Etiologi Gigitan Ular
Di Indonesia, etiologi gigitan ular atau snake bite yang paling sering adalah gigitan dari ular famili Elapidae dan Viperidae. Beberapa jenis ular berbisa yang ada di Indonesia dapat dibagi berdasarkan wilayah, yaitu wilayah Indonesia Barat dan Tengah serta wilayah Maluku dan Papua.[3]
Jenis Ular di Indonesia
Ular berbisa yang ada di Indonesia terdiri dari famili taksonomi Elapidae dan Viperidae.
Elapidae
Elapidae mempunyai ukuran yang panjang, tipis, dan biasanya memiliki satu warna dan ukuran kepala yang lebih besar, seperti kobra. Elapidae yang banyak di Indonesia antara lain kobra (Naja), krait/ular belang (Bungarus), death adder dan ular coklat-hitam Papua (Acanthophis, Oxyuranus, Pseudonaja), serta ular laut.[3]
Viperidae
Viperidae atau viper dibagi menjadi typical viper dan pit-viper. Viper memiliki ukuran pendek, badan tebal, ekor pendek, dengan garis pola tertentu di kepala dan badan. Viper yang ada di Indonesia antara lain Malayan pit-viper (Calloselasma), Russell’s viper (Daboia), dan green pit-viper (Trimeresurus).[3]
Penyebaran Ular Berdasarkan Wilayah
Penyebaran ular di Indonesia bisa dibagi menjadi ular di wilayah Indonesia Barat dan Tengah serta wilayah Maluku dan Papua. Spesies ular yang berbisa dan penting diketahui secara medis, yang ada di >18.000 pulau di Indonesia, antara lain B. Candidus, N. Sputatrix, N. Sumatrana, C. Rhodostoma, T. albolabris, D. Siamensis dan di papua barat dan maluku, Acanthophis laevis.[3]
Oleh karena itu, sediaan anti bisa ular di Indonesia juga tersedia dalam dua kandungan, yaitu kandungan untuk bisa ular wilayah barat dan tengah serta untuk bisa ular wilayah timur.
Wilayah Indonesia Barat dan Tengah
Di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, jenis ular sama dengan penyebaran ular di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Wilayah Maluku dan Papua
Ular yang berada di Maluku dan Papua Barat mengikuti jenis ular yang berada di Australia.
Faktor Risiko
Pekerjaan yang berisiko tinggi terkena gigitan ular antara lain petani, pekerja perkebunan (karet, kopi, kakao, kelapa sawit), penggembala ternak, pemburu, nelayan, dan peternak ikan.
Selain itu, orang yang berprofesi sebagai pemegang ular (penjinak ular, pekerja restoran ular, pengobatan tradisional Cina) serta penangkap ular laut juga berisiko mengalami kondisi gigitan ular.[3,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini