Edukasi dan Promosi Kesehatan Henti Jantung Mendadak
Edukasi dan promosi kesehatan henti jantung mendadak menjadi pilar yang penting untuk pencegahan. Pencegahan kondisi kegawatdaruratan ini terdiri dari pencegahan primer, yakni pencegahan penyakit kardiovaskular dengan modifikasi gaya hidup, berhenti merokok, rutin berolahraga, menjaga berat badan yang ideal, mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes melitus, dan mengontrol tekanan darah.[1,21]
Sementara itu, pencegahan sekunder ditujukan untuk pasien berisiko tinggi, yang memiliki riwayat penyakit jantung iskemik ataupun henti jantung mendadak sebelumnya. Pencegahan sekunder termasuk rencana untuk kondisi darurat, yaitu dengan mempersiapkan nitrogliserin serta menyiapkan akses ke layanan gawat darurat atau rumah sakit bila terjadi henti jantung mendadak.[1,21]
Edukasi Pasien
Edukasi dan promosi kesehatan henti jantung mendadak diperlukan untuk mengimbangi tingginya insidensi serta mortalitas. Edukasi pada pasien maupun keluarga pasien dapat diberikan setelah kondisi pasien stabil.
Berikan informasi mengenai kondisi henti jantung mendadak yang dialami, kemungkinan etiologi, serta rencana pemeriksaan ataupun terapi tambahan yang perlu dilakukan.[21,22]
Promosi dan pelatihan RJP bagi masyarakat, terutama RJP dengan kompresi dada saja, perlu ditingkatkan baik dari frekuensi dan jangkauan. Selain itu, penyediaan AED di tempat umum juga dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup pada henti jantung di luar rumah sakit (OHCA).
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang dapat dilakukan antara lain mengontrol riwayat penyakit seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus, dan lainnya, dengan kontrol ke dokter secara berkala dan minum obat sesuai dengan anjuran dokter.
Untuk mencegah henti jantung mendadak, individu harus berhenti merokok, melakukan latihan fisik (olahraga) minimal 3‒4 kali dalam seminggu masing-masing dengan durasi 30 menit, mengendalikan stres, dan pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) untuk mencegah rekurensi henti jantung mendadak.[1,21]
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kardiovaskular termasuk henti jantung mendadak, diperlukan pengaturan pola makan sehat dan gizi seimbang. Pengaturan pola makan dilakukan dengan mengikuti pedoman umum gizi seimbang (PUGS) sebagai berikut:
- Konsumsi makanan yang beraneka ragam sehingga kebutuhan zat makro dan mikro terpenuhi dengan baik
- Konsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh, adapun kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai dengan berat badan yang ideal
- Tingkatkan asupan serat dari sayur dan buah-buahan
- Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari angka kecukupan energi
- Konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium
- Hindari kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol.[21,23]
Skrining
Skrining keluarga untuk menilai faktor risiko henti jantung mendadak. Skrining berkala dilakukan pada seseorang yang memiliki keluarga dekat penderita yang mengalami serangan jantung usia dini (laki laki <55 tahun dan perempuan <65 tahun), mempunyai komorbiditas dislipidemia, hipertensi, dan diabetes mellitus.[1,23]
Upaya Pencegahan Henti Jantung pada Atlet
Sebagai upaya pencegahan primer terjadinya henti jantung di lapangan permainan, American Heart Association (AHA) dan European Society of Cardiology (ESC) merekomendasikan skrining pre-participation evaluation (PPE), terutama sistem kardiovaskular pada atlet untuk alasan medis, etika, dan hukum.
Skrining PPE pada umumnya terdiri dari anamnesis riwayat penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik, EKG 12 lead, dan pemeriksaan lain yang dirasa perlu oleh dokter pemeriksa.[24,25]
Direvisi oleh: dr. Eurena Maulidya Putri P.