaporkan bahwa dari semua kasus krisis hipertensi dalam instalasi gawat darurat, frekuensi hipertensi urgensi adalah 76%, sedangkan frekuensi hipertensi emergensi adalah 24%. Studi ini juga menemukan bahwa sebagian besar pasien yang mengalami krisis hipertensi memiliki gangguan pada ginjalnya.[14]
Studi lain melaporkan bahwa prevalensi hipertensi emergensi mencapai 0,5% dari total seluruh kunjungan ke instalasi gawat darurat, dan 35,9% dari total seluruh kunjungan ke instalasi gawat darurat akibat krisis hipertensi.[11]
Kasus krisis hipertensi ditemukan lebih sering pada populasi usia lanjut. Selain itu, prevalensi krisis hipertensi tampak 2 kali lipat lebih tinggi pada pria daripada wanita.[14]
Indonesia
Saat ini belum ada data epidemiologi krisis hipertensi yang adekuat di Indonesia. Data epidemiologi yang tersedia dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 adalah data epidemiologi hipertensi. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 34,1%.[12]
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan prevalensi hipertensi pada Riskesdas tahun 2013, yaitu 25,8%. Menurut riset, hanya ⅓ kasus hipertensi di Indonesia sudah didiagnosis. Hal ini mengisyaratkan kemungkinan tingginya kasus krisis hipertensi yang juga tidak terdiagnosis.[12]
Mortalitas
Mortalitas pada pasien krisis hipertensi di rumah sakit adalah 7,9%, di mana analisis subgrup secara lebih detail menunjukkan bahwa mortalitas lebih tinggi pada kelompok hipertensi emergensi daripada hipertensi urgensi (12,5% vs 1,8%).[15]
Dalam rentang waktu 12 bulan sejak kejadian krisis hipertensi, 29,4% pasien dilaporkan meninggal. Analisis subgrup secara lebih detail menunjukkan bahwa mortalitas dalam 12 bulan juga lebih tinggi pada kelompok hipertensi emergensi daripada hipertensi urgensi, yakni 38,9% vs 8,9%. Mortalitas jangka pendek terutama disebabkan oleh emergensi neurovaskular, sedangkan mortalitas jangka panjang terutama disebabkan oleh emergensi kardiovaskular.[15]
Penulisan pertama oleh: dr. Wendy Damar Aprilano