Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Gigitan Ular general_alomedika 2023-04-12T15:18:03+07:00 2023-04-12T15:18:03+07:00
Gigitan Ular
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Gigitan Ular

Oleh :
Debtia Rahmah
Share To Social Media:

Patofisiologi gigitan ular atau snake bite adalah melalui pengaruh toksin terhadap reseptor di sistem saraf, ginjal, jantung, proses pembekuan darah, endotel vaskular, dan efek lokalis gigitan ular.[1,3]

Komposisi Bisa Ular

Lebih dari 90% bisa ular adalah protein. Setiap bisa ular mengandung ratusan protein berbeda, seperti enzim (80‒90% pada jenis ular viperid dan 25‒70% pada racun elapid), racun non-enzimatik polipeptida, dan protein non-toksin seperti growth factor neuron.

Bisa ular juga bisa mengandung bahan nonprotein, termasuk karbohidrat dan logam (sering bagian dari enzim glikoprotein metaloprotein), lipid, asam amino bebas, nukleosida, dan amin biogenik seperti serotonin dan asetilkolin.

Zinc metalloproteinase atau metalloprotease hemorrhagin (metalloprotease bisa ular) mendegradasi komponen membran basal, mengakibatkan kerusakan sel dan perdarahan sistemik spontan. Fosfolipase A2 (lecithinase) merusak mitokondria, eritrosit, leukosit, trombosit, ujung saraf bebas, otot skeletal, endotel vaskular, dan membran lainnya.

Mekanisme ini mengakibatkan aktivitas neurotoksik presinaptik, kardiotoksik, miotoksik, nekrosis, hipotensi, hemolisis, hemoragik, kebocoran plasma (edema), efek sedatif mirip opiat, dan pelepasan histamin dan autosida lainnya.

Asetilkolinesterase yang ditemukan pada bisa ular elapid, dapat menyebabkan fasikulasi. Hialuronidase selain mendorong penyebaran bisa ular pada jaringan karena meningkatkan permeabilitas, juga berkontribusi pada kerusakan jaringan. Neurotoksin mengikat reseptor asetilkolin pada motor endplate dan merusak ujung saraf bebas yang melepaskan asetilkolin, sehingga mengganggu transmisi saraf.[3]

Gigitan Kering

Gigitan kering adalah keadaan dimana seekor ular berbisa menyerang manusia dan menggigit, tetapi tidak mengeluarkan bisanya. Istilah ini disebut sebagai venomous snake bite without envenoming.

Jumlah bisa yang diinjeksikan pada gigitan sangat bergantung pada spesies dan ukuran ular, mekanisme gigitan, jumlah taring yang masuk satu atau keduanya, dan sekali gigitan atau berulang kali. Jumlah rata-rata bisa pada gigitan kering sekitar 60 mg pada N. naja, 13 mg pada E. carinatus, dan 63 mg pada D. russelii.

Walaupun ular yang lebih besar cenderung memasukkan bisa ular lebih banyak, tetapi ular yang lebih kecil atau muda cenderung mengandung bisa yang lebih berbahaya dan dapat mempengaruhi hemostasis. Hal ini karena variasi komponen bisa ular tergantung pada  usia dan ukuran ular. Gigitan ular kecil sebaiknya tetap ditangani dengan serius seperti gigitan oleh ular besar.[3]

Efek Lokalis Bisa Ular

Bisa ular akan menyebabkan bengkak dan memar karena peningkatan permeabilitas vaskular akibat endopeptidase, metalloproteinase hemorrhagin, toksin polipeptida, fosfolipase, dan pelepasan autacoid endogen, seperti histamin, serotonin, dan sitokin.

Nekrosis jaringan lokal disebabkan oleh miotoksin dan sitotoksin, serta iskemia akibat trombosis. Nekrosis juga dapat terjadi akibat kompresi pembuluh darah dengan metode pemakaian torniquet yang terlalu ketat, atau karena pembengkakan otot pada kompartemen fasia.[3]

Hipotensi dan Syok

Kebocoran plasma atau darah pada tungkai yang digigit, atau perdarahan masif gastrointestinal dapat menyebabkan hipovolemia. Vasodilatasi dan efek langsung ke miokardium dapat menyebabkan hipotensi. Pada beberapa kasus, efek langsung pada miokardium dapat terdeteksi di perubahan elektrokardiografi (EKG).[3]

Perdarahan Dan Gangguan Pembekuan Darah

Enzim prokoagulan menstimulasi pembekuan darah dengan membentuk fibrin di aliran darah. Namun, proses ini juga mengakibatkan gangguan koagulasi karena bekuan fibrin akan segera didegradasi oleh sistem plasmin fibrinolitik tubuh. Dalam 30 menit setelah gigitan, faktor pembekuan akan sangat kurang  (consumption coagulopathy) sehingga darah akan sangat sulit membeku.[3]

Aktivasi Komplemen

Beberapa racun elapid dan colubridae mengaktifkan jalur komplemen alternatif. Sementara, racun viperid mengaktifkan jalur komplemen klasik yang berefek pada platelet, sistem pembekuan darah, dan mediator plasma lainnya.[3]

Neurotoksisitas Dan Miotoksisitas

Polipeptida neurotoksin dan PLA2 pada bisa ular dapat menyebabkan paralisis dengan menghambat transmisi di taut neuromuskular presinaptik. Pasien dengan paralisis otot bulbar dapat meninggal karena obstruksi jalan napas atas atau aspirasi. Namun, penyebab kematian tersering adalah paralisis respiratorik akibat kelemahan otot pernapasan.[3]

Gagal Ginjal Akut

Penyebab tersering  gagal ginjal akut adalah nekrosis tubular akut. Namun, glomerulonefritis proliferatif, nefritis interstitial, mesangiolisis toksik dengan aglutinasi platelet, deposisi fibrin, perubahan iskemik, dan kerusakan tubulus distal, dapat menimbulkan efek langsung nefrotoksik akibat metalloprotease bisa ular.[3]

Peningkatan Permeabilitas Kapiler Sistemik

Metalloprotease dari racun dari spesies viperid dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sistemik yang dapat mengakibatkan edema pulmonal, efusi serosa, serta edema pada konjungtiva, periorbital, fasial, dan retina. Selain itu, pembengkakan parotis bilateral, albuminuria, dan hemokonsentrasi juga terjadi akibat peningkatan kapiler sistemik.[3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Meyers SE, Tadi P. Snake Toxicity. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557565/?report=classic
3. WHO. Guidelines for Management of Snake-bites, 2nd Edition. World Health Organization, 2016.

Pendahuluan Gigitan Ular
Etiologi Gigitan Ular

Artikel Terkait

  • Pertolongan Pertama dan Penanganan Pre-Hospital Gigitan Ular
    Pertolongan Pertama dan Penanganan Pre-Hospital Gigitan Ular
Diskusi Terkait
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
Dibalas 01 September 2024, 11:18
Paralisis neuromuskular akibat gigitan ular berbisa
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
5 Balasan
Pasien 57 Tahun laki-laki mengalami Gigitan Ular Berbisa saat berburu di Hutan Papua. Pasien datang ke puskesmas setelah 3 hari di hutan dan mengeluh...
dr.Adelina Siagian
Dibalas 13 Mei 2024, 07:37
Penanganan gigitan ular di PKM
Oleh: dr.Adelina Siagian
5 Balasan
Selamat sore dokter, mohon ijin dok saya ingin menanyakan sebagai dokter PKM apa saja ya dok yg bisa kita lakukan untuk tata laksana pasien dengan gigitan...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
Dibalas 07 Januari 2024, 10:05
Protokol penanganan gigitan ular berbisa
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
3 Balasan
Bagaimana protokol penanganan gigitan Ular berbisa yg benar. Saya menemukan beberapa kasus gigitan Ular Berbisa di perkebunan kelapa sawit di wilayah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.