Penatalaksanaan Krisis Hipertensi
Penatalaksanaan krisis hipertensi berbeda antara hipertensi emergensi atau urgensi. Pada kasus hipertensi emergensi, penatalaksanaan meliputi pemberian antihipertensi intravena dan monitoring hemodinamik kontinu dalam unit perawatan intensif. Hal ini berbeda dengan hipertensi urgensi yang tata laksananya bisa secara rawat jalan, yakni dengan pemberian antihipertensi oral dan perencanaan jadwal follow-up.[1–3]
Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi memerlukan perawatan di rumah sakit, yang meliputi titrasi obat antihipertensi intravena dengan monitoring hemodinamik secara kontinu. Hal ini perlu dilakukan di unit perawatan intensif (HCU hingga ICU).[1–3]
Dalam tata laksana hipertensi emergensi, tentukan terlebih dahulu organ mana yang terdampak untuk menentukan apakah: (1) perlu penanganan spesifik selain penurunan tekanan darah; dan (2) apakah ada faktor presipitasi kenaikan tekanan darah secara akut yang mungkin memengaruhi rencana tata laksana (misalnya kehamilan).[1–3]
Setelah itu, putuskan rencana jangka waktu dan besarnya penurunan tekanan darah serta jenis obat yang sesuai indikasi. Idealnya tata laksana secara intravena dengan obat yang memiliki waktu paruh pendek dianjurkan untuk memungkinkan titrasi secara hati-hati sesuai respons tekanan darah. Obat diinisiasi dengan dosis rendah dan bisa dititrasi naik secara hati-hati.[1–3]
Tabel 1. Waktu dan Target Mean Arterial Pressure (MAP) Sesuai Presentasi Klinis
Presentasi Klinis | Waktu dan Target Tekanan Darah | Terapi Lini Pertama | Alternatif |
Hipertensi maligna dengan atau tanpa gagal ginjal akut | Dalam beberapa jam, turunkan MAP sebanyak 20–25% | Nitroprusside, Urapidil | |
Ensefalopati hipertensi | Segera turunkan MAP sebanyak 20–25% | Labetalol, Nicardipine | Nitroprusside |
Kejadian koroner akut | Segera turunkan tekanan darah sistolik menuju <140 mmHg | Labetalol | Urapidil |
Edema paru kardiogenik akut | Segera turunkan tekanan darah sistolik menuju <140 mmHg | Nitroprusside atau nitrogliserin (dengan loop diuretic) | Urapidil (dengan loop diuretic) |
Diseksi aorta akut | Segera turunkan tekanan darah sistolik menuju <120 mmHg dan denyut nadi <60 kali/menit | Esmolol DAN nitroprusside atau nitrogliserin atau nicardipine | Labetalol atau metoprolol |
Eklamsia dan preeklamsia berat | Segera turunkan tekanan darah sistolik menuju <160 mmHg dan diastolik menuju <105 mmHg | Labetalol atau nicardipine dan magnesium sulfat | Pertimbangkan persalinan (terminasi kehamilan) |
Sumber: ESH Guideline for Arterial Hypertension. 2023.
Terapi oral dengan obat golongan angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEi) atau angiotensin receptor blocker (ARB) atau beta blocker kadang efektif pada hipertensi maligna karena RAS (renin angiotensin system) mungkin teraktivasi dengan iskemia ginjal pada kondisi ini. Berikan terapi dengan dosis awal yang rendah dan dengan titrasi naik secara hati-hati.[1–3]
Tabel 2. Dosis dan Kontraindikasi Antihipertensi pada Hipertensi Emergensi
Obat | Dosis | Kontraindikasi |
Esmolol | 0,5–1 mg/kg IV bolus; 50–300 μg infus IV | Blok AV derajat 2 atau 3, gagal jantung sistolik, asma, bradikardia |
Metoprolol | 2,5–5 mg bolus IV dalam 2 menit; boleh diulang setiap 5 menit hingga dosis maksimal 15 mg | Blok AV derajat 2 atau 3, gagal jantung sistolik, asma, bradikardia |
Labetalol | 10–20 mg bolus IV dalam 1 menit; dosis tambahan ≥20 mg boleh diberikan IV dengan interval 10 menit (maksimal 80 mg) atau 1–3 mg/menit IV infus sampai tekanan darah target tercapai | Blok AV derajat 2 atau 3, gagal jantung sistolik, asma, bradikardia |
Fenoldopam | 0,1–0,3 μg/kgBB/menit infus IV, tingkatkan setiap 15 menit dengan tambahan 0,1 μg/kgBB/menit sampai tekanan darah target tercapai | Hati-hati pada penderita glaukoma |
Clevidipine | 1–2mg/jam infus IV, tingkatkan setiap 2 menit dengan 2 mg/jam sampai tekanan darah target, kemudian titrasi dengan tambahan yang lebih kecil setiap 5–10 menit | |
Nicardipine | 5–15 mg/jam infus IV, tingkatkan dosis 2,5 mg tiap 15–30 menit sampai tekanan darah target tercapai, maksimal 15 mg/jam | Gagal hati
|
Nitrogliserin | 5–200 μg/menit infus IV, 5 μg/menit meningkat setiap 5 menit | |
Nitroprusside | 0,3–0,5 μg/kgBB/menit infus IV, tingkatkan 0,5 μg/kgBB/menit setiap 5 menit sampai tekanan darah target tercapai (maksimal 10 μg/kg/menit) | Gagal hati atau gagal ginjal (relatif) |
Enalaprilat | 0,62–1,25 mg IV bolus diberikan dalam 5 menit setiap 6 jam | Riwayat angioedema |
Urapidil | 12,5–25 mg IV bolus; 5–40 mg/jam sebagai infus kontinu | |
Clonidine | 0,2–0,5 μg/kg/menit IV | |
Phentolamine | 1–5 mg IV bolus atau infus IV kontinu pada kecepatan 0,5–20 μg/kg/menit |
Sumber: ESH Guideline for Arterial Hypertension. 2023.
Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi
Pasien dengan hipertensi urgensi biasanya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Namun, pasien perlu pengendalian tekanan darah dengan antihipertensi oral, dengan target penurunan tekanan darah perlahan dalam 24–48 jam. Pemberian antihipertensi oral bisa berupa intensifikasi terapi sebelumnya atau inisiasi terapi baru.[1–3]
Calcium channel blocker yang non-dihydropyridine disarankan sebagai pilihan pertama pada penderita yang belum pernah diobati sebelumnya, misalnya verapamil. Pemberian nifedipine kerja cepat via jalur sublingual sebaiknya dihindari karena derajat penurunan tekanan darahnya tidak dapat diantisipasi dan sering terlalu cepat atau terlalu besar daripada yang diharapkan.[1–3]
Pengawasan klinis dalam unit observasi jangka pendek bisa dilakukan sebelum pasien dipulangkan. Setelah itu, pasien dipulangkan dan dijadwalkan untuk follow-up 1 minggu kemudian. Apabila tekanan darah sudah lebih stabil, jadwal follow-up dapat disesuaikan menjadi sekali setiap bulan.[1–3]
Penulisan pertama oleh: dr. Wendy Damar Aprilano